Pages

Monday, August 18, 2014

Review: Putusin Nggak, Ya?

Dok. Pribadi
Detail Buku
Judul: Putusin Nggak, Ya?
Penulis: Edi Akhiles
Editor: Rusdianto
Penerbit: Safirah
Cetakan: Pertama, Juni 2014
ISBN: 978-602-7968-60-8
Harga: Rp 45.000 Rp 33.750 (beli di Diva Press)

Review
"Wahai para pemuda, siapa di antara kamu telah mampu menikah maka hendaklah menikah. Sesungguhnya, menikah itu bisa mencegah pandangan (kepada yang dilarang oleh agama) dan memelihara kehormatan. Dan, barang siapa tidak sanggup menikah, hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu menjadi perisai bagi nafsunya (syahwatnya)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi pacaran itu enggak boleh ya? Pacaran itu haram? Harus langsung nikah? Terus, kalau belum mampu nikah harus puasa tiap hari? Waduh…. Mungkin begitu pikiran para remaja muslim yang jangankan mempunyai biaya untuk menikah, untuk makan dan kuliah saja masih meminta pada orang tua. Namun sebaliknya, sebagai manusia normal, memiliki rasa tertarik pada lawan jenis tentu merupakan hal yang wajar, sunnatullah.

Berangkat dari hal tersebut, maka penulis tergerak untuk menyusun buku ini. Sebuah kajian mendalam mengenai seluk beluk pacaran dalam Islam.
"Pak Edi, saya sendiri pacaran hampir tiga tahun. Setiap kami bertemu diisi diskusi tentang hidup. No hold hands and no something else. Masak iya suruh putusin aja, hello…." (Aditya Meilia, halaman 70)
Islam merupakan agama yang rahmatan lil-'alamin, shalih likulli zamanin wa makamin. Rahmat bagi semesta alam, berlaku sepanjang zaman dan tempat. Maka dari itu, dalil-dalil dalam al-Qur'an dan hadits yang sifatnya umum, dalam penerapannya membutuhkan penafsiran yang lebih aplikatif, disesuaikan dengan zaman yang terus bergerak. Namanya hukum fiqh, termasuk diantaranya hukum yang mengatur mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Dalam menafsirkan sebuah dalil, hal mutlak pertama dan utama yang harus dipegang yaitu maqashidusy syar'i, maksud/tujuan dasar syariatnya. (halaman 85)
Maqashidusy syar'i dari hadits di atas yaitu untuk menjaga kehormatan. Apabila seseorang berpacaran sebagai ajang penjajakan yang serius untuk menuju pernikahan, serta tidak melakukan kegiatan yang mengarah pada hubungan bebas sehingga kehormatannya tetap terjaga, maka hal itu diperbolehkan.

Jadi kesimpulannya penulis menganjurkan untuk pacaran? Pacaran itu halal? Ya enggak juga. Jawabannya berbeda bagi setiap orang, kembali pada diri masing-masing. Halal atau haramnya pacaran berdasar pada kejujuran hati nurani dan kemampuan pengendalian diri masing-masing. Karena ada juga orang yang jangankan berpacaran, baru melirik lawan jenis sedikit saja otaknya sudah berpikir ngeres, tentu saja haram baginya untuk berpacaran. Apalagi kalau niatnya hanya untuk nganu :p

Gimana? Sependapat dengan penulis? Atau tetap menganggap bahwa pacaran itu mutlak haram? Well, di buku ini penulis juga mengutip dawuh Imam Syafi'i sebagai berikut.
"Kebenaran dalam pandanganku mengandung satu kesalahan dalam pandangan orang lain. Dan, kebenaran dalam pandangan orang lain mengandung satu kesalahan dalam pandanganku." (halaman 243)
Bukankah perbedaan itu rahmat? Jadi, mari saling menghormati apabila terdapat perbedaan pemikiran. Yang pasti, niat penulis menyusun buku ini bukanlah untuk mengakali dalil-dalil al-Qur'an dan hadits. Penulis hanya ingin memperkaya khazanah pemikiran dalam hukum fiqh Islam.

Supaya tidak terjadi salah paham, memang buku ini harus dibaca dari awal sampai akhir. Buku setebal 252 halaman ini mengupas tuntas tentang hubungan laki-laki dan perempuan dari berbagai sudut pandang. Mulai dari pembahasan mengenai perbedaan cinta dan syahwat, perbedaan jatuh cinta dan jatuh syahwat, hakikat menjaga kehormatan, makna pacaran dan ta'aruf, sampai persiapan sebelum menikah dan manfaat menikah.

Kelebihannya…
  • Hukum hubungan antara laki-laki dan perempuan dibahas secara lengkap dan jelas.
  • Dilengkapi dengan dalil-dalil al-Qur'an dan hadits, serta berbagai pendapat dari para ulama dan cendekiawan muslim.
  • Latar belakang penulis yang terpercaya. Pak Edi merupakan alumnus PP Manbaul Ma'arif, Denanyar, Jombang serta kandidat doktor Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
  • Gaya bahasa yang digunakan sangat mencirikan khas Pak Edi, ringan dan mudah dipahami.
  • Meskipun mencantumkan pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan dirinya, tetap disampaikan secara sopan dan santai.
  • Bisa dibaca oleh siapa saja. Mulai dari remaja sampai orang tua yang mempunyai anak remaja.
  • Mencantumkan alamat email dan membuka diskusi lanjutan secara online.
Kekurangannya…
  • Ilustrasi yang kurang unyu :D

11 comments: