Pages

Wednesday, May 11, 2016

Maneken: Kisah Cinta Sepasang Benda Mati


Detail Buku
Judul: Maneken
Penulis: SJ. Munkian
Editor: Triana Rahmawati
Penerbit: Mahaka Publishing (Imprint Republika Penerbit)
Cetakan: I, September 2015
Tebal: 181 halaman
ISBN: 9786029474060
Harga: Rp 47.000

Review
Pernahkah kamu merasa bahagia sekali, sehingga mengekspresikannya dengan cara memeluk dan meremas bonekamu dengan sangat kencang? Atau pernahkah kamu merasa sangat kesal, sehingga menendang dan melempar barang-barang di sekitarmu?

Hati-hati loh. Jangan-jangan boneka atau barang-barangmu itu benda mati yang mempunyai perasaan layaknya manusia, seperti Claudia dan Fereli :D

Claudia dan Fereli adalah sepasang maneken di sebuah toko pakaian di Inggris, Medilon Shakespeare. Sophie, pemilik toko tersebut, menempatkan Claudia dan Fereli di etalase utama serta menjadikan mereka sebagai daya tarik terpenting di toko tersebut.

Dengan dikenakan pakaian-pakaian modis sesuai tema-tema unik seperti New Beginning Story, Warm Summer Happy Moment, serta For Special Night, Claudia dan Fereli berhasil membuat Medilon Shakespeare sukses besar. Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya di balik setiap pengaturan posisi sepasang maneken yang dibuat semakin romantis itu, ada perasaan cinta yang tumbuh di antara Claudia dan Fereli.
Kurasakan tubuh Fereli menegang, napasnya tiba-tiba tertahan, dan ada getaran di tangannya. Anehnya itu juga berlaku padaku. Baru kali ini aku merasakan dadaku berdegup begitu kencang.
(Halaman 49)
Sayangnya, kisah bahagia Claudia dan Fereli harus hancur dalam sekejap ketika Sophie patah hati serta melampiaskan kemarahannya kepada Fereli. Sophie memisahkan mereka berdua.
Bagaimana rasanya jika jantungmu diambil? Ah, kau tak akan mampu merasakannya! Yang ada kau tewas sebelum merasakannya. Sementara aku mesti menanggung rasa itu.
(Halaman 138)
~~~

Cerita tentang Claudia dan Fereli ini sangat berkesan di hati saya. Buktinya, meskipun sudah membacanya lebih dari tujuh bulan yang lalu, dan sudah tiga kali membacanya, tapi rasanya tetap terhibur. Kenapa? Saya jabarkan satu per satu ya, apa saja kelebihan dari novel ini.

(+) Kemasan yang menarik. Cover-nya menampilkan sepasang maneken yang menggunakan pakaian pengantin, dengan latar warna jingga dan hijau muda. Manis. Ditambah endorsement dari Noe Letto (musisi), Tasaro GK (penulis), dan Sinta Yudisia (Ketua Umum FLP) pula. Mantap. Begitu juga dengan blurb-nya, cukup menggambarkan isi cerita, namun tidak berlebihan, sehingga tetap membuat penasaran. Pas.

(+) Tema yang unik. Ceritanya bukan tentang kisah cinta manusia biasa, tapi kisah cinta sepasang maneken. Iya maneken, benda mati, boneka yang biasa dijadikan model di toko-toko baju itu loh. Genrenya memang romance namun diracik dengan bumbu fantasy

(+) Detail. Walaupun bergenre romance fantasy, namun logikanya tetap masuk kok. Karena di dalam novel ini, kaum maneken digambarkan oleh penulis sebagai benda mati yang memiliki lima kemampuan, yang tentu saja tidak pernah disadari oleh manusia. Seperti kemampuan nomor satu, mampu berbahasa apapun. Kemampuan nomor dua, mampu memahami percakapan manusia dan menirunya. Kemampuan nomor tiga, dapat menyampaikan perasaannya kepada manusia meski dengan ekspresi datar. Serta dua kemampuan lain yang tidak mungkin saya tuliskan di sini. Kalau mau tahu, baca dong bukunya :p

(+) Pemilihan judul bab yang tepat. Untuk mendukung isi cerita dengan tokoh utama yang merupakan benda mati, judul pada setiap babnya pun dibuat dengan kata kerja pasif. Seperti Dinamai, Diletakkan, Diperlihatkan, dan sebagainya. Sangat 'bendawi'.

(+) Dibuka dengan prolog yang cukup memikat. Diksinya cetar dan ekspresi emosinya menyayat hati. Membuat saya ingin terus membacanya sampai akhir.

(+) Novel yang terdiri dari tiga puluh empat bab ini, memiliki panjang masing-masing bab yang cukup singkat, sekitar dua sampai lima halaman saja. Hal tersebut membuat cerita jauh dari kesan membosankan.

(+) Gaya bahasa yang digunakan penulis, tajam dan puitis, namun tetap mudah dicerna. Cenderung terasa kaku sehingga mirip dengan novel terjemahan, namun memang sesuai sih dengan latar tempatnya, Inggris.

(+) Cara penyampaian ceritanya disajikan secara runut dan mengalir. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama (Claudia, kadang Fereli), penulis memulai kisah ini dengan perkenalan tokoh aku (Claudia), kemudian Sophie, lalu pegawai-pegawai Sophie, hingga kemunculan Fereli sebagai pasangan Claudia di etalase utama, serta kehadiran beberapa tokoh pendukung lain menjelang akhir cerita.

(+) Semua tokoh dalam novel ini mempunyai karakter yang jelas dan konsisten. Namun yang paling menonjol memang hanya Claudia, Fereli, dan Sophie. Claudia yang romantis, Fereli yang gentle, serta Sophie yang sangat tegas dan ambisius. Saya suka bagaimana penulis menunjukkan karakter Sophie menggunakan teknik show not tell yaitu melalui dialog-dialog bersama pegawai-pegawainya.

(+) Toko pakaian Medilon Shakespeare yang menjadi latar tempat perkembangan kisah Claudi dan Fereli, begitu menyatu dengan cerita. Begitu pun dengan tema-tema unik di toko tersebut pada setiap musimnya. Bukan hanya menjadi pelengkap, tetapi menjadi penggerak cerita. Jenius.

(+) Dengan menggunakan alur maju, penulis begitu lihai memainkan emosi saya. Setelah dimanjakan dengan cerita cinta yang manis, saya tiba-tiba dibawa menuju konflik yang menegangkan dan penuh aura mistis. Hebatnya lagi nih, terdapat selipan humor pada beberapa adegan klimaks. Seperti pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan Tuan Sinclair (pembuat maneken) ketika Jeany, saudara kembarnya, berusaha untuk menyelamatkan Fereli. Atau dialog antara Deborah dan Nicole tentang gunting kuku, ketika mereka sedang berusaha menggagalkan rencana Sophie untuk melenyapkan Claudia.

(+) Ditutup dengan ending dan epilog yang tidak terduga.

(+) Di antara semuanya, yang paling saya suka dari novel ini adalah sentilan-sentilan yang tersurat di dalamnya, untuk kita, manusia. Selain itu tersirat juga pelajaran hidup yang patut direnungkan. Tentang impian, cinta, perjuangan, dan pilihan dalam menyikapi berbagai permasalahan hidup.
Betapa manusia bisa sangat bersikap lembut, cerdas, lucu, rendah hati, dan elegan. Tetapi juga bisa jadi yang paling kejam di antara makhluk yang pernah diciptakan di muka dunia.
(Halaman 73)
Saya mengacungkan dua jempol untuk penulis novel ini. Sebagai karya perdana, novel Maneken mempunyai banyak nilai tambah. Namun, agar bisa lebih baik lagi, kali ini saya juga ingin menyampaikan beberapa masukan untuk novel ini. 

(-) Di bagian awal, pergolakan emosinya cenderung datar. Novel bergenre romance ini tentunya bertabur adegan dan dialog romantis antara Claudia dan Fereli. Namun, menurut saya sih 'pencarian cinta'-nya terasa kurang menggigit. Pada mulanya Claudia memang tidak suka pada Fereli. Nah, peralihan dari rasa kesal menjadi cintanya terasa terlalu cepat dan mudah.

(-) Penggunaan sudut pandang orang pertama yang kurang rapi. Sejak awal, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari sisi Claudia. Namun di bagian akhir, tiba-tiba muncul penuturan melalui sudut pandang orang pertama dari sisi Fereli. Seandainya penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari sisi Claudia dan Fereli secara bergantian sejak awal, pasti akan lebih asyik.

(-) Jumlah halamannya terlalu tipis. Kurang tebal :D

Hmmm, apa lagi ya. Saya rasa sudah cukup. Kesimpulannya, penulis berhasil menuturkan kisah cinta yang bersahaja, mengemasnya dengan manis, dan mewarnainya dengan tragedi, melalui sudut pandang yang unik. Love it....

Rating
Tiga setengah dari lima bintang. Recomended! Dan saya tidak sabar menunggu karya penulis selanjutnya ;)

~~~


18 comments:

  1. wah teteh, aku jadi penasaran pengen baca deh..
    bagus banget resensinya..
    lagi belajar resensi buku, tapi ya gitu deh, wkwk.. :D

    ReplyDelete
  2. Kira-kira jadi tebal seharusnya 200 halaman kah atau berapa ya bu? hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berapa halaman ya, yg penting bs menikmati kisah claudia dan fereli ini lbh lama lg deh :D

      Kalau 200 halaman, syarat resensi agar bisa dimuat di Koran Jakarta ;)

      Delete
  3. penasaraan, pengen baca bukunya, resensinya kece bangett

    ReplyDelete
  4. Ini novel gtu ya, Mbak? Udah ada di toko buku kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, udah ada di toko buku... Detail bukunya ada tuh di atas ;)

      Delete
  5. jadi teringat temannya shinchan yang kalo emosi langsung nonjok bonekanya hehehe

    ReplyDelete
  6. Judulnya menarik mbak, jadi pengen baca. Reviewnya oke, lanjutkan ya mbak blognya :D

    ReplyDelete