Detail Buku
Judul: Diary Gamophobia
Penulis: Liana Safitri
Editor: Diara Oso
Penerbit: Laksana
Cetakan: pertama, 2019
Tebal: 256 halaman
ISBN: 978-602-407-518-7
Harga: Rp 65.000
Blurb
Terlahir dari keluarga yang tak bahagia, Anna memutuskan untuk tidak menikah. Ia bertekad untuk membesarkan dan membahagiakan Sasa, anak mendiang sahabatnya. Suatu ketika ia bertemu Tony, pria yang mengantarkan Sasa pulang dari sekolah. Pertemuan itu tanpa terduga terus berlanjut. Sasa pun merasa sayang pada Tony, bahkan mengakuinya sebagai "papa"-nya di depan teman-teman sekolah. Baik Anna maupun Tony menyadari, ada sesuatu yang mulai berubah. Namun, trauma di masa lalu masih membayangi.
Review
Bagaimana apabila teman-teman melihat seorang anak kecil sedang menangis di pinggir jalan? Langsung berhenti dan menanyakan rumahnya, itulah yang dilakukan Anthony saat dia melihat anak TK menangis kebingungan di pinggir jalan.
Awalnya Sasa ketakutan dan menolak, namun melihat ketulusan hati Tony, dia pun mau menerima bantuan Tony untuk mengantarnya pulang ke rumah. Dengan sedikit petunjuk, akhirnya Tony dapat menemukan rumah Sasa.
Setelah menunggu beberapa lama dan melalaikan janji dengan kliennya, akhirnya Tony bertemu dengan Mama Sasa, Anastasia yang panik karena telat menjemput Sasa. Tony tidak menyangka bahwa Mama Sasa masih sangat muda.
Karena mobilnya mogok, Tony menerima tawaran Anna untuk minum teh di rumahnya. Berkat hal tersebut, Tony mengetahui hobi Anna yang suka melukis. Merasa tertarik dengan lukisan Anna, Tony pun menawarkan untuk menjual lukisan-lukisan tersebut di galeri miliknya.
Sejak saat itu, hubungan mereka bertiga semakin dekat. Sasa yang membutuhkan figur seorang ayah, Anna yang sibuk mengurus Sasa seorang diri, dan Tony yang memang menyayangi Sasa, membuat mereka sering berinteraksi.
Sudah dapat melihat ke mana arah jalan ceritanya kan? Sasa sangat senang dengan kehadiran Tony dan menyebut Tony sebagai 'Papa' di hadapan teman-teman sekolahnya. Selain menyayangi Sasa, Tony pun memiliki perasaan khusus pada Anna. Sebenarnya Anna juga mulai merasakan sesuatu pada Tony, namun dia melawan perasaan tersebut. Yup, sesuai dengan judul novel ini, Anna memiliki gamophobia, takut menikah.
"Aku tidak tahu kenapa kamu selalu melukis orang secara terpisah. Ini menyedihkan! Apakah mereka tidak bisa berada dalam satu bingkai yang sama? Berbagi tempat yang sama?" (Halaman 174)
~~~
Diary Gamophobia ini diawali tanpa prolog yang dramatis atau pancingan yang biasanya membuat pembaca pesaran. Walau begitu, novel ini dibuka dengan manis melalui cerita pertemuan antara Tony dan Sasa. Tanpa banyak berbasa-basi, pembaca langsung dihadapkan pada pemicu masalah.
Ada tiga tokoh utama dalam novel ini. Pertama Anna, seorang gadis muda yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis, kini bekerja sebagai pegawai pabrik boneka rumahan. Kedua Sasa, seorang gadis kecil anak angkat Anna, ayahnya pergi begitu saja dan ibunya sudah meninggal. Serta Tony, seorang pria muda dan mapan pemilik galeri lukisan.
Tema mengenai gamophobia yang digunakan dalam novel ini memang unik dan menarik. Melalui alur maju dengan beberapa adegan flashback, pembaca akan ikut memahami perasaan Anna. Bagaimana masa lalu Anna yang suram masih terus membayanginya hingga kini, meski Anna sudah meninggalkan rumah dan keluarganya.
Selain Anna, kedua tokoh utama dalam novel ini juga memiliki masalahnya masing-masing. Sasa sering dirundung teman sekolahnya karena tidak mempunyai ayah. Begitu pula Tony yang mempunyai masa lalu kelam dan membuatnya sangat menyesal. Dituturkan menggunakan sudut pandang orang ketiga, saya dapat ikut merasakan emosi yang dirasakan semua tokohnya dengan mudah.
Tokoh dalam novel ini memang tidak terlalu banyak. Ada tokoh pendukung seperti Daisy teman Anna, Roy teman Tony, Bu Guru, dan Bi Inem. Mereka semua memiliki peran dan porsi yang tidak berlebihan, namun mendukung berjalannya cerita dengan pas.
Oiya, saya suka bagaimana penulis mengungkap masa lalu Anna dan Tony. Contohnya melalui adegan flashback dari diary dan cerita Bi Inem, sehingga jalan cerita terasa begitu mulus. Didukung dengan gaya bercerita yang formal namun santai, serta teknik penulisan yang rapi.
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah Bandung. Wawasan saya bertambah setelah membaca novel ini. Karena sebagai orang Bandung, saya malah baru tahu kalau di Sukamulya ada sentra pembuatan boneka. Dan saya juga baru ngeuh kalau taman di Cilaki itu namanya Taman Pustaka Bunga Kandaga Puspa, hehehe....
Diary Gamophobia adalah karya penulis yang pertama kali saya baca. Salut dengan usaha penulis menunjukkan seluk beluk gamophobia, serta memperlihatkan interaksi antara Anna dan Sasa, Tony dan Sasa, juga Bu Guru dan Sasa yang terasa begitu mengalir dan natural. Konfliknya pun cukup menguras emosi. Membaca novel ini membuat perasaan saya ikut teraduk-aduk.
"Barangkali obat lupa atau alat penghapus ingatan buruk yang paling manjur dan canggih adalah membuat ingatan baik sebanyak-banyaknya. Dengan demikian ingatan baik itu bisa melawan lalu mengalahkan ingatan buruk." (Halaman 246)
Giveaway
Penasaran enggak sama buku ini? Ingin tahu lebih banyak tentang gamophobia? Atau ingin tahu bagaimana endingnya? Tenang.... Laksana akan memberikan 1 eksemplar buku Diary Gamophobia untuk 1 orang pembaca blog ini loh.
Persyaratannya mudah kok.
- Tinggal di wilayah NKRI
- Follow akun Instagram @laksana_fiction, @leeaenasian, dan @sweetdonath
- Follow akun Twitter @laksana_fiction, @LeeAeNaSian dan @sweetdonath
- Share link blogtour dan giveaway ini di Instagram atau Twitter. Cantumkan hashtag #Giveaway dan #DiaryGamophobia, serta mention akun di atas.
- Menjawab pertanyaan berikut:
Seandainya mencintai orang yang memiliki gamophobia, apa yang akan teman-teman lakukan?
- Jawaban ditulis melalui komentar pada postingan ini dengan format:
Jawaban:
Nama:
Akun Instagram:
Akun Twitter:
Link Share:
- Giveaway berlangsung pada tanggal 15 - 21 April 2019.
- Pemenang akan diumumkan paling lambat pada tanggal 23 April 2019.
- Bagi pemenang, wajib foto buku hadiahnya jika sudah sampai.
Yuk, ikut dan ajak teman-teman yang lain ya ;)
Jawaban: kalo aku, mungkin aku akan mencoba meringankan phobia-nya. It means aku nyoba meyakinkan dia kalo pernikahan itu enggak seharusnya ditakuti walaupun mungkin dia punya kenangan buruk. Tapi, kalo dia masih ga bisa menerima itu, aku a bakalan maksa. Aku akan biarkan pemikiran dia berkemvang sendiri. Hanya membantu mengarahkan pikiran dan persepsinya. Kalo memang enggak bisa diubah, yaudah. Mungkin memang lebih cocok hubungannya sekadar teman. Aku ga bisa maksa. Tapi aku bakalan selalu ada buat dia.
ReplyDeleteNama: Ade Yuanita Putri Pratiwi
Akun Instagram: puyu.world
Akun twitter: @AdeYuanitaPutr4
Link share: https://twitter.com/AdeYuanitaPutr4/status/1117946334550474752?s=19
Jawaban: Berusaha terus menemani, apa pun yang terjadi. Sambil sesekali ngajakin dia ngobrol tentang masa lalunya. Intinya sih, pengen dia ngerasa nyaman dulu sama kita.
ReplyDeleteNama: Ardian Handoko
Akun Instagram: Ar_rha
Akun Twitter: #Ar_rha
Link share: https://twitter.com/ArdianHandoko/status/1118054615247835136
Rini Cipta
ReplyDeleteIG @rinspirations
Twitter @rinicipta
Link https://twitter.com/RiniCipta/status/1118514604122857474?s=19
Menangani phobia emang bukan hal yg mudah tp nggak mustahil buat dilakukan. Aku nggak pengin menyinggung hal yg membuat dia ketakutan, atau mengingat hal yg tdk dia suka. Aku berusaha membuat dia nyaman. Pendekatannya pelan, dan tdk secara langsung. Semakin lama berhubungan, aku yakin akan ada sesuatu yg bs memberikan pandangan baru yg mungkin bisa mengubah phobianya
Maaf mbak aku hanya ingin berpartisipasi dalam komen review aja ya jadi gak kasih link dan format seperti yang diminta :). Dari reviewnya , novel ini bagus. Suatu saat nanti pengen membacanya juga. Hmm, gimana ya kalo aku bertemu dengan orang yg gamophobia? hmm, mungkin akan mengajaknya ngobrol ringan tentang hakikat kehidupan bahwa secara fitrah seorang manusia itu berpasangan dan melanjutkan keturunan serta melahirkan generas Rabbani. Itulah tujuan manusia dianjurkan menikah :)
ReplyDeleteWah bener nih, ga kepikiran ngasih masukan ini.. tapi kalau ngasih saran seperti ini biasanya harus udah klop dulu.. kalau orang yang ga deket, nanti malah disangka nyeramahin.. hehe
Deletemencoba memasuki dunianya, memahami apa yang di pikirkannya. Dan membicarakannya dari sisi yang berbeda :)
ReplyDeleteBaru tahu istilah gamophobia yaitu orang yang takut menikah, ada sih temenku yang maish lajang di usia 40 tahun, tapi setahuku dia nggak takut menikah, mungkin punya alasan lain
ReplyDeleteAku akan dengan sabar memberi dia pengertian bahwa pernikahan bukan sesuatu yang harus d takuti. Aku juga akan selalu setia di sampingnya untuk memberikan support untuk dia menghilangkan phobianya.. Insya Allah tidak ada phobia yang tidak sembuh kalo tidak ada kemauan untuk menyembuhkan dan dukungan dari lingkungan dan pasangan.
ReplyDeleteNama : Shovy Ramadhanti
Akun Instagram : Ovyrama
Akun Twitter : @shovyrama
Link Share : https://twitter.com/shovyrama/status/1119198432160149505?s=20
Buku yang menarik nih! Tema yang diangkat cukup unik dan bikin penasaran.
ReplyDeleteDengan setting tempat di Kota Bandung,bisa nambah pengetahuan pembaca tentang Kota Bandung ya...jadi lebih terkenal deh, kota kesayangan kita hihihi
Biasanya kalo ngga banyak tokoh maka harus kuat di narasi ya?
ReplyDeletejadi penasaran pingin baca bukunya
Waduh, penasaran deh. Udah lama juga gak baca buku, terutama buku fiksi kayak gini. Semoga sukses giveawaynya :)
ReplyDeleteAku tidak akan menyalahkan, menyudutkan , menuntut dan menyuruhnya berubah total. Aku akan membaca dari berbagai sumber tentang gamophobia (penyebab dan penyembuhan), aku bisa meminta bantuan orang lain untuk berkonsultasi, yang terpenting adalah aku akan berusaha memberikan support kepadanya dan selalu ada di sisinya menemani proses kesembuhannya.
ReplyDeleteNama: Bety Kusumawardhani
Akun twitter: @bety_19930114
Link share: https://twitter.com/bety_19930114/status/1119430240634228736?s=20
ReplyDeleteRasa cinta sebenarnya tak bisa memilih dan tak bisa dihindarkan. Ia hadir begitu saja. Tony mengalami hal itu. Ia jatuh cinta! Sementara mengobati luka Anna sehingga tak mau menikah kerapkali terjadi juga di sekitar kita. Banyak juga yang belum menikah sampai usia senja mungkin karena phobia dan mungkin juga rasa trauma sehingga tidak ada keinginan menikah.
Membaca resensi Mbak Nathalia DP, saya senang karena dengan membaca resensi di atas saya jadi tahu garis besar novel ini dan tentu saja merasa penasaran.
Kalau saya jadi Tony, saya tetap ingin melakukan yang terbaik untuk Anna. Dari menunjukkan sikap yang tak terlalu berlebihan, memberi rasa nyaman dan juga bahagia pada Anna & Sasha, bisa membuat hati Anna lama-lama tersentuh.
Sikap mencintai seperti itu dan tidak membahas mengapa Anna sampai terbersit untuk tidak menikah. Kalau misal Tony bisa meyakinkan Anna bahwa ia bisa menjadi suami yang baik dan berkomitmen menjaga pernikahan suci. Menemani proses Anna untuk melupakan momen momen buruk dengan tidak membahasnya, kecuali Anna menceritakannya. Menjadi pendengar yang baik. Kalau udah seperti itu, ya why not untuk membuka hati lebar lebar dan menerima cinta Tony. Semoga happy ending! 🙂
Nama: Sri Al Hidayati
Akun Instagram: @srialhidayati
Akun Twitter: @srialhidayati
Link Share instagram:
https://www.instagram.com/p/Bwd5mY9AWEc/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1g81e8bbyaa7a
Link share twitter:
https://mobile.twitter.com/srialhidayati/status/1119489180218740736
Jawaban : Seandainya saya mencintai orang yang memiliki gamaphobia tentu saja saya akan berjuang untuk bisa hidup dengannya. Saya akan terus disampingnya dan memberikan suport sebisa saya. Saya sedikit demi sedikit berusaha untuk memberikan pengertian bahwa pernikahan bukanlah suatu hal yang buruk, melainkan suatu ibadah yang banyak sekali manfaatnya. Saya juga berusaha untuk memberikan dia kenangan kenangan yang baik agar dia bisa sedikit melupakan kenangan yang buruknya. Karena cara ampuh mengobati kenagan yang buruk adalah membuat kenangan baik sebanyak banyak nya.
ReplyDeleteNama : Lina Fitriani
Akun IG : @Anake_pae2
Akun twitter :@19linafitriani2
Link share twitter : https://mobile.twitter.com/19linafitriani2/status/1119506130881826816