Pages

Tuesday, April 19, 2016

Review: Forever and Always

Forever and always
Detail Buku
Judul: Forever and Always
Penulis: Jenny Thalia Faurine
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Cetakan: pertama, 2016
Tebal: 218 halaman
ISBN: 978-602-02-7968-8

Dibaca
22-23 Maret 2016

Review
I fall for you. You fall for her. Is it love or dominos?
(Halaman 130)
Cerita cinta segitiga memang sudah sering menjadi tema andalan dalam banyak novel. Klise banget lah ya.... Tetapi walaupun begitu, saya sih enggak pernah bosan tuh dengan tema tersebut. Selalu ada rasa penasaran setiap membaca kisah cinta segitiga dan cinta segi lainnya. Begitu juga dengan novel yang menggabungkan tema persahabatan dan cinta segitiga ini.

Tokoh utamanya adalah Seva Rosella. Suatu hari, di shelter TransJakarta, Setiabudi, Jakarta, dia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya, Renardhi Avasa. Setelah lima tahun tidak bertemu, Ren--begitu panggilannya--meminta Seva untuk berbicara di Coffee Meter, tempat kenangan mereka berdua.
"Kamu ke mana saja selama ini, Sev?"
"Ke tempat di mana nggak ada jejakmu."

(Halaman 10)
Dulu, mereka berdua bersahabat. Di SMA, Seva yang pendiam dan kurang pandai di bidang akademis, membuat Ren penasaran dan tertarik untuk mengajaknya belajar bersama. Sejak saat itu, mereka jadi sering menghabiskan waktu bersama.

Pasti tahu kan bagaimana kelanjutannya? Yup, Seva jatuh hati pada Ren. Padahal Seva tahu betul bahwa Ren cinta mati pada Anggi. Ren selalu menghormati dan memperlakukan Anggi dengan lembut, meskipun perempuan itu dengan tegas menolak Ren bahkan sudah memilih lelaki lain. Setelah Andro, Anggi malah memilih Vito--sahabat Ren.
Renardhi Avasa: Fine, the truth is, I'm not really fine at all.
Seva Rosella: ....
Renardhi Avasa: Tapi Vito memang pantas buat Anggi. Ya udah, yang penting Anggi seneng.

(Halaman 80)
Seiring bergantinya tahun, Ren dan Seva pun semakin dewasa. Keduanya lulus SMA dan kuliah di tempat yang berbeda. Namun tidak ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Seva tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada Ren. Begitu juga dengan Ren yang tidak pernah bosan membicarakan Anggi jika sedang bersama dengan Seva.

Hingga dua tahun setelah mereka lulus kuliah, sebuah kejadian membuat Ren dan Seva bertengkar hebat. Ren juga mengucapkan kalimat-kalimat yang menyakiti hati Seva. Maka, Seva pun pergi meninggalkan Ren.
"Baiklah! Aku memang brengsek! Kalau begitu, pergi dari kehidupan laki-laki brengsek ini untuk selamanya. Kurasa persahabatan yang ada di antara kita memang nggak akan bisa bertahan lagi."
"Sahabat itu bukan berarti yang selalu mendukung kamu, Ren. Dia yang memberi tahu kapan kamu harus berputar balik ke arah yang benar."
"Seperti kamu sudah berjalan ke arah yang benar saja, Sev."

(Halaman 186)
Nyeseuk? Banget! Biasanya saya lebih menyukai cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Tetapi dalam novel ini, meskipun menggunakan sudut pandang orang ketiga, emosinya tetap tersampaikan dengan baik. Saya bisa ikut merasakan bagaimana galaunya hati Seva.

Saya sih kasihan banget sama tokoh Seva ini. Harus menyembunyikan perasaannya hanya demi persahabatan. Sebaliknya, saya merasa sangat gemas pada Ren yang selalu membayang-bayangi hidup Seva. Jadi susah move on deh Seva-nya. Bahkan sikap Ren juga membuat Seva enggan untuk membalas perasaan Kegan.

Karakter tokoh-tokoh dalam novel ini memang cukup kuat. Hanya saja, menurut saya sih untuk masa kini, identitasnya masih sangat misterius. Melalui alur maju mundur, cerita pada novel ini didominasi dengan kisah dari masa lalu antara Seva dan Ren. Ada sih sedikit petunjuk di bagian akhir mengenai kondisi mereka sekarang yang semakin lama semakin terkuak, namun porsinya sedikit.

Menurut saya, latar tempat dan waktunya pun kurang menonjol. Tapi pas kok, enggak mengurangi keasyikan saya dalam menikmati cerita ini. Kenapa? Karena saya sudah keburu larut dalam gejolak emosi antara Ren dan Seva. Gaya bahasanya juga sangat nyaman dibaca, rapi dan mengalir. Jadi, meskipun alurnya terasa cukup lambat, tapi sama sekali tidak membosankan. Buktinya, saya selesai menamatkannya hanya dalam waktu dua hari.

Apalagi ketika sampai pada konflik utama, nendang banget, membuat saya tidak bisa berhenti membaca. Ditambah lagi ketika tiba di bagian ending. Duh, campur aduk deh perasaan saya. Kaget dan penasaran.... Berhubung novel ini adalah buku pertama dari Forever Series, jadi ceritanya memang dibuat bersambung.

Rating
Tiga setengah dari lima bintang untuk Ren dan Seva. Pokoknya saya harus baca buku selanjutnya ;)

6 comments:

  1. Keberhasilan penulis menyampaikan cerita galau kalau sampai pembacanya hanyut. Dan menurut kamu novel ini bisa menghanyutkan, rasanya saya juga harus mencoba membacanya. Hanya sayang, endingnya masih belum selesai ya.

    ReplyDelete
  2. Penasaran sama ceritanyaa, akhirnya sama siapa.. Hehehe.. Pengen nyari ah, lagi craving for romance soalnya.. 😄😄

    ReplyDelete
  3. Yahhh bersambung..pdhl rasa penasarannya udah tingkat kebelet T,T Emang sih sudut pandang orang pertama lebih mendetail, tapi kalau ada yang menulis dengan sudut pandang orang ketiga dan emosinya mampu mengimbangi sudut pandang orang pertama, itu baru WOW :D Jangan lupa review seri buku kelanjutannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo ga bersambung pun kan mungkin saya tulis endingnya :D

      Delete