Pages

Friday, November 27, 2015

Review: Ally--All These Lives


Detail Buku
Judul: Ally--All These Lives
Penulis: Arleen A.
Editor: Dini Novita Sari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, 2015
Tebal: 264 halaman
ISBN: 978-602-03-0884-5
Harga: Rp 59.000

Review
Pada mulanya, kehidupan Alison Lancaster berjalan biasa saja. Normal dan tidak jauh berbeda dengan kehidupan gadis kecil lainnya. Bersama kedua orang tuanya, dia tinggal di rumah yang cukup luas di Mountain View, San Francisco.

Baru pada umur sepuluh tahun, Ally--begitu dia biasa dipanggil--merasakan sebuah  keanehan. Suatu hari, sepulang sekolah, Ally sedang duduk di dapur, membicarakan hasil ulangan Matematika bersama mamanya yang sedang membuat kue cokelat. Tapi…
Tiba-tiba, sensasi menggelitik seperti kesemutan itu muncul. Kupikir ada seekor semut berjalan di atas lengan kiriku, maka kuusap dengan tangan kananku. Namun tidak ada semut di sana. Lalu kulit mukaku mulai tergelitik. Kuusap keningku. Tidak ada apa-apa juga di sana. Dan secara tiba-tiba saja... semuanya hilang. Tidak ada kegelapan, tapi juga tidak ada yang dapat kulihat seolah aku hanya satu-satunya makhluk yang ada di jagat yang luas ini.
(Halaman 7)
Setelah itu, semuanya mulai kembali seperti semula. Ally masih berada di dapur bersama mamanya. Tetapi mamanya tidak sedang membuat kue cokelat, melainkan memasak sup. Dan yang paling mengejutkan, di sebelahnya kini duduk seorang anak lelaki kecil. Namanya Albert. Mamanya menyebutkan bahwa dia adik Ally.
Anak ini benar-benar ada. Bagaimana mungkin aku punya seorang adik laki-laki? Bukankah lima menit yang lalu aku adalah anak tunggal?
(Halaman 9)
Orang tuanya merasa heran karena Ally bisa tiba-tiba "lupa" pada adiknya. Sayang, tidak ada satupun psikiater dan dokter saraf yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Ally tidak hanya sekali mengalami kejadian itu. Setiap kali terjadi, selalu ada yang berubah dalam kehidupannya. Misalnya ketika SMA, dia mendapati bahwa Albert telah meninggal. Ally menyebut momen itu sebagai Saat Ketidakberadaan. Ally kemudian melanjutkan kuliah di Foothill College. Saat berada di kelas astronomi, dia mendapatkan informasi mengenai teori tentang "Dunia yang Banyak".
Teori itu mengatakan bahwa alam semesta ini terbelah atau terbagi atau bercabang setiap kali sebuah keputusan dibuat. Sebagai akibatnya, ada banyak versi dari alam semesta ini, masing-masing dengan penghuninya sendiri.
(Halaman 28)
Menurut teori, tidak mungkin untuk berpindah dari satu alam semesta ke alam semesta lain. Tetapi Ally yakin bahwa selama ini, dirinya dan Ally-Ally lain telah pindah di antara alam semesta-alam semesta itu. Oleh karena itu, dia tidak pernah berpacaran dan menjaga jarak dengan orang-orang, karena takut akan kehilangan mereka.
Bisakah kau membayangkan seseorang yang karena pekerjaannya jadi sering berpindah-pindah tempat. Kopernya selalu terisi baju dan ia selalu siap berangkat. Untuk apa ia membereskan bajunya ke dalam lemari? Setiap kali ia mulai menganggap sebuah tempat sebagai rumah, ia bisa saja harus pindah lagi. Jika kau berada di posisi seperti ini, apakah kau akan menanam bunga atau pohon di kebun belakangmu? 
(Halaman 49)
Hingga suatu hari Ally bertemu dengan Kevin di kehidupannya yang baru, sesaat setelah Saat Ketidakberadaannya. Ally merasa sangat nyaman berhubungan dengan pria keturunan Tionghoa itu, sehingga dia pun bersedia menjadi kekasihnya. Setelah tiga tahun bersama, Kevin akhirnya melamar Ally. Tentu saja Ally menolak. Dia merasa tidak adil apabila menikah dengan Kevin, tetapi bisa kapan saja secara tiba-tiba pergi meninggalkannya.

Pada lamarannya yang ketiga, Kevin memberinya waktu selama seminggu. Namun, ketika Ally hendak menerima lamaran tersebut, Saat Ketidakberadaan terjadi lagi padanya. Hal baiknya, dalam kehidupan yang baru ini, Albert masih hidup. Namun hal buruknya, Kevin tidak mengenalnya, lelaki itu bahkan sudah menikah dengan wanita sesama keturunan Tionghoa.

~~~

Saya memang sangat penasaran dengan novel ini semenjak membaca dua bab pertamanya. Makanya, ketika akhirnya bisa mendapatkan buku ini, saya langsung membacanya. Namun karena berbagai kesibukan, baru sempat membuat review-nya sekarang.

Dua bab pertamanya memang sangat menarik, tapi bagaimana keseluruhan ceritanya? 
  • Kisah dalam novel ini disajikan dengan cara yang tidak bertele-tele. Tidak ada kalimat ataupun adegan yang mubazir. Walaupun begitu, alurnya tidak terlalu cepat juga. Sehingga saya bisa tetap menikmati setiap jalinan ceritanya dengan santai.
  • Cara penuturannya mengalir dan nyaman dibaca. Sehingga saya tidak bisa berhenti untuk membuka setiap lembar halamannya.
  • Gaya bahasanya sesuai dengan tokoh dan latar cerita yang berasal dari luar negeri. Sehingga sepintas, mirip novel terjemahan. Awalnya sih terasa asyik, tapi lama-kelamaan saya justru merasa gaya bahasanya agak kaku. Terdapat beberapa kalimat yang secara berurutan menggunakan pola SPOK. Kurang bervariasi.
  • Tokoh utamanya cukup menarik. Dengan kondisinya yang unik--menantang sekaligus mengerikan--seperti itu, membuat saya salut dengan ketegarannya. 
  • Konfliknya berbeda, tidak klise. Memang, seperti yang disebutkan oleh penulisnya bahwa "actually it’s 'just' a love story", tapi pemicu konfliknya memberikan sensasi yang berbeda. Tanpa adegan romantis yang berlebihan, saya seakan ikut mengalami rasa cinta, ragu, khawatir, dan takut kehilangan yang dirasakan oleh Ally.
  • Plotnya mantap. Sepanjang cerita dipenuhi dengan ketegangan yang membuat perhatian dan emosi saya tersedot pada Ally dan kehidupannya. Ketika Ally--dan saya--sedang menikmati kehidupannya yang baru, saya selalu dikejutkan dengan munculnya Saat Ketidakberadaan di waktu-waktu yang tidak terduga. 
  • Menambah pengetahuan baru, karena menggunakan teori yang memang benar ada sebagai latar ceritanya. Yaitu Teori Dunia Banyak (Many Worlds Interpretation Theory) yang diajukan oleh ahli fisika Hugh Everett III (1930-1982). 
  • Moral yang saya dapatkan dari kisah ini yaitu pertama, agar selalu menghargai dan menikmati waktu dan kebersamaan dengan orang yang kita sayangi. Kedua, kehidupan mungkin tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi kita masih bisa memilih bagaimana cara kita menjalani kehidupan tersebut.
  • Diawali dengan pembuka yang menarik dan diakhiri dengan penutup yang manis.

Rating
Empat dari lima bintang untuk Ally. Keren banget!

8 comments: