Friday, April 30, 2021

Review: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

perempuan yang menangis kepada bulan hitam

Identitas Buku
Judul: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
Penulis: Dian Purnomo
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: pertama, 2020
Tebal: 320 halaman
ISBN: 9786020648453
Harga: Rp 93.000

Dibaca
14-21 April 2021

Jalan Cerita
Magi Diela, seorang pegawai honorer di Dinas Pertanian Waikabubak, tiba-tiba menghilang. Rencananya, hari itu Magi akan memberikan penyuluhan pertanian ke Desa Hupu Mada. Namun dalam perjalanan ke sana, dia diculik dan dibawa menggunakan mobil pickup yang biasa digunakan untuk membawa hewan ternak.

Pada awalnya, Magi berusaha melawan. Sayangnya, tenaga perempuan mungil ini enggak sebanding dengan lima laki-laki muda yang menculiknya. Sebagai balasannya, dia malah mendapatkan pelecehan seksual.

Magi Diela merasa sangat rendah layaknya seekor binatang. (Halaman 42)

Di sepanjang jalan, Magi enggak berhenti memikirkan siapa yang berada di balik penculikan ini. Ketika mobil memasuki Patakaju dan terdengar sambutan kemenangan bagi seseorang di kampung ini yang telah berhasil mendapatkan perempuan untuk dikawininya, Magi mulai mengingat Leba Ali.

Rasa takut dan marah berlomba-lomba menempati pikiran Magi. Dia takut karena tahu kekuatan Leba Ali. Kedekatan lelaki itu dengan orang-orang berkuasa, harta yang dimilikinya, sekaligus kegenitannya. (Halaman 44)

Magi ditarik turun dari mobil, kemudian seorang perempuan menghampiri dan memercikkan air ke wajahnya. Tubuhnya tiba-tiba menjadi rileks dan dia enggak mengingat apa-apa lagi.

Ketika bangun, seluruh tubuh Magi terasa sangat sakit. Setelah perlahan menyadari semuanya, dia pun meraung dan berteriak begitu kencang sampai tenaganya habis. Ibu Leba Ali datang dan mencoba menghiburnya.

"Ko su ada di tempat aman. Kami semua adalah keluarga."
"Sa tidak akan kawin deng laki-laki yang kasih culik sa."
"Kalau ko tidak mau kawin deng Leba Ali, tidak ada laki-laki lain yang mau deng ko."
"Biar saja."
"Ko su tidak perawan lagi."
(Halaman 51)

Tentu saja Magi merasa sangat marah dan jijik. Dia diperkosa dalam keadaan enggak sadar, sudah begitu dipaksa menikah dengan pemerkosanya pula.

Review
Dari beberapa buku bertema perempuan inspiratif yang ingin saya baca dan review di bulan ini, akhirnya pilihan saya jatuh pada Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam. Selain tertarik karena review-nya yang bagus (rating 4,65 di Goodreads) dan desain sampulnya yang cantik (berwarna merah muda dengan lukisan yang artistik), saya juga penasaran karena temanya yang sangat unik dan ditulis berdasarkan kisah nyata.

Yup, cerita ini benar-benar terjadi di Sumba. Penulis membuat cerita ini berdasarkan pengalaman yang didengarnya ketika mendapatkan kesempatan residensi dari Komite Buku Nasional dan Kemendiknas untuk tinggal selama enam minggu di Waikabubak. 

Lalu kesimpulannya? Memang sangat bagus dan menginspirasi, tapi hati ini rasanya teriris-iris. Bahkan ketika membuat tulisan ini pun, saya terus menghela napas.

Eh, belum apa-apa sudah membahas kesimpulan. Tenang, akan saya bahas semuanya kok.

Kematian adalah kepastian, ada yang membiarkan kedatangannya menjadi misteri, ada yang menjemputnya dengan paksa. Magi Diela mencoba menjemput kematian dengan menggigit pergelangan tangannya sendiri sampai robek, berharap nadinya terkoyak dan darah menetes habis segera. (Halaman 7)

Novel ini dimulai dengan paragraf pembuka yang to the point, langsung menuju pada inti cerita. Tanpa banyak berbasa-basi dan menghadirkan adegan yang enggak perlu, penulis menunjukkan konflik yang terjadi pada Magi. Saya dibuat ngilu, tetapi juga penasaran mengapa Magi sampai nekat berbuat seperti itu.

Selanjutnya dengan alur maju dan sedikit adegan flashback di beberapa bab awal, saya akhirnya mengetahui apa penyebabnya. Bagaimana Magi tiba-tiba menghilang dan membuat keluarganya di Kampung Karang kebingungan, serta bagaimana kronologi kejadian yang sebenarnya menimpa Magi.

Yappa mawine atau kawin tangkap.

"Sa sebagai wakil dari keluarga Leba Ali ada datang untuk menyampaikan kabar bahagia. Ama punya anak nona, Magi Diela Talo, ada di kami punya rumah. Kami punya adik, Leba Ali, Sarjana Pendidikan, ada keinginan untuk ambil anak nona sebagai istri." (Halaman 18)

Ya, Magi diculik, ditangkap, dan 'dijinakkan' untuk dikawini oleh Leba Ali, lelaki beristri yang mata keranjang dan sudah mengincar Magi sejak gadis itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Yappa mawine merupakan tradisi dalam adat Sumba yang masih bertahan hingga saat ini. Sayangnya, praktiknya semakin melenceng dari budaya aslinya.

Semua adegan dalam novel ini memang berada di Sumba sebagai latar tempatnya. Penulis cukup detail menggambarkan berbagai keadaan di Sumba, sehingga saya bisa dengan mudah membayangkan bagaimana suasana di sana. Melengkapi deskripsi tersebut, penulis juga menyelipkan beberapa foto. Bonus yang menyenangkan. Tetapi sayang, warnanya hitam putih.


Wawasan saya tentang Sumba pun bertambah, terutama mengenai kehidupan masyarakat adatnya. Di satu sisi, memang sudah modern. Bisa diketahui dari para tokohnya yang menggunakan gawai, internet, dan Whatsapp untuk berkomunikasi. Namun di sisi lain, budaya dan adat istiadatnya pun masih sangat kuat. Bisa dilihat dari kepercayaan yang dianut, ritual-ritualnya, upacara adat, rumah adat, dan lain-lain. Termasuk acara adat wulla poddu (bulan hitam) yang diambil menjadi judul dalam novel ini.

Dari penggambaran tersebut, saya menangkap bahwa status perempuan dalam masyarakat adat Sumba dianggap lebih rendah. Di dalam rumah adat, ada ruang pamali di mana perempuan enggak bisa menginjakkan kakinya di sana. Perempuan hanya boleh masuk rumah melalui pintu samping. Perempuan harus selalu mengalah, enggak boleh melawan. Begitu juga dalam proses kawin tangkap, kesepakatan dan penentuan jumlah belis (mahar) dilakukan antar keluarga penculik dengan keluarga perempuan, tanpa melibatkan perempuan itu sendiri.

Ama sayange,
Sa minta maaf karena sudah menjadi anak perempuan untuk Ama. Seandainya sa lahir sebagai laki-laki, mungkin cerita kita akan berbeda.
Sekarang semua di tangan Ama. Cuma Ama yang bisa kasih selamat sa. Perkawinan ini adalah urusan laki-laki, jadi Ama sa yang bisa hentikan atau teruskan urusan ini.
(Halaman 69)
 
Suasana Sumba sebagai latar tempat di novel ini semakin terasa kental karena penulis menggunakan bahasa daerah Sumba dalam percakapan yang diucapkan oleh para tokohnya. Enggak perlu khawatir bingung, karena ada catatan kaki yang menjelaskan arti dari kata atau istilah dalam bahasa daerah tersebut. Setelah membaca seperempat bagian novel, saya pun mulai terbiasa dengan dialog khas Sumba.


Meski tinggal di Sumba, dibandingkan perempuan lain, pemikiran Magi memang lebih terbuka. Wajar, karena dia pernah kuliah di Jogja. Setelah mendapatkan gelar Sarjana Pertanian, Magi kembali ke Sumba untuk memajukan pertanian di tanah kelahirannya. Makanya, ketika menjadi korban kawin tangkap, Magi enggak mau menerima begitu saja. Dia berusaha untuk melawan bagaimanapun caranya.

Saya salut sekali dengan sikap yang dimiliki Magi. Begitu manusiawi. Sebagai perempuan, dia marah dan kecewa kepada ayahnya. Namun sebagai anak, dia juga masih begitu mencintai dan menghormati lelaki itu. 

Selain Magi sebagai tokoh utama, terdapat beberapa tokoh pendukung di dalam novel ini. Ada Leba Ali, Ama Bobo (ayah Magi), Ina Bobo (ibu Magi), Rega (kakak Magi), Tara (sahabat dan kakak ipar Magi), Dangu (sahabat Magi), Mama Mina, Bu Agustin, dan lain-lain. Semua tokoh tersebut memiliki karakter yang kuat dan berperan dalam membangun jalan cerita.

Ama Bobo dan Dangu adalah dua tokoh laki-laki yang paling dekat dengan Magi. Rasanya sedih sekali mendapati mereka enggak bisa melindungi Magi. Demi nama baik keluarga dan menjunjung tinggi adat istiadat, Ama Bobo menerima lamaran dari Leba Ali. Padahal sebelumnya Magi yakin sekali ayahnya berbeda dengan ayah teman-temannya. Buktinya, ayahnya rela menjual tanah demi menyekolahkan Magi ke Pulau Jawa.

Begitupun dengan Dangu. Meski sangat ingin, dia enggak bisa berbuat lebih banyak untuk membantu menyelamatkan Magi karena dibatasi oleh suku dan adat. 

Mengapa perbuatannya menyelamatkan sahabat sendiri dianggap dosa sementara perlakuan bejat Leba Ali dianggap memuliakan adat? (Halaman 121)

Tema novel ini memang berat, jumlah halamannya pun cukup tebal. Namun jalan cerita yang enggak terlalu rumit, tempo yang cepat, dan terbagi ke dalam 57 bab yang singkat (masing-masing babnya hanya terdiri dari 4 hingga 8 halaman), membuat novel ini menjadi sangat mudah untuk diselesaikan. Rasanya enggak ingin berhenti untuk membalik setiap halamannya. 

Ditambah lagi, konflik yang dialami Magi benar-benar mengaduk-aduk perasaan saya. Walau menggunakan sudut pandang orang ketiga, penulis secara lihai berhasil membuat saya turut merasakan emosi yang dialami oleh Magi. Takut, tak berdaya, marah, kecewa, sedih, bimbang, tegang, dan lain-lain. Dengan segala emosi tersebut, enggak ada kesempatan untuk merasa bosan.  

Novel dengan label 17+ ini memang mengandung beberapa adegan kekerasan fisik dan seksual. Makanya, pada buku cetakan terbaru, sudah dilengkapi dengan tulisan 'Trigger Warning' di sampulnya.

Untungnya, perjuangan yang dilakukan Magi berbuah manis. Setelah adegan menegangkan dan aksi 'gila' Magi pada puncak konflik, novel ini ditutup dengan ending yang cukup memuaskan. 

"Dong terlalu gila untuk dilawan." (Dangu, halaman 248)
"Sa lebih gila dan juga tidak bisa dilawan.” (Magi, halaman 309)

Rating
Empat setengah dari lima bintang.

Magi memang tokoh fiksi dan Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam pun hanya cerita fiksi. Namun kawin tangkap benar-benar terjadi. Membayangkan di Sumba sana masih ada perempuan yang masih menjadi korban kawin tangkap, rasanya sakit sekali hati ini. Nyeseuk....

Makanya, enggak salah saya memilih Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam untuk review buku bertema perempuan inspiratif. Perkembangan karakter dan perjuangan Magi sang tokoh utama, memang sangat menginspirasi. Segala cara dia lakukan demi mendapatkan kemerdekaan dan harga dirinya, haknya yang dirampas dengan mengatasnamakan adat istiadat.

Magi bertransformasi dari perempuan tak berdaya yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, menjadi perempuan yang lebih kuat dan berani dengan melakukan usaha yang lebih cerdas, agak nekat, dan menurut saya sangat 'gila'. Pengorbanan tersebut dia lakukan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua perempuan Sumba. 

Wahai leluhur, ini rasanya tidak adil, tapi akan sa jalani. Berhenti membuat kami merasa seperti barang, yang bisa ditukar dengan hewan, yang dihargai hanya karena kami pung rahim. (Halaman 147)

Penulisnya pun, Dian Purnomo, lebih menginspirasi. Melalui buku ini, beliau menunjukkan perlawanannya terhadap tradisi kawin tangkap di Sumba. Dikemas secara apik dalam bentuk cerita fiksi, pesan dan kritik di dalamnya tersampaikan dengan baik. Two thumbs up....

Semoga cerita yappa mawine yang saya dengar tahun lalu, tidak akan pernah terjadi lagi. (Catatan Penulis)
~~~

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Bulan April.
Tema: Review Buku Perempuan Inspiratif



Read more >>

Monday, April 22, 2019

Pengumuman Pemenang Giveaway: Diary Gamophobia

Terima kasih banyak ya buat teman-teman yang sudah meramaikan giveaway novel Diary Gamophobia. Kini saatnya saya mengumumkan siapa pemenang yang beruntung. 

So, langsung saja ya. Saya sampaikan selamat kepada...

Bety Kusumawardhani

Silakan segera mengirim biodata (nama, alamat lengkap, dan nomor telepon) ke email sweet_donath@yahoo.com dengan subjek "Pemenang Giveaway Diary Gamophohia", paling lambat tanggal 24 April 2019.


Read more >>

Monday, April 15, 2019

Blogtour dan Giveaway: Diary Gamophobia


Detail Buku
Judul: Diary Gamophobia
Penulis: Liana Safitri
Editor: Diara Oso
Penerbit: Laksana
Cetakan: pertama, 2019
Tebal: 256 halaman
ISBN: 978-602-407-518-7
Harga: Rp 65.000

Blurb
Terlahir dari keluarga yang tak bahagia, Anna memutuskan untuk tidak menikah. Ia bertekad untuk membesarkan dan membahagiakan Sasa, anak mendiang sahabatnya. Suatu ketika ia bertemu Tony, pria yang mengantarkan Sasa pulang dari sekolah. Pertemuan itu tanpa terduga terus berlanjut. Sasa pun merasa sayang pada Tony, bahkan mengakuinya sebagai "papa"-nya di depan teman-teman sekolah. Baik Anna maupun Tony menyadari, ada sesuatu yang mulai berubah. Namun, trauma di masa lalu masih membayangi.

Review
Bagaimana apabila teman-teman melihat seorang anak kecil sedang menangis di pinggir jalan? Langsung berhenti dan menanyakan rumahnya, itulah yang dilakukan Anthony saat dia melihat anak TK menangis kebingungan di pinggir jalan. 

Awalnya Sasa ketakutan dan menolak, namun melihat ketulusan hati Tony, dia pun mau menerima bantuan Tony untuk mengantarnya pulang ke rumah. Dengan sedikit petunjuk, akhirnya Tony dapat menemukan rumah Sasa.

Setelah menunggu beberapa lama dan melalaikan janji dengan kliennya, akhirnya Tony bertemu dengan Mama Sasa, Anastasia yang panik karena telat menjemput Sasa. Tony tidak menyangka bahwa Mama Sasa masih sangat muda.

Karena mobilnya mogok, Tony menerima tawaran Anna untuk minum teh di rumahnya. Berkat hal tersebut, Tony mengetahui hobi Anna yang suka melukis. Merasa tertarik dengan lukisan Anna, Tony pun menawarkan untuk menjual lukisan-lukisan tersebut di galeri miliknya. 

Sejak saat itu, hubungan mereka bertiga semakin dekat. Sasa yang membutuhkan figur seorang ayah, Anna yang sibuk mengurus Sasa seorang diri, dan Tony yang memang menyayangi Sasa, membuat mereka sering berinteraksi.

Sudah dapat melihat ke mana arah jalan ceritanya kan? Sasa sangat senang dengan kehadiran Tony dan menyebut Tony sebagai 'Papa' di hadapan teman-teman sekolahnya. Selain menyayangi Sasa, Tony pun memiliki perasaan khusus pada Anna. Sebenarnya Anna juga mulai merasakan sesuatu pada Tony, namun dia melawan perasaan tersebut. Yup, sesuai dengan judul novel ini, Anna memiliki gamophobia, takut menikah.

"Aku tidak tahu kenapa kamu selalu melukis orang secara terpisah. Ini menyedihkan! Apakah mereka tidak bisa berada dalam satu bingkai yang sama? Berbagi tempat yang sama?" (Halaman 174)

~~~

Diary Gamophobia ini diawali tanpa prolog yang dramatis atau pancingan yang biasanya membuat pembaca pesaran. Walau begitu, novel ini dibuka dengan manis melalui cerita pertemuan antara Tony dan Sasa. Tanpa banyak berbasa-basi, pembaca langsung dihadapkan pada pemicu masalah.

Ada tiga tokoh utama dalam novel ini. Pertama Anna, seorang gadis muda yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis, kini bekerja sebagai pegawai pabrik boneka rumahan. Kedua Sasa, seorang gadis kecil anak angkat Anna, ayahnya pergi begitu saja dan ibunya sudah meninggal. Serta Tony, seorang pria muda dan mapan pemilik galeri lukisan.

Tema mengenai gamophobia yang digunakan dalam novel ini memang unik dan menarik. Melalui alur maju dengan beberapa adegan flashback, pembaca akan ikut memahami perasaan Anna. Bagaimana masa lalu Anna yang suram masih terus membayanginya hingga kini, meski Anna sudah meninggalkan rumah dan keluarganya.

Selain Anna, kedua tokoh utama dalam novel ini juga memiliki masalahnya masing-masing. Sasa sering dirundung teman sekolahnya karena tidak mempunyai ayah. Begitu pula Tony yang mempunyai masa lalu kelam dan membuatnya sangat menyesal. Dituturkan menggunakan sudut pandang orang ketiga, saya dapat ikut merasakan emosi yang dirasakan semua tokohnya dengan mudah.

Tokoh dalam novel ini memang tidak terlalu banyak. Ada tokoh pendukung seperti Daisy teman Anna, Roy teman Tony, Bu Guru, dan Bi Inem. Mereka semua memiliki peran dan porsi yang tidak berlebihan, namun mendukung berjalannya cerita dengan pas.

Oiya, saya suka bagaimana penulis mengungkap masa lalu Anna dan Tony. Contohnya melalui adegan flashback dari diary dan cerita Bi Inem, sehingga jalan cerita terasa begitu mulus. Didukung dengan gaya bercerita yang formal namun santai, serta teknik penulisan yang rapi.

Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah Bandung. Wawasan saya bertambah setelah membaca novel ini. Karena sebagai orang Bandung, saya malah baru tahu kalau di Sukamulya ada sentra pembuatan boneka. Dan saya juga baru ngeuh kalau taman di Cilaki itu namanya Taman Pustaka Bunga Kandaga Puspa, hehehe....

Diary Gamophobia adalah karya penulis yang pertama kali saya baca. Salut dengan usaha penulis menunjukkan seluk beluk gamophobia, serta memperlihatkan interaksi antara Anna dan Sasa, Tony dan Sasa, juga Bu Guru dan Sasa yang terasa begitu mengalir dan natural. Konfliknya pun cukup menguras emosi. Membaca novel ini membuat perasaan saya ikut teraduk-aduk. 

"Barangkali obat lupa atau alat penghapus ingatan buruk yang paling manjur dan canggih adalah membuat ingatan baik sebanyak-banyaknya. Dengan demikian ingatan baik itu bisa melawan lalu mengalahkan ingatan buruk." (Halaman 246)

Giveaway
Penasaran enggak sama buku ini? Ingin tahu lebih banyak tentang gamophobia? Atau ingin tahu bagaimana endingnya? Tenang.... Laksana akan memberikan 1 eksemplar buku Diary Gamophobia untuk 1 orang pembaca blog ini loh.

Persyaratannya mudah kok.
Seandainya mencintai orang yang memiliki gamophobia, apa yang akan teman-teman lakukan? 
  • Jawaban ditulis melalui komentar pada postingan ini dengan format:
Jawaban:
Nama:
Akun Instagram:
Akun Twitter:
Link Share:
  • Giveaway berlangsung pada tanggal 15 - 21 April 2019. 
  • Pemenang akan diumumkan paling lambat pada tanggal 23 April 2019.
  • Bagi pemenang, wajib foto buku hadiahnya jika sudah sampai.

Yuk, ikut dan ajak teman-teman yang lain ya ;)


Read more >>

Wednesday, February 6, 2019

Review: Psikologis Suara Hati


Detail Buku
Judul: Psikologis Suara Hati
Penulis: Ivy Rifki
Penyunting: Yogi Vinanda
Penerbit: Kaifa Publishing
Cetakan: 1, 2018
Tebal: 356 halaman
ISBN: 978-602-6611-89-5

Blurb
Di hari ulang tahunnya yang ke-21, Lintar mendapat kejutan dari Dona, perempuan yang selama ini dicintainya, namun Lintar belum berani mengatakannya. Di saat yang sama Lintar harus menerima kenyataan bahwa hidupnya berubah 180 derajat setelah kedatangan arwah Guntur. Lintar dihadapkan pada situasi yang tidak pernah dia bayangkan, dia harus rela berbagi tubuh dengan Guntur.
Erik, laki-laki yang muncul tiba-tiba, dia memegang sebuah buku yang berjudul Book of Life. Buku yang menyimpan seluruh rahasia Guntur.
Akankah Lintar berani mengatakan cintanya pada Dona? Apakah Guntur ingin mengambil alih tubuh Lintar selamanya?
Novel ini menceritakan bagaimana jalinan cinta, persahabatan, dan dendam adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari jiwa manusia.

Review
Novel ini diawali dengan prolog yang menarik dan diksi yang memikat. Tentang proses kelahiran sepasang bayi kembar. Sayangnya, mereka terlahir kembar siam. Dada mereka menyatu dan hanya memiliki satu jantung saja. Tanpa sepengetahuan istrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan operasi pemisahan dan hanya menyelamatkan salah satu dari mereka. 

Kemudian cerita dibuka dengan kisah kehidupan Lintar. Dia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya, serta bersama Dona, sahabat yang diam-diam dia sukai. Namun di hari ulang tahunnya, sebuah petir menyambar Lintar dan membuatnya hilang kesadaran. Tubuhnya pun diambil alih oleh Guntur.

Ternyata Guntur adalah kembarannya yang telah meninggal 20 tahun yang lalu. Selama menggunakan tubuh Lintar, gaya dan sikapnya sangat berbeda 180 derajat, membuat orang tua dan teman-teman Lintar kebingungan. 

Ide dari novel ini sangat unik. Memang masih ada beberapa hal yang terasa misterius. Dalam eksekusinya pun, masih ada peralihan latar dan adegan yang membingungkan karena tanpa tanda/pembatas. Namun secara keseluruhan, novel ini cukup menghibur. 

Karakter tokohnya pun cukup kuat dan konsisten di sepanjang cerita. Selain Lintar dan Guntur sebagai tokoh utama, kisah dalam novel ini semakin seru dengan kehadiran tokoh-tokoh pendukung seperti Dona, Lusi, Vega, Mike, dan lain-lain. Ternyata mereka semua memiliki masalah masing-masing sehingga novel ini menyajikan konflik yang lumayan pelik. 

Kisah dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, membuat saya dapat dengan mudah memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan para tokohnya.

Latar tempat dan latar waktu enggak terlalu dieksplor dalam novel ini. Tapi enggak masalah karena enggak mengurangi keasyikan ketika menikmati ceritanya. Apalagi membacanya sambil mendengarkan alunan gitar dan suara dari penulis. Wuih, mantap.

Novel ini diakhiri dengan ending yang enggak tertebak. Hal yang paling saya suka dari novel ini adalah pesan yang tersirat di dalamnya. Tentang cinta, keluarga, dan persahabatan.

Read more >>

Wednesday, December 5, 2018

Review: Enjoy The Little Things


Detail Buku
Judul: Enjoy The Little Things
Penulis: Kincirmainan
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: pertama, 2018
Tebal: 518 halaman
ISBN: 978-602-04-7937-8
Harga: Rp 98.800

Blurb
Bapak adalah lelaki Jawa yang perfeksionis. Sifat Bapak ini terlihat jelas saat menyelidiki bibit-bebet-bobot calon menantu yang akan menikahi tiga anak gadisnya nanti. Yang Maharani tahu, nama baik Bapak adalah segalanya. Rani tak mau merusak itu. Lebih baik tidak menikah, kalau ternyata suatu hari nanti harga diri Bapak akan terluka karena pilihan Rani.
Namun keadaan ternyata berkata lain. Pada malam ketiga setelah putus hubungan dengan Bima, Maharani bertemu seorang pemuda yang penampilannya membuat Rani sempat meragukan kejantanannya. Hanya saja 'sesuatu' terjadi di antara mereka, khususnya dua bulan setelah pertemuan mereka itu, pasti membuat Rani akan berpikir ratusan kali jika ingin meragukan siapa pun.
'Kecelakaan' yang terjadi antara Rani dan Yudha, si pemuda feminin, membuatnya harus memperkenalkan Yudha sebagai calon menantu kepada sang Bapak.
Bapak, yang ternyata kurang menerima laki-laki berwajah mulus seperti Yudha.
Bapak, yang ternyata tidak menerima ketika orang yang akan menikahi Rani adalah lelaki yang lebih memilih membuka usaha toko kue bukan toko alat listrik atau bangunan.
Seksis memang. Terlebih latar belakang keluarga Yudha sebenarnya membuat Rani berpikir ulang jutaan kali untuk maju. Mampukah Rani menyatukan dua keluarga yang saling bertolak belakang ini dalam pernikahannya dengan Yudha?

Review
Tokoh utama dalam novel yang berjudul Enjoy The Little Things ini yaitu Maharani. Dia seorang gadis Jogja berusia 23 tahun yang sedang merantau, bekerja sebagai staf HRD di sebuah perusahaan di Jakarta. Orangnya polos,  dan ngomongnya lucu campur bahasa Jawa. Rani sangat menyayangi dan menghormati orang tuanya. Makanya, selama ini dia selalu menjaga kepercayaan dan nama baik Bapak dan Bunda meski tinggal di kota metropolitan.

Pasangan Rani dalam novel ini adalah Yudha. Di balik penampilannya yang feminim karena rajin memakai skincare, Yudha merupakan sosok pria yang bertanggung jawab, perhatian, dan super sabar. Sayang, latar belakang keluarganya membuat Yudha enggak percaya diri ketika mulai menjalin hubungan dengan Rani.

Selain Rani dan Yudha, tokoh yang memiliki peran besar dalam novel ini yaitu Bapak dan Jonah. Bapak adalah ayah Rani yang tegas dan berwibawa dengan latar belakang kehidupan Jawanya. Meski gengsian, tapi beliau sangat menyayangi Rani. Adapun Jonah adalah ayah angkat Yudha yang memiliki pemikiran lebih terbuka. Dia merupakan pemilik usaha Pie Mama yang terkenal. Kepribadiannya bisa membuat Bapak syok apabila menjadi besannya, hihihi... Seru deh.

Setting waktu yang digunakan pada novel ini yaitu masa kini. Adapun setting tempatnya sebagian besar berada di Jakarta, seperti tempat kos Rani dan kantor Rani. Selain itu ada juga setting tempat di klub malam Go-Go dan Kedai Pai Mama. Meski porsinya sedikit, namun adegan di sana cukup penting dalam menggerakkan cerita.

Deskripsi setting tempatnya enggak terlalu detail. Tapi enggak masalah, karena perhatian saya sendiri sudah cukup tersita dengan cerita yang seru dan kompleks dalam novel ini.

Novel ini dikisahkan melalui sudut pandang orang pertama, yaitu dari Rani sebagai tokoh utama. Dengan begini saya bisa ikut merasakan dengan persis bagaimana naik turunnya emosi yang dialami Rani dalam kisah ini. 

Gaya bahasanya ringan dan lincah. Cara penyampaiannya pun mengalir dan enggak membosankan. Dengan latar belakang tokoh utama yang berasal dari Jogja, penulis menyelipkan beberapa kata dalam bahasa Jawa. Jadi lebih menarik. Beberapa kata ada yang diberi catatan kaki apa artinya dalam bagasa Indonesia, tapi banyak juga yang enggak. Jadi sebagai orang Sunda saya enggak mengerti apa artinya, hihihi....

Tema dari novel yang diperuntukkan bagi usia 21 tahun ke atas ini bukan hanya menarik, tetapi juga begitu unik. Dengan tebal sebanyak 518 halaman, novel ini berhasil memikat saya dalam konflik yang sangat kompleks.

Banyak pelajaran yang bisa diambil. Tentang risiko melakukan 'sesuatu' di luar nikah. Tentang tanggung jawab. Tentang menikah dan menyatukan dua keluarga. Tentang hubungan antara anak dan orang tua. Dan lain-lain.

Saya suka banget. Very recomended.

Read more >>

Wednesday, October 24, 2018

Review: Hijrah Sakinah

hijrah sakinah

Detail Buku
Judul: Hijrah Sakinah - Mengatasi 55 Masalah Utama Pernikahan Semudah Senyum
Penulis: Hanny Dewanti
Penyunting: Ilona Alle
Penerbit: Ikon (Imprint Penerbit Serambi)
Cetakan: I, September 2018
Tebal: 240 halaman
ISBN: 978-602-61440-8-9
Harga: Rp 82.000

Blurb
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang kalut dengan permasalahan rumah tangga.
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang bingung arah rumah tangga kacau balau ini.
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk belajar tentang bagaimana berumah tangga.
Buku ini juga diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untul mengakhiru rumah tangga.
Jika hari ini ada kesempatan, jangan ke mana-mana dulu. Buatlah secangkir teh hangat dan nyalakan muratal terbaik yang Anda sukai, lalu duduk sejenak untuk membaca buku ini. Buku ini akan menemani Anda dan menjawab pertanyaan-pertanyaan besar dalam rumah tangga untuk Anda. Insha-Allah.

Review
Awalnya saya merasa sedikit ragu untuk membaca buku ini. Soalnya tema yang diangkat cukup berat, masalah rumah tangga. Apalagi saat membaca blurb-nya, duh jadi maju-mundur. Bukannya apa-apa. Saat ini kan saya sedang mempunyai bayi. Dengan waktu membaca yang sangat terbatas, rasanya kalau ada kesempatan untuk mencuri-curi membaca buku, saya lebih senang memilih buku fiksi yang ringan dan menghibur saja, hohoho....

Tapi karena penasaran dengan temanya yang sangat menarik, saya pun mulai melahap buku ini. Dan enggak menyesal. Setelah dibaca, isinya memang berat dan padat. Diperkuat dengan dalil dari Al-Quran dan hadist pula. Namun... disampaikan dengan gaya bahasa yang ringan dan santai. Asyik dan seru deh. Jauh banget dari membosankan. Teknik penulisannya rapi, dengan cara penuturan yang runut. Membuat saya susah untuk berhenti membaca.

Buku ini terbagi dalam 10 bab, yang di dalamnya terdapat beberapa sub bab lagi menjadi 55 masalah utama dalam rumah tangga. Sebagai gambaran bagi teman-teman, berikut pembagian babnya.
  • Setelah Gebyar Pesta 
  • Finansial yang Harus Transparan
  • Soal Anak yang Membuat Galak
  • Pekerjaan Rumah? Pekerjaan Siapa?
  • Jarak yang Semakin Jauh
  • Tetangga, Oh Tetangga
  • Media Sosial Membuat Antisosial
  • Hancurnya Dinding Kesetiaan
  • Penghancur Rumah Tangga
  • Ini Keluarga Kita, Bukan Mereka
Yang ditutup dengan bab Sebelum Berpisah sebagai bahan renungan bagi teman-teman yang sedang mempertimbangkan untuk bercerai.

Unik-unik ya judul babnya. Begitupun dengan judul sub babnya. Pembahasannya lengkap banget. Mulai dari masalah rumah tangga yang tampak "ringan" seperti pekerjaan rumah dan tetangga. Kemudian masalah rumah tangga yang cukup berat seperti KDRT dan perselingkuhan. Hingga masalah rumah tangga yang biasanya tabu untuk dibahas dalam masyarakat kita, seperti seks dan keuangan.

Dalam tulisan yang berjudul Istri Itu Celengan Suami, para istri diingatkan agar bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan lebih baik lagi. Bahwa uang yang diberikan suami, maupun uang yang dihasilkan sendiri oleh istri akan dimintai pertanggungjawabannya. Apalagi di zaman yang serba online ini, di mana begitu banyak godaan belanja untuk para istri, hehehe....
Istri kan memang celengan suami. Istri tidak harus bekerja mencari nafkah seperti suami. Namun, istri wajib menjadi parasut agar saat suami jatuh rasanya tidak terlalu menyakitkan.
(Halaman 36)
Kemudian saya senyum-senyum sekaligus terharu saat membaca tulisan yang berjudul Istriku Pembantu Gratisanku. Penulis menceritakan tentang seorang ayah yang menolak lamaran seorang laki-laki yang baru lulus dan sudah dapat kerja. Kenapa? Karena pandangan laki-laki tersebut mengenai seorang istri. 
"Jadi, setelah Neng seharian bantu orang tuamu di warung, terus pulang ke rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga gitu?"
"Iya, bener, Pak."
"Jadi, kamu mau menikahi anak saya biar dapat pembantu gratis di warung orang tuamu?"
(Halaman 74)
Hihihi.... Hai para suami, melakukan pekerjaan rumah tangga itu enggak akan mengurangi kejantanan kok. Justru hal tersebut bisa membuat istri semakin hormat dan sayang. Memang setiap rumah tangga itu enggak sama kondisinya. Kalau memang seorang suami enggak bisa membantu pekerjaan istrinya, cukup tunjukkan saja perhatian dan jangan terlalu banyak menuntut seperti yang dibahas penulis dalam tulisan yang berjudul Paling Tidak, Pedulilah Saja Dulu.

Lalu bagaimana apabila hadir perempuan lain dalam rumah tangga? Penulis memaparkan cara mengatasinya dalam tulisan yang berjudul Predator Itu Bernama Pelakor.
Kita perlu melakukan klarifikasi. Tapi, lakukan dengan cara yang anggun. Sungguh, keanggunan perempuan dinilai dari caranya bertutur kata. Selesaikan urusan ini dengan baik. Cari pihak ketiga yang amanah untuk menjadi mediator. Bagaimana dengan pelakornya? Tenang. Allah Maha Adil dan Mengetahui. Sungguh azab Allah sangat pedih.
(Halaman 170)
Dan masih banyak masalah rumah tangga lain yang dibahas dalam buku ini. Seperti hubungan dengan ipar, pola asuh anak, riba, suami yang cemburu, hobi, fenomena reuni serta kopdar, dan lain-lain. Beberapa masalah rumah tangga cukup relate dengan kehidupan saya, namun sebagian besar membuat saya tercengang. Menambah wawasan dan menjadi pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.

Pertama, masalah dalam pernikahan itu merupakan hal yang biasa. Daripada menanggapi dengan emosi berlebihan, lebih baik menghadapinya dengan tenang.
Ya memang tidak mudah. Kalau mudah, pernikahan tidak akan disebut sebagai penyempurna agama.
(Halaman 210)
Kedua, apapun masalahnya, yang penting terus jaga komunikasi antara suami dan istri. 
Yang diperlukan hanyalah bibir untuk bercerita dan telinga untuk mendengar.
(Halaman 214)
Meski desainnya didominasi warna pink yang unyu-unyu, buku ini bisa dibaca baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun saya bertanya-tanya juga sih, kenapa mesti pink ya, khawatir mata menjadi lelah. Eh, ternyata enggak loh. Dipadukan dengan font yang nyaman dibaca, buku ini enggak membuat mata lelah. 

Kesimpulannya, buku ini benar-benar recomended. Dapat memberikan pencerahan menuju keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Read more >>

Friday, October 12, 2018

Blog Tour Black Leather Jacket: Pemenang Giveaway



Terima kasih ya buat teman-teman yang sudah meramaikan giveaway novel Black Leather Jacket karya Aditia Yudis dan Ifnur Hikmah dari Penerbit Twigora di blog ini. Kini saatnya saya mengumumkan siapa pemenang yang beruntung. 

So, langsung saja ya. Saya sampaikan selamat kepada...

Iput A. Futhona

Silakan segera mengirim biodata (nama, alamat lengkap, dan nomor telepon) ke email sweet_donath@yahoo.com dengan subjek "Pemenang Giveaway Black Leather Jacket", paling lambat tanggal 15 Oktober 2018.

Bagi teman-teman yang belum beruntung, enggak perlu sedih. Karena blog tour ini masih berlangsung di beberapa blog lain ;)


Read more >>