Showing posts with label non fiksi. Show all posts
Showing posts with label non fiksi. Show all posts

Wednesday, October 24, 2018

Review: Hijrah Sakinah

hijrah sakinah

Detail Buku
Judul: Hijrah Sakinah - Mengatasi 55 Masalah Utama Pernikahan Semudah Senyum
Penulis: Hanny Dewanti
Penyunting: Ilona Alle
Penerbit: Ikon (Imprint Penerbit Serambi)
Cetakan: I, September 2018
Tebal: 240 halaman
ISBN: 978-602-61440-8-9
Harga: Rp 82.000

Blurb
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang kalut dengan permasalahan rumah tangga.
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang bingung arah rumah tangga kacau balau ini.
Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk belajar tentang bagaimana berumah tangga.
Buku ini juga diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untul mengakhiru rumah tangga.
Jika hari ini ada kesempatan, jangan ke mana-mana dulu. Buatlah secangkir teh hangat dan nyalakan muratal terbaik yang Anda sukai, lalu duduk sejenak untuk membaca buku ini. Buku ini akan menemani Anda dan menjawab pertanyaan-pertanyaan besar dalam rumah tangga untuk Anda. Insha-Allah.

Review
Awalnya saya merasa sedikit ragu untuk membaca buku ini. Soalnya tema yang diangkat cukup berat, masalah rumah tangga. Apalagi saat membaca blurb-nya, duh jadi maju-mundur. Bukannya apa-apa. Saat ini kan saya sedang mempunyai bayi. Dengan waktu membaca yang sangat terbatas, rasanya kalau ada kesempatan untuk mencuri-curi membaca buku, saya lebih senang memilih buku fiksi yang ringan dan menghibur saja, hohoho....

Tapi karena penasaran dengan temanya yang sangat menarik, saya pun mulai melahap buku ini. Dan enggak menyesal. Setelah dibaca, isinya memang berat dan padat. Diperkuat dengan dalil dari Al-Quran dan hadist pula. Namun... disampaikan dengan gaya bahasa yang ringan dan santai. Asyik dan seru deh. Jauh banget dari membosankan. Teknik penulisannya rapi, dengan cara penuturan yang runut. Membuat saya susah untuk berhenti membaca.

Buku ini terbagi dalam 10 bab, yang di dalamnya terdapat beberapa sub bab lagi menjadi 55 masalah utama dalam rumah tangga. Sebagai gambaran bagi teman-teman, berikut pembagian babnya.
  • Setelah Gebyar Pesta 
  • Finansial yang Harus Transparan
  • Soal Anak yang Membuat Galak
  • Pekerjaan Rumah? Pekerjaan Siapa?
  • Jarak yang Semakin Jauh
  • Tetangga, Oh Tetangga
  • Media Sosial Membuat Antisosial
  • Hancurnya Dinding Kesetiaan
  • Penghancur Rumah Tangga
  • Ini Keluarga Kita, Bukan Mereka
Yang ditutup dengan bab Sebelum Berpisah sebagai bahan renungan bagi teman-teman yang sedang mempertimbangkan untuk bercerai.

Unik-unik ya judul babnya. Begitupun dengan judul sub babnya. Pembahasannya lengkap banget. Mulai dari masalah rumah tangga yang tampak "ringan" seperti pekerjaan rumah dan tetangga. Kemudian masalah rumah tangga yang cukup berat seperti KDRT dan perselingkuhan. Hingga masalah rumah tangga yang biasanya tabu untuk dibahas dalam masyarakat kita, seperti seks dan keuangan.

Dalam tulisan yang berjudul Istri Itu Celengan Suami, para istri diingatkan agar bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan lebih baik lagi. Bahwa uang yang diberikan suami, maupun uang yang dihasilkan sendiri oleh istri akan dimintai pertanggungjawabannya. Apalagi di zaman yang serba online ini, di mana begitu banyak godaan belanja untuk para istri, hehehe....
Istri kan memang celengan suami. Istri tidak harus bekerja mencari nafkah seperti suami. Namun, istri wajib menjadi parasut agar saat suami jatuh rasanya tidak terlalu menyakitkan.
(Halaman 36)
Kemudian saya senyum-senyum sekaligus terharu saat membaca tulisan yang berjudul Istriku Pembantu Gratisanku. Penulis menceritakan tentang seorang ayah yang menolak lamaran seorang laki-laki yang baru lulus dan sudah dapat kerja. Kenapa? Karena pandangan laki-laki tersebut mengenai seorang istri. 
"Jadi, setelah Neng seharian bantu orang tuamu di warung, terus pulang ke rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga gitu?"
"Iya, bener, Pak."
"Jadi, kamu mau menikahi anak saya biar dapat pembantu gratis di warung orang tuamu?"
(Halaman 74)
Hihihi.... Hai para suami, melakukan pekerjaan rumah tangga itu enggak akan mengurangi kejantanan kok. Justru hal tersebut bisa membuat istri semakin hormat dan sayang. Memang setiap rumah tangga itu enggak sama kondisinya. Kalau memang seorang suami enggak bisa membantu pekerjaan istrinya, cukup tunjukkan saja perhatian dan jangan terlalu banyak menuntut seperti yang dibahas penulis dalam tulisan yang berjudul Paling Tidak, Pedulilah Saja Dulu.

Lalu bagaimana apabila hadir perempuan lain dalam rumah tangga? Penulis memaparkan cara mengatasinya dalam tulisan yang berjudul Predator Itu Bernama Pelakor.
Kita perlu melakukan klarifikasi. Tapi, lakukan dengan cara yang anggun. Sungguh, keanggunan perempuan dinilai dari caranya bertutur kata. Selesaikan urusan ini dengan baik. Cari pihak ketiga yang amanah untuk menjadi mediator. Bagaimana dengan pelakornya? Tenang. Allah Maha Adil dan Mengetahui. Sungguh azab Allah sangat pedih.
(Halaman 170)
Dan masih banyak masalah rumah tangga lain yang dibahas dalam buku ini. Seperti hubungan dengan ipar, pola asuh anak, riba, suami yang cemburu, hobi, fenomena reuni serta kopdar, dan lain-lain. Beberapa masalah rumah tangga cukup relate dengan kehidupan saya, namun sebagian besar membuat saya tercengang. Menambah wawasan dan menjadi pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.

Pertama, masalah dalam pernikahan itu merupakan hal yang biasa. Daripada menanggapi dengan emosi berlebihan, lebih baik menghadapinya dengan tenang.
Ya memang tidak mudah. Kalau mudah, pernikahan tidak akan disebut sebagai penyempurna agama.
(Halaman 210)
Kedua, apapun masalahnya, yang penting terus jaga komunikasi antara suami dan istri. 
Yang diperlukan hanyalah bibir untuk bercerita dan telinga untuk mendengar.
(Halaman 214)
Meski desainnya didominasi warna pink yang unyu-unyu, buku ini bisa dibaca baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun saya bertanya-tanya juga sih, kenapa mesti pink ya, khawatir mata menjadi lelah. Eh, ternyata enggak loh. Dipadukan dengan font yang nyaman dibaca, buku ini enggak membuat mata lelah. 

Kesimpulannya, buku ini benar-benar recomended. Dapat memberikan pencerahan menuju keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Read more >>

Monday, April 9, 2018

Review: Metamorphoself



Detail Buku
Judul: Metamorphoself
Penulis: Komunitas Ngarujak
Penerbit: DmS Publishing
Cetakan: I, Februari 2018
Tebal: 246 halaman
ISBN: 978-602-51311-1-0

Blurb
Metamorphosis ulat menjadi kupu-kupu merupakan gambaran dari Allah SWT, tentang suatu perubahan yang baik. Ketika masih menjadi ulat, ia hanya dapat bergerak secara perlahan dengan jarak tempuh yang pendek. Dan tidak sedikit manusia, yang merasa jijik dan menjauh ketika bertemu dengannya. Tapi ketika dia mulai berpuasa saat proses metamorphosisnya dalam kepompong, ia kemudian menjadi kupu-kupu yang cantik dan disukai oleh seluruh umat manusia. Kini ia tidak hanya menggeliat, tetapi terbang dan mampu menjelajahi muka bumi dengan jarak puluhan kilo meter.
Diambil dari kisah nyata dari para penulisnya. Buku ini menyajikan cerita penuh hikmah tentang proses-proses hijrah dari seorang manusia terkhusus dari kalangan wanita. Rintangan, tantangan, serta air mata, menjadi hal yang wajib ada dalam proses hijrah mereka. Namun, ada saja pertolongan dan lindungan Allah SWT yang senantiasa menjadikan penguat untuk tetap bertahan dalam proses "hijrah", dan tentu saja menjadi hikmah bagi kita semua. Temukan mutiara-mutiara hikmah dari sebuah proses hijrah, hanya dalam buku ini.

Dibaca
Maret 2018

Review
Secara garis besar, hijrah dibedakan menjadi dua macam. Pertama, hijrah makaniyah yaitu berpindah tempat, seperti kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Kedua, hijrah maknawiyah. Sifatnya lebih luas, bukan hanya berpindah tempat, tetapi berganti keyakinan, pemikiran, kesukaan, dan akhlak. Tentunya ke arah yang lebih baik ya. Hijrah dalam konteks Islam berarti memutuskan atau meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintaiNya.

Dalam buku ini, teman-teman dari Komunitas Ngarujak menceritakan pengalaman hijrahnya masing-masing. Sebelum membahas isi bukunya, kenalan dulu yuk sama komunitas ini.

Ngarujak merupakan akronim dari NGAji seRU moJAng Kreatif, yaitu komunitas yang menjadi wadah bagi muslimah di Bandung untuk berdakwah dalam karya. Komunitas ini memang masih muda, baru dibentuk pada bulan September tahun 2015 dan diresmikan pada bulan Januari tahun 2016. Tapi sangat produktif loh. Mereka memiliki program rutin tholabul ilmi, skill, dan sosial. 

Bulan November yang lalu, saya pernah mengisi materi online di WA Group penulis Ngarujak. Berbagi sedikit pengalaman tentang serba-serbi menulis buku antologi. Eh, ternyata setelah itu prosesnya cepat banget. Bulan Februari, buku antologinya sudah terbit. Yup, buku Metamorphoself ini.

Ada sembilan mojang yang berkontribusi dalam buku ini. Tulisan pertama dibuka oleh kisah Alit Listianingsih dengan judul Bersiaplah Duhai Muslimah Penghuni Surga. Penulis menceritakan bagaimana proses hijrahnya pada akhir tahun 2016. Saat itu dia mendengar tausyiah di sebuah masjid terkenal di daerah Gegerkalong. Hatinya tergugah. Namun ketika bermuhasabah, tak ada setetes pun air matanya yang jatuh. Padahal dari kanan, kiri, depan, belakang, terdengar suara isak tangis.

Sejak kejadian tersebut, dirinya selalu gelisah. Bertanya-tanya, apa yang salah sehingga hatinya menjadi keras. Hingga suatu hari dia menonton sebuah video tentang akhir zaman yang membuatnya tersadar. Setelah itu, ketika kembali bermuhasabah, air mata dan rasa penyesalan pun mengalir deras.

Pada hari itu, setelah keluar dari masjid tersebut, saya seperti terlahir kembali, menjejaki langkah yang baru, memupuki bibit yang baru tertanam dan menunggu untuk menuainya.
(Halaman 10)

Cerita pembuka yang sangat menarik. Apalagi penulis juga menguraikan tanda-tanda akhir zaman, kemudian ditutup dengan ajakan kepada pembaca untuk semangat berjuang di jalan Allah dan mendapat ridho-Nya. Bagi saya pribadi, cerita akhir zaman selalu membuat bulu kuduk merinding dan menjadi pengingat yang dahsyat agar senantiasa memperkuat keimanan.

Selanjutnya ada Heny Wijaya dengan tulisannya yang berjudul Muslimah Harus Berkarya. Dia mengajak pembaca untuk berkarya, memberikan manfaat bagi sekitar dan menebar kebaikan untuk orang lain. Penulis memaparkan kisah inspiratif dari beberapa muslimah yang sudah berhasil dengan karyanya. Mulai dari seorang ibu yang telah mendidik 10 anaknya menjadi penghafal Al-Quran, seorang wanita yang sukses menjadi motivator termuda se-Asia Tenggara, dan lain-lain.

Lalu ada Yulianis yang dalam tulisannya dengan judul Hijrah dan Ukhuwah, menunjukkan betapa indahnya memiliki teman-teman yang bisa saling menyemangati dan mengingatkan karena Allah. Adapun Heny Saripah dalam tulisannya yang berjudul Hijrah "Embun di Padang Gersang", menceritakan proses hijrahnya di tengah lingkungan yang kurang kondusif. Dia tinggal di daerah di mana sering terjadi maksiat dan pemurtadan. 

Pelangi Hijrah merupakan tulisan dari Atiasih tentang proses hijrahnya yang indah. Keputusannya untuk berhijrah membuat jumlah teman-temannya berkurang drastis. Namun dia tak peduli karena kini bisa hidup bahagia dan lebih tenang.

Kisah pun bergulir pada ranah asmara. Anggia Nur Angriani dalam tulisannya yang berjudul Hijrah-Istiqomah dalam Penantian menuturkan masa lalunya yang dia sesali, berpacaran. Sekarang dia sudah berhijrah dan membagikan tips bagi pembaca agar istiqomah menjemput cinta dengan cara yang disukai-Nya.

Kemudian Dea Nursyifa menceritakan pengalamannya melakukan ta'aruf hingga menikah dengan laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya dalam tulisan yang berjudul Cinta Sejatiku. Penulis juga memaparkan hal-hal apa saja yang harus disiapkan menuju pernikahan. Sedangkan Nova, melalui tulisannya yang berjudul Untaian Asmara Rumah Tangga, memberikan pencerahan bagaimana mengatasi masalah yang terjadi dalam rumah tangga. 

Terakhir, buku ini ditutup dengan tulisan yang dirangkai oleh Nikki Sarah Yuliana, judulnya Let's Go Public. Penulis menyeru pembaca untuk menjadi agen perubahan yang mengajak orang-orang untuk berhijrah ke jalan-Nya. Dia pernah terdiam saat ditanya: "Apakah yang sudah kamu lakukan untuk Islam?" Nah, hal tersebut yang menjadi latar belakang bagaimana penulis membentuk komunitas Ngarujak. Keren ya....

Mulai saat ini kita harus bertekad untuk menjadi manusia yang luar biasa dan bukan menjadi manusia yang biasa saja. Jadilah sosok yang positif, kontributif, dan dinamis dalam menjawab tantangan dari Allah sebagai Agent of Change.
(Halaman 226)

Lalu penulis melengkapi tulisannya dengan menguraikan serba-serbi Go Public serta tips dan triknya. 

Buku yang luar biasa. Dengan berbagai macam penuturan sesuai gaya bahasa masing-masing--ada yang santai, formal, menggebu, dan lain-lain, Metamorphoself menghadirkan kisah based on true story yang penuh hikmah dan menginspirasi. Wajib dibaca oleh muslimah zaman now ;)

Read more >>

Monday, February 27, 2017

Resensi 100 Fakta Seputar Tidur @ Koran Jakarta

Alhamdulillah, resensi saya dimuat lagi di Rubrik Perada Koran Jakarta pada hari Rabu, 22 Februari 2017. Kali ini tanpa drama :D 

Berikut tulisan versi asli yang saya kirim.

~~~


Tidur Memengaruhi Kualitas Hidup

Detail Buku
Judul: 100 Fakta Seputar Tidur yang Perlu Anda Tahu
Penulis: Tim Naviri
Editor: Nailul Huda
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Cetakan: pertama, 2016
Tebal: 415 halaman
ISBN: 978-602-8240-4

Resensi
Setiap hari, manusia memiliki waktu 24 jam. Idealnya, sepertiga dari waktu tersebut, yaitu 8 jamnya digunakan untuk tidur atau beristirahat. Dengan begitu, sisa waktunya dapat dijalani dengan baik. Namun biasanya sering kali muncul hal-hal tak terduga yang dapat mengurangi waktu tidur. Entah karena urusan pekerjaan atau memang mempunyai gangguan tidur sehingga tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Penulis mengawali buku ini dengan penjelasan mengenai hal-hal yang terjadi pada tubuh selama tidur. Di antaranya yaitu suhu tubuh menurun, tekanan darah dan detak jantung menurun, otot lumpuh sementara waktu, serta produksi kolagen meningkat.

Meski tampaknya sepele, tidur terbukti memiliki pengaruh yang besar. Bukan hanya pada kesehatan dan pikiran, namun juga terhadap aktivitas, kinerja, dan produktivitas.

Tidur dapat memengaruhi kecantikan kulit. Sebuah studi yang diprakarsai oleh Dr. Guy Meadows (pakar dalam bidang tidur) dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tidur 8 jam dan 6 jam. Setelah 5 malam, hasilnya, para relawan yang tidur hanya 6 jam setiap malam menunjukkan perubahan pada garis-garis halus dan kerutan yang meningkat hingga 45 persen, bintik hitam yang meningkat hingga 13 persen, dan kantung hitam di mata hingga 127 persen (hal 38).

Dalam hal kesehatan, tidur antara 7-8 jam secara teratur setiap malam dapat menyehatkan jantung sehingga akan membantu menenangkan sistem saraf dan menghilangkan stres akibat kesibukan kerja. Sebaliknya kurang tidur di malam hari dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan kanker usus besar. Hal itu disebabkan karena perbedaan tingkat hormon melatonin pada orang yang terkena cahaya lampu di malam hari (hal 57).

Cukup tidur dapat mengobati stres, yang secara tidak langsung dapat mengurangi risiko hipertensi. Selain itu, tidur nyenyak pada malam hari juga menjadikan sistem internal tubuh (seperti sistem kekebalan tubuh) menjadi lebih baik dan lebih waspada, sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit.

Dan ketika tidur di saat sakit kepala ataupun selesma, sel-sel tubuh menghasilkan lebih banyak protein. Molekul dalam tubuh membentuk blok bangunan untuk sel, yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki kerusakan (hal 61). 

Tidur juga dapat memengaruhi produktivitas. Kemampuan berpikir yang berkurang dan sulit berkonsentrasi bisa disebabkan karena kurang tidur. Otak memanfaatkan waktu tidur untuk membersihkan toksin yang dihasilkan selama berpikir seharian. Maka, tidur yang cukup dapat menyegarkan otak kembali.

Kurang tidur dapat menyebabkan mudah lupa. Karena tidur malam dapat memperkuat hubungan antara sel-sel saraf otak, tempat terjadinya proses mengingat. Serta memperkuat memori yang melemah seiring berjalannya waktu.

Yang tidak kalah pentingnya, tidur dapat memengaruhi keharmonisan keluarga. Penelitian menemukan bahwa posisi tidur suami istri ikut menentukan tingkat keharmonisan rumah tangga. Pasangan yang tidur dengan posisi yang sarat kontak fisik dapat membuat hubungan semakin harmonis dan hangat. Kontak fisik yang dimaksud adalah tidur sambil berpelukan atau berpegangan tangan (hal 77).

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa orang yang tidurnya sering terganggu atau kurang cenderung memperlakukan pasangannya secara tidak baik. Tentu saja tidur yang cukup harus ditunjang dengan komunikasi yang baik, saling menghargai, serta rasa cinta dan sayang.

Selain manfaat tidur, buku ini menjelaskan berbagai fakta menarik lain tentang tidur. Di antaranya yaitu serba-serbi tidur siang, masalah tidur seperti insomnia, mendengkur, sleep apnea (henti napas saat tidur), bruxism (mengertakkan gigi sewaktu tidur), dan sleep paralysis (tindihan), serta berbagai tip seputar tidur seperti tip menenangkan diri, tip menata cahaya, tip membentuk kebiasaan bangun pagi, hingga minuman dan makanan yang baik dikonsumsi sebelum tidur. Semuanya bersumber dari hasil riset dan penelitian para pakar di dunia.

~~~

Sedangkan tulisan versi yang sudah diedit oleh tim redaksi bisa dibaca di sini ;)


Read more >>

Monday, February 20, 2017

Resensi The Geography of Faith @ Koran Jakarta


Galau. Saya bingung entah harus senang atau sedih. Pastinya senang banget dong ketika mengetahui bahwa resensi saya dimuat lagi di Rubrik Perada Koran Jakarta. Tapi karena terbitnya hari Sabtu, 14 Januari 2017, maka tulisan saya tersebut enggak muncul di versi online-nya. Enggak dapat bukti terbitnya deh :(

Read more >>

Tuesday, November 22, 2016

Review: The Geography of Faith


Detail Buku
Judul: The Geography of Faith - Pencarian Tuhan di Tempat-Tempat Paling Religius di Dunia dari Tibet sampai Yerusalem
Penulis: Eric Weiner
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Zahra Haifa
Penerbit: Penerbit Qanita
Cetakan: I, September 2016
Tebal: 500 halaman
ISBN: 978-602-402-040-8
Harga: Rp 85.000

Review
Kesan pertama saya ketika melihat buku ini yaitu "Aih, lucunya...." Lihat saja desain sampul depannya yang cute banget. Jav juga sampai ikutan suka dan asyik bermain mobil-mobilan di atas permukaannya. Namun kesan tersebut langsung berkurang setelah saya membaca judulnya, duh berat banget temanya. Apalagi saat mengetahui jumlah halamannya, wuih sangat tebal. 

Tetapi kenyataan tersebut tidak mengurangi minat saya untuk membaca isinya. Saya memang belum pernah membeli dan membaca buku-buku filsafat, makanya penasaran. Dan ternyata seru juga sih. 

Jadi, buku yang memiliki judul asli Man Seeks God: My Flirtation with The Divine ini merupakan memoar dari penulisnya, mantan koresponden untuk National Public Radio (NPR). Semuanya berawal dari pertanyaan seorang suster di rumah sakit, "Sudahkah kau menemukan Tuhanmu?"
"Kenapa?" tanyaku begitu aku bisa bernapas lagi. Apakah tak lama lagi aku akan berjumpa dengan-Nya? Apakah kau telah melihat CT scan-ku? Kau tahu sesuatu? Dia tidak menjawab. Dia hanya menatapku dengan ekspresi bijak dan seolah-olah tahu akan sesuatu, lalu meninggalkanku sendirian bersama pikiran kalut serta jubah pasien yang tidak memadai ini. 
(Halaman 15)
Rupanya, dia tidak mengidap penyakit kanker atau penyakit mematikan lainnya, hanya gangguan pencernaan. Namun pertanyaan suster tadi terus mengganggunya. Dia terlahir sebagai orang Yahudi, tetapi masih sangat meragukan eksistensi Tuhan.
Karena sepertinya tak ada kategori spiritual yang cocok untukku, aku merasa harus menciptakannya: Confusionist. Diambil dari kata confused atau bingung, kami Confusionist memang bingung--amat sangat bingung--dalam soal Tuhan dan agama.
(Halaman 18)
Maka selanjutnya dia pun mencari tahu ada berapa banyak Tuhan dan agama di dunia ini. Kemudian panik setelah mengetahui bahwa saat ini sudah terdapat sembilan ribu sembilan ratus agama, dengan dua atau tiga agama baru muncul setiap hari. Akhirnya dia mencetak daftar agama tersebut serta menyortirnya. Hingga hanya tersisa delapan keyakinan.

Delapan aliran kepercayaan tersebut yaitu Sufisme, Buddhisme, Fransiskan, Raelisme, Taoisme, Wicca, Syamanisme, dan Kabbalah. Tidak tanggung-tanggung, dia pun melakukan perjalanan ke berbagai kota-kota sumbernya dan mencari pembimbing untuk lebih mengenal delapan aliran kepercayaan yang telah dipilihnya.
Aku sengaja tidak memilih agama secara utuh, tetapi sedikit irisannya. Irisan Tuhan.
(Halaman 33)
Kota pertama yang dia kunjungi yaitu Istanbul di Turki. Tempat Rumi--sang pujangga Islam--menuliskan syairnya dan tempat asal para darwis yang berputar. Di kota ini penulis berusaha untuk berlatih sema, upacara berputar.
Sema bukanlah tarian. Sema adalah semacam kemurnian, namun pengertiannya sukar dijabarkan dengan kata-kata. Sema seperti mencicipi buah. Sulit dijelaskan, tetapi lezat. Sema adalah saat kesadaran menjadi murni. Saat hatimu berubah dengan terus-menerus berzikir, mengingat Allah.
(Halaman 88)
Kota selanjutnya yaitu Kathmandu di Nepal. Kota tersebut memiliki sejarah agama Buddha yang dalam. Di sini penulis belajar untuk bermeditasi.
'Agama' berasal dari bahasa Latin religio, yang artinya 'mengikat', tetapi Buddhisme justru menjunjung ketidakterikatan. Buddhisme agama yang melepaskan--melepaskan konsep jiwa, Tuhan, dan akhirnya dirimu sendiri.
(Halaman 175)
Kota berikutnya yaitu New York di Amerika Serikat. Pada sebuah penampungan tunawisma di Bronx Selatan, dia belajar untuk lebih mengenal Fransiskan, ordo Katolik.
Fransiskus percaya bahwa kita harus mengosongkan diri--dari harta benda, gagasan, kebanggaan--sebelum Tuhan bisa memasuki kehidupan kita. Bagi Fransiskus, kemiskinan tidaklah merepresentasikan perbudakan, tetapi kebebasan, karena dengan tidak memiliki apa-apa, kita tak perlu mempertahankan apa-apa.
(Halaman 207)
Penulis kemudian menghadiri pertemuan Raelian yang mewah di Las Vegas. Raelian adalah agama terbesar berbasis UFO. Mereka percaya bahwa semua makhluk hidup di bumi diciptakan oleh Elohim.
Raelian memuja teknologi secara ekstrem ('Sains adalah agama kita'), tetapi bukankah kita semua seperti itu? Bukankah kita memandang teknologi--bukan teknologi tertentu, tetapi konsep teknologi itu sendiri--nyaris sebagai kekuatan ilahi untuk kebaikan di muka bumi? Teknologi bukan hanya agama kita, melainkan sihir kita.
(Halaman 282)
Perjalanan pencarian Tuhan kemudian dilanjutkan dengan mengikuti tur agama Tao di Wuhan, Cina. Penulis berharap di kota ini dia dapat memperbaiki chi-nya yang bermasalah. 
Taoisme, berkisar pada mengosongkan diri dari segala keterikatan, pengetahuan, konsep, ambisi--semua itu, dan lebih lagi, hingga kita menjadi cangkang kosong. Tao mengisi lubang berbentuk Tuhan dengan Tuhan berbentuk lubang.
(Halaman 317)
Karena mempunyai ketertarikan pada sihir, maka penulis pun belajar mengenal Wicca pada seorang penyihir di Washington D.C.
Wicca adalah agama yang sangat demokratis. kita memilih sendiri dewa atau dewi yang ingin disembah, memilih bagian permata yang akan dipandangi, dan tak akan ada yang tersinggung. Tak akan ada Tuhan yang cemburu.
(Halaman 350)
Masih di kota yang sama, Washingtong D.C., penulis mengikuti Lokakarya Syaman. Dia mencoba praktik spiritual Syamanisme.
Kekuatan syaman terletak pada kemampuan mereka kesurupan sesuka hati dan mencapai tingkat kesadaran yang berbeda, dengan atau tanpa bantuan psikotropika.
(Halaman 379)
Kemudian terakhir, penulis menutup pencariannya dengan mengunjungi Tzfat (juga dieja Safed), kota kecil di kawasan pinggiran Tel Aviv, Israel untuk memahami Kabbalah.
Kabbalah (dan Yahudi secara umum) adalah tikkun, atau 'memperbaiki'. Pengikut Kabbalah percaya kita memiliki tugas unik untuk membantu memperbaiki dunia dengan memperbaiki diri kita, kesadaran kita.
(Halaman 437)
Meskipun diterjemahkan dengan sangat baik, namun saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melahap isi buku ini. Selain karena tebal, buku ini juga memberikan wawasan baru yang menurut saya cukup luar biasa--bahkan agak ajaib di beberapa bagian. Tetapi secara keseluruhan, isi buku ini sangat menarik. Mengandung kebijaksanaan yang mencerahkan, sindiran yang menohok, sekaligus humor yang menghibur. 

Rating
Tiga setengah dari lima bintang.

Read more >>

Wednesday, October 5, 2016

Review: Wonderful Life

Wonderful life - amalia prabowo

Detail Buku
Judul: Wonderful Life
Penulis: Amalia Prabowo
Penyunting: Hariadhi dan Pax Benedanto
Ilustrator: Aqillurachman A. H. Prabowo
Penerbit: POP, imprint KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan: Pertama, April 2015
Tebal: viii + 169 halaman
ISBN: 978-979-91-0854-8
Harga: Rp 45.500 Gratis, pinjam dari iJakarta

Dibaca
Senin, 3 Oktober 2016

Review
Namaku Amalia, putri bungsu keluarga ningrat Jawa yang berpendidikan tinggi dan berkecukupan materi.
(Halaman 3)
Itulah kalimat pembuka yang mengawali kisah dalam buku ini. Ya, sebagai putri dari seorang dokter spesialis yang tinggal di Malang, sejak kecil Amalia selalu dididik dengan keras. Bayangkan, setiap pagi, dia dan keempat saudaranya harus melahap semua isi koran dan menjelaskan apa yang terjadi di seluruh dunia di hadapan ayahnya. Bagi ayah Amalia, membaca merupakan bekal yang sangat penting untuk dapat menggenggam dunia. 

Berkat didikan ayahnya, Amalia tumbuh menjadi gadis yang selalu teratur dan terencana. Selama ini rencana yang dijalankannya secara disiplin, membuat hidupnya selalu sesuai dengan yang diinginkannya. Contohnya ketika dia memilih sekolah di SMA Negeri serta diterima di universitas terbaik di Indonesia melalui jalur PMDK (program penjaringan siswa berprestasi untuk masuk ke universitas terbaik).

Begitu pula ketika dia memutuskan untuk menikah muda, menapakkan kaki ke Jakarta, dan memiliki karir yang melesat hingga mencapai puncak--menjadi CEO wanita pertama di perusahaan advertising multinasional. Bahkan ketika sepuluh tahun pernikahannya merapuh, Amalia memilih untuk merelakan suaminya dan tidak larut dalam kesedihan.

Setelah dua tahun hidup sendiri, akhirnya Amalia menemukan sosok yang mengembalikan ‘rasa’ dalam hidupnya. Namanya Syafiqurachman. Mereka kemudian menikah serta memiliki dua orang anak, Aqil dan Satria. Hidupnya sempurna.

Namun, sang pemilik kehidupan mempunyai kehendak lain. Amalia kehilangan pekerjaannya dan suaminya meninggalkannya karena ingin kembali ke keyakinan yang dianutnya. Seakan belum cukup, Aqil--yang dia harapkan dapat menjadi dokter, insinyur, atau apa saja yang dapat membuat diri dan keluarganya bangga--mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Padahal Aqil sudah diserahkan ke sebuah sekolah bertaraf internasional termahal.
Ia terlahir dari keturunan yang memiliki DNA dengan kecerdasan tinggi. Ia hanya kurang keras berusaha. Ia anak manja.
(Halaman 66)
Persepsi Amalia terhadap Aqil, menciptakan jurang yang dalam di antara mereka. Amalia menyibukkan diri dengan mendirikan perusahaan baru. Sedangkan Aqil lebih mendekatkan diri dengan ibu dan kakak perempuan Amalia.

Ketika sadar bahwa Aqil adalah titipan-Nya, Amalia mulai menemui berbagai ahli untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Langit terasa runtuh menimpanya ketika Amalia mengetahui bahwa Aqil merupakan suspek disleksia.
Disleksia: gangguan dalam membaca yang disebabkan kesulitan otak dalam membedakan simbol dan merangkainya.
(Halaman 74)
Mau tahu kelanjutan ceritanya? Baca bukunya ya :D

~~~

Unik dan menarik. Begitulah penilaian saya ketika secara sekilas melihat buku ini. 
  • Pertama, dari sampul depannya. Lihat saja pilihan warnanya yang simpel, hanya hitam, putih, biru, dan merah. Namun tetap memukau dengan desainnya yang eye catchy
  • Kedua, dari sampul belakangnya. Memuat blurb yang cukup menggambarkan isi buku, namun tetap membuat penasaran. Menjelaskan mengenai kesabaran dan kemauan Amalia untuk memahami dunia Aqil--putra sulungnya yang menyandang disleksia. 
  • Ketiga, penggunaan jenis hurufnya. Berbeda dengan jenis huruf yang biasanya terdapat pada buku lain. Memberikan citra santai dan jauh dari dari kesan kaku.
  • Keempat, ilustrasi yang indah. Setiap lembarnya dihiasi dengan hasil karya Aqil yang khas dan artistik. Ya, Aqil memang mengalami gangguan dalam membaca, menulis, dan berhitung, namun dia memiliki imajinasi yang luar biasa.

Selanjutnya, menginspirasi tanpa menggurui. Begitu pandangan saya terhadap buku ini setelah membaca seluruh isinya.
  • Pertama, dari gaya bahasanya. Ditulis seperti menyusun jurnal. Santai, sehingga terasa sangat dekat dengan pembacanya. Dan memang, buku ini merupakan kisah nyata yang dialami sendiri oleh penulis. Sehingga tidak terasa menggurui.
  • Kedua, dari cara penuturannya yang runut. Dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Me yang mengisahkan tentang latar belakang kehidupan Amalia sehingga pembaca dapat memahami alasan di balik respon Amalia ketika mengetahui masalah Aqil, kemudian Him yang menceritakan tentang Aqil dan kondisinya, serta Us yang berisi tentang usaha Amalia agar kehidupan keluarganya (dia, Aqil, dan Satria) bisa kembali harmonis.
  • Ketiga, penuh motivasi. Semangat Amalia patut dicontoh. Mulai dari prinsip hidup ayah Amalia yang kemudian menurun juga pada Amalia. Serta usaha Amalia setelah dia menyadari kebutuhan Aqil. Bagaimana dia memahami kebosanan Aqil karena harus melakukan terapi dengan membuat pola lingkaran yang berulang-ulang, bagaimana dia--yang sejak kecil tidak pernah mengenal teriknya matahari dan sesaknya debu--rela menemani Aqil melakukan terapi heavy hiking, juga bagaimana dia mencari akal agar dapat membuat pameran bagi hasil karya Aqil setelah menerima berbagai penolakan dari galeri dan kurator.
  • Keempat, menambah pengetahuan mengenai disleksia. Saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang disleksia. Padahal masa depan anak penyandang disleksia sangat bergantung pada bagaimana penerimaan serta bagaimana respon orang tua menyikapi amanah disleksia tersebut. Seandainya Amalia menutup mata pada kondisi anaknya, mungkin kehidupan Aqil akan semakin terpuruk.
  • Kelima, mengandung ilmu pengasuhan anak yang sangat kental. Umumnya bagi seluruh orang tua dan khususnya bagi orang tua anak penyandang disleksia. Bahwa setiap anak dilahirkan istimewa. Tugas orang tua lah untuk membantu menggali, memfasilitasi, dan mengembangkan potensinya. Jangan sampai orang tua hanya menilai dan menghargai kemampuan anak hanya dari sisi akademisnya. Aqil telah membuktikan bahwa meskipun tanpa kemampuan akademis, dia bisa tetap berprestasi dan bermanfaat bagi masyarakat. 
  • Keenam, memberikan pelajaran hidup bagi semua orang. Iya, kita memang harus selalu berusaha maksimal untuk mendapatkan sesuatu. Namun Sang Penciptalah yang memiliki hak prerogatif dalam mengatur hidup kita, karena Dia yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Jadi, teruslah berusaha, serahkan hasilnya pada Sang Pencipta, dan terima apapun yang terjadi, begitu seterusnya.
  • Ketujuh, tetap menghibur. Meskipun cerita ini non fiksi, namun disajikan dengan cara penulisan seperti cerita fiksi. Ada bagian pembuka, subkonflik, konflik, hingga penyelesaian konflik. Makanya buku ini tidak membosankan, membuat penasaran, bahkan dapat membuat emosi pembaca naik-turun juga. 

Quote Favorit
Kendali kehidupanku sepenuhnya ada di tanganku. Bahagia atau sedih adalah pilihan sadarku.
(Halaman 11)
Evaluasi dan perencanaan kembali adalah cara terbaik untuk move on.
(Halaman 50)
Jika kehidupan adalah berkah maka musibah sekalipun adalah anugerah.
(Halaman 51)
Cara terbaik untuk bertahan dalam kehidupan yang bukan milik kita ini adalah berdamai dengan kehidupan.
(Halaman 127)
Rating
Tiga setengah dari lima bintang. Saya sangat merekomendasikan buku non fiksi bergenre self improvement yang sarat akan cinta dan perjuangan seorang ibu ini. Bukan hanya untuk pembaca yang memiliki anak, tetapi juga untuk semua calon orang tua. Yuk baca bukunya, sebelum filmnya tayang tanggal 13 Oktober nanti ;)

Semoga dengan adanya buku Wonderful Life dan rilisnya film berjudul sama yang diangkat dari buku Wonderful Life di Bulan Peduli Disleksia Internasional ini, masyarakat dapat semakin memahami dan menghargai orang-orang yang menyandang disleksia :)

Read more >>

Monday, May 9, 2016

Review: Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Teknik Lingkungan



Detail Buku
Judul: Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Teknik Lingkungan
Penulis: Widyanti Yuliandari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2016
Tebal: 102 halaman
ISBN: 978-602-03-2608-5

Review
Bisa dibaca di sini :)

Rating
Empat dari lima bintang.

Read more >>

Friday, April 29, 2016

Resensi Happy Book for Happy Parent @ Koran Jakarta

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan rekomendasi sebuah buku bagus dari seorang teman. Temanya apa lagi kalau bukan tentang pengasuhan anak :) Tapi buku ini berbeda dengan buku bertema sama lainnya. Kenapa? Karena kalau pada buku lain objeknya adalah anak, pada buku ini objeknya yaitu orang tua. Jadi, sebelum menerapkan berbagai macam metoda dan pola pengasuhan, sebaiknya orang tua perlu menyiapkan diri terlebih dahulu.

Setelah selesai membaca, saya langsung membuat resensi dan mengirimnya ke redaksi Koran Jakarta. Kangen nih, sudah lama sekali tulisan saya enggak muncul di rubrik Perada. Saya membuat resensinya hari Jumat, mengirimnya hari Sabtu, dan mendapat 'surat cinta' pada hari Minggu. Lumayan shock ketika membaca isinya :') Memang gara-gara saya juga sih. Banyak kesalahan lama yang masih diulangi, karena terlalu lama enggak bikin resensi *pembenaran* :p

Namun terbit harapan juga bahwa mungkin tulisan saya akan dimuat. Biasanya sih begitu :D Dan ternyata benar. Tulisan saya dimuat keesokan harinya, Senin, 25 April 2016. Mudah-mudahan jadi pembuka di tahun ini untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Aamiin....

Sayangnya, lagi-lagi saya enggak berhasil mendapatkan versi cetaknya. Padahal hari itu suami sedang berada di Jakarta :(

Berikut tulisan versi asli yang saya kirim.

~~~


Tips Menjadi Orang Tua yang Bahagia

Detail Buku
Judul: Happy Book for Happy Parent
Penulis: Aisya Yuhanida Noor
Editor: Yulia Suzana
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Cetakan: pertama, 2016
Tebal: 205 halaman
ISBN: 978-602-02-8028-8
Harga: Rp 54.800

Resensi
Menjadi orang tua memang tidak ada sekolahnya. Namun pada era informasi seperti sekarang, ilmu pengasuhan dapat dengan mudah untuk diakses. Mulai dari buku, seminar, hingga informasi dari internet. Lalu apakah dengan begitu, tanggung jawab sebagai orang tua bisa dilalui dengan lebih mudah?

Sayangnya, tidak. Bagi sebagian orang tua, peran tersebut bisa menjadi sangat melelahkan. Bukan karena kurangnya ilmu, tapi karena kadang belum siap untuk menerapkannya.

Orang tua menduduki posisi pertama dalam daftar 'pekerjaan' berdasarkan urutan tingkat stresnya. Hal tersebut dapat memunculkan emosi negatif yang secara tidak sadar sering orang tua lampiaskan pada anak. Contohnya seperti tuntutan yang tinggi, bentakan, larangan, banyak menyalahkan, jarang mengapresiasi, jarang memeluk, dan lain-lain (hlm 7). Akibatnya, anak jadi tidak mau dekat dengan orang tua.

Latar belakang tersebut yang membuat psikolog lulusan Universitas Padjadjaran menyusun buku ini. Beliau menulis berdasarkan pengalaman profesional dan pengalaman pribadinya. Buku ini berbeda, karena tidak membahas ilmu parenting, tapi membahas kesiapan pribadi orang tua sebagai orang dewasa dalam menjalankan perannya (hlm 24).

Ada empat prinsip untuk menjadi orang tua yang bahagia, sehingga dapat mempraktikkan pola pengasuhan secara efektif. Pertama, bahwa kita adalah orang tua terbaik yang Tuhan persembahkan untuk mendampingi anak kita. Bagaimanapun kondisi anak kita, ingatlah bahwa Tuhan pastilah memberikan kita anak disertai dengan potensi kesanggupan kita untuk mengasuhnya dengan sebaik mungkin (hlm 36). Manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan kita dan anak kita.

Kedua, orang tua adalah tugas seumur hidup dan harus dipertanggungjawabkan. Kita memang tidak pernah dipersiapkan untuk menjadi orang tua. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran ketika melakukan kesalahan. Sebagai orang dewasa, kita harus terus memperbaiki kesalahan dan selalu membekali diri agar mampu menjadi orang tua terbaik sesuai potensi yang dimiliki (hlm 47).

Ketiga, emosi anak adalah cermin dari emosi orang tua. Ahli emosi mengatakan bahwa emosi itu lebih menular daripada flu. Akan berpindah dari satu orang ke orang lain, seperti virus (hlm 57). Apalagi pada anak di bawah usia enam tahun yang otaknya lebih didominasi oleh gelombang theta, yaitu gelombang yang membuat semua informasi masuk ke alam bawah sadar. Oleh karena itu, orang tua harus berusaha agar lebih sering merasa bahagia.

Keempat, kepercayaan anak terhadap orang tua tercipta dari kelekatan yang kuat. Bersama, dekat, dan lekat itu berbeda. Kelekatan dengan anak sangat penting sebagai modal untuk dapat terus mendampingi perjalanan hidupnya. Jangan pernah bosan untuk berlatih mengamati ekspresi dan gestur tubuh anak serta langsung mengkonfirmasikannya.

Penulis kemudian meramu tiga langkah kunci untuk mencapai kebahagiaan dalam mengasuh anak, yang disebut sebagai Formula 3 K. Yaitu kenali diri, kelola emosi, dan kelekatan emosi. Langkah tersebut harus senantiasa dilakukan dalam hidup kita (hlm 75).

Dalam mengenal diri, hal yang harus digali adalah kebutuhan dasar diri yang belum terpenuhi, karakter diri yang dapat menjadi sumber konflik dalam pengasuhan, kekuatan dan kelemahan diri, serta nilai pengasuhan yang ingin diteruskan pada anak.

Selanjutnya, orang tua yang mampu mengelola emosi adalah orang tua yang mau dan mampu mengambil tanggung jawab mengelola emosinya sendiri. Sehingga lebih 'tenang', lebih peka dan berempati pada perasaan anak, lebih mampu memotivasi diri, serta bereaksi secara tepat dalam menghadapi masalah (hlm 98).

Terakhir, orang tua harus memberikan respon yang sesuai dengan kebutuhan anak agar tercipta kelekatan emosi. Dan hal yang paling mendasar adalah agar mengada sepenuhnya ketika sedang berinteraksi dengan anak.

Buku yang terdiri dari sepuluh bab ini disampaikan dengan cara yang mengalir dan bahasa yang mudah dipahami. Pada bagian akhir, dilengkapi juga dengan tahapan terperinci dalam mempraktikkan Formula 3 K.

~~~

Sedangkan tulisan versi yang sudah diedit oleh tim redaksi bisa dibaca di sini ;)


Read more >>

Wednesday, April 27, 2016

Review: 5 Guru Kecilku - Bagian 1

5 Guru Kecilku
Detail Buku
Judul: 5 Guru Kecilku - Bagian 1
Penulis: Kiki Barkiah
Editor: Aditya Irawan
Penerbit: Mastakka Publishing
Cetakan: kedua, Oktober 2015
Tebal: 241 halaman
ISBN: 978-602-73274-0-5

Review
Sudah cukup lama saya membaca buku ini. Bagian keduanya pun sudah beberapa bulan nangkring di rak buku. Makanya, sebelum membaca bagian duanya, saya mencoba membaca ulang buku ini, sekalian membuat review-nya.

Ternyata, meskipun sudah pernah membacanya, enggak ada yang berubah dengan perasaan saya ketika membacanya untuk yang kedua kali. Tetap panas dingin, hihihi.... Maksudnya hati terasa lebih adem saat membacanya, sekaligus menjadi lebih bersemangat untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Makanya, kalau sedang galau mengenai pengasuhan anak, langsung baca buku ini deh.

Isinya bukan tentang teori pengasuhan, tetapi mengenai praktik pengasuhan yang diterapkan oleh penulisnya, Teh Kiki Barkiah. Jadi, Teh Kiki ini mempunyai lima orang anak, merantau di USA, tanpa ART, serta melakukan homeschooling pula. Superwoman banget ya?

Enggak juga sih, karena layaknya manusia biasa, Teh Kiki juga mengalami berbagai problematika dalam menjalankan amanahnya sebagai seorang ibu. Makanya, beliau menuliskan curahan hatinya dalam status Facebook. Tapi, bukan curhat sembarang curhat loh. Karena Teh Kiki selalu berhasil mengambil hikmah dari setiap masalah yang dialaminya. Ketika status-statusnya dikumpulkan, maka jadilah buku ini.
Tidak ada yang lebih sempurna dari Rasulullah SAW dalam pengasuhan anak. Maka tidak perlu kita mengatakan "kami merasa gagal menjadi orang tua" namun katakanlah "bersama Allah kami bisa lebih baik lagi".
Kumpulan kisah ini dibuka dengan tulisan berjudul "Niatmu Kekuatanmu" yang menekankan bagaimana cara pandang Islam mengenai keturunan. Anak bisa menjadi perhiasan hidup dan penyenang hati. Tetapi anak juga bisa menjadi cobaan hidup, bahkan musuh. Oleh karena itu, saat mengalami tantangan dalam pengasuhan, Teh Kiki mengingat kembali niat dan tujuannya sebagai orang tua. Agar dapat membesarkan anak saleh yang akan memintakan ampunan di akhirat nanti.

Terdapat 35 buah tulisan penuh ilham yang disampaikan dengan bahasa yang ringan dan jujur dalam buku ini. Temanya bervariasi. Mulai dari mengatasi perilaku buruk anak, membentuk rasa kasih sayang antar saudara, pergaulan dengan teman, pendidikan seks, pilihan untuk hidup tanpa TV, cara menanamkan nilai-nilai Islam, menerima potensi dan kelemahan masing-masing anak, hingga kisah taaruf yang singkat dan proses pernikahan yang mudah, serta impian besarnya.

Dalam tulisan yang berjudul "Antara Saya, Homeschool, dan 24 Jam", Teh Kiki enggak segan-segan untuk membagikan jadwal kesehariannya. Terdapat beberapa contoh kombinasi kegiatan (menyusui, pekerjaan harian, dan sesi homeschooling) yang bisa dilakukan dalam satu waktu. Teh Kiki pun menceritakan bagaimana pembagian tugas bagi keempat anaknya (karena anak yang terakhir masih bayi) dalam tulisan yang berjudul "Pengasuhan Anti Stres dan Anti Marah-Marah Itu Ada Caranya". Dengan adanya perencanaan, kehebohan dalam pengasuhan anak dapat diminimalkan. Walaupun kini hidup tanpa asisten rumah tangga, namun Teh Kiki sangat menghargai kehadirannya, memaklumi kekurangannya, serta mendoakannya. 

Memang ya, kalau niatnya ibadah, cara pandangnya pun spesial. Lihat saja sudut pandang positif yang dimiliki Teh Kiki dalam mengatasi berbagai macam masalah pengasuhan. Contohnya yaitu ketika menghadapi anak yang picky eater.
Insya Allah pahala membujuk makan para balita tak kalah dengan pahala melobi tender proyek bagi para suami yang bekerja dengan berdasi rapi.
(Halaman 155)
Bagian yang paling saya suka yaitu ketika Teh Kiki menceritakan interaksinya dengan Ali (putra sulungnya). Apalagi penuturannya tentang kisah awal hidup Ali, hmmm indah sekali....
11 tahun yang lalu, seorang wanita istimewa dipilih Allah untuk melahirkan Ali. Namun karena kasih sayang-Nya, Allah lebih memilih untuk mengambil beliau di usia muda, dengan terlebih dahulu menggugurkan dosanya melalui sakit kanker yang dialami beliau. Dan karena kasih sayang-Nya pula, Allah memberikan kesempatan beliau untuk memiliki simpanan berupa seorang anak yang terlahir beberapa hari sebelum akhir usianya.
(Halaman 152)
Dalam buku ini, Teh Kiki juga menunjukkan betapa pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.
"Ummi sudah sangat berusaha, mengurus semua keperluan anak-anak. Keperluan tubuhnya, ilmu kognitifnya, pendidikan karakternya, bahkan mengajar Islam dan Al-Quran. Ummi mau bantu bapak agar bapak kelak bisa mempertanggungjawabkannya di depan Allah. Tapi Ummi gak sanggup kalo sendirian, karena bagaimanapun itu tanggung jawab bapak." Alhamdulillah sejak saat itu bapak melipatgandakan kekuatan untuk 'turun langsung' mendidik anak-anak.
(Halaman 149)
Kesimpulannya, buku ini sangat direkomendasikan. Keikhlasan Teh Kiki untuk merelakan ijazah cap gajahnya tersimpan rapi di dalam map, kesabarannya dalam menghadapi 5 guru kecilnya, serta sikap terbukanya dengan suami begitu menginspirasi. Menghangatkan jiwa.
Repot urusan anak di waktu kecil itu PASTI.
Repot urusan anak di waktu dewasa itu PASTI ADA YANG SALAH.
Repot urusan anak di negeri akhirat itu PASTI MERUGI.
Rating
Empat setengah dari lima bintang.

Read more >>

Monday, April 25, 2016

Review: Time Out dalam Parenting

time out dalam parenting

Detail Buku
Judul: Time Out dalam Parenting
Penulis: dr. Zulaehah Hidayati dan Ratihqah Munar Wahyu, S.Si
Editor: Yuki Anggia Putri dan Nickyta Pramudia
Penerbit: Esensi
Cetakan: pertama, 2015
Tebal: 149 halaman
ISBN: 978-602-7596-79-5

Review
Sebagian besar orang tua tentu sudah tidak merasa asing lagi dengan istilah time out. Saya sendiri memahami time out sebagai salah satu metoda yang digunakan untuk menerapkan disiplin pada anak. Sayangnya, banyak yang menganggap bahwa time out sama dengan hukuman. Padahal bukan.

Maka dr. Zulaehah Hidayati (pendiri Rumah Parenting) dan Ratihqah Munar Wahyu, S.Si (pengelola komunitas homeschooling ITB Motherhood) sengaja menyusun buku ini untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada orang tua mengenai seluk beluk serta teknik dalam mempraktikkan time out.

Buku yang terdiri dari tujuh bab ini diawali dengan penjelasan mengenai marah. Apa definisinya, bagaimana polanya, faktor yang menyebabkannya, dampaknya, serta cara mengendalikannya. Kenapa? Karena...
Time out adalah cara untuk mengendalikan kemarahan dan untuk menghentikan perilaku buruk anak dengan memberikannya kesempatan untuk menenangkan diri dan memikirkan kembali perbuatan yang dilakukannya.
(Halaman 48)
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami terlebih dahulu mengenai seluk beluk marah, baik pada orang dewasa, maupun pada anak.

Penjelasan dalam buku ini kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai perilaku buruk pada anak, yaitu apa saja faktor penyebabnya. Baru setelah itu dipaparkan secara detail mengenai teknik time out sebagai salah satu cara untuk menghentikan perilaku buruk pada anak. Kadang ada orang tua yang menganggap perilaku buruk pada anak sebagai suatu hal yang wajar, "Namanya juga anak kecil." Padahal...
Bila kita biarkan anak melakukan sebuah perilaku buruk, itu berarti kita seolah-olah menghargai perilaku tersebut. Tidak heran bila nanti sang anak akan mengulangi perilaku tersebut.
(Halaman 46)
Pembahasan mengenai teknik time out dimulai dengan definisi, alasan, kapan dan di mana dapat dilakukan, pada usia berapa boleh diterapkan, manfaatnya, paradigma yang tidak tepat, hingga teknik serta permasalahan dalam pelaksaanaan time out. Ternyata time out itu tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada syaratnya, yaitu tanpa marah dan tanpa banyak kata.

Pada buku ini juga dijelaskan mengenai pelaksanaan time out sesuai teknik P.A.R.E.N.T.I.N.G yaitu P (pengasuhan yang benar agar anak dapat terbimbing), A (memahami anak adalah anugerah), R (redam amarah kepada anak), E (empati mendengarkan), N (notifikasi pembicaraan dan tindakan), T (tanamkan energi positif), I (istiqomah atau secara berulang), dan NG (mengadakan time out).

Setelah membahas mengenai cara menghentikan perilaku buruk, diuraikan juga mengenai cara menanamkan perilaku buruk. Yaitu tentang nilai dan norma, cara membangun motivasi intrinsik, melatih perilaku baik, mendukung dengan motivasi ekstrinsik, kendala, dan rumusnya.
Time out tidak boleh dipakai untuk membentuk perilaku baik.
(Halaman 72)
Sebagai penutup, buku ini menyajikan langkah-langkah dalam praktik time out di rumah maupun di PAUD.

Buku ini baik untuk dibaca oleh para orang tua. Isinya lengkap, padat, runut, dan sangat mudah dimengerti. Serta didukung dengan contoh dialog antara orang tua dan anak sehingga pembaca bisa lebih mudah memahami dan mempraktikkannya.

Rating
Empat dari lima bintang.

Read more >>

Thursday, November 26, 2015

Review: Anak Bukan Kertas Kosong


Detail Buku
Judul: Anak Bukan Kertas Kosong
Penulis: Bukik Setiawan
Editor Materi: Dr. Wiwin Hendriani dan Dwi Krisdianto, S. Psi
Editor Bahasa: Gita Romadhona
Penerbit: PandaMedia
Tebal: 250 halaman
Cetakan: kedua, 2015
ISBN: 979-780-782-7
Harga: Rp 68.000

Review
Buku ini pada dasarnya mengajak kita para orang tua untuk menengok kembali gagasan tentang pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Menakjubkan! Karena sebenarnya pemikiran dan kritik beliau terhadap pendidikan pada masa kolonial dulu juga sesuai untuk sistem pendidikan nasional yang terjadi sekarang. Sistem pendidikan yang menyeragamkan kecerdasan anak dan menilai anak berdasarkan satu ukuran tunggal.

Berikut tiga pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menginspirasi penulis untuk menyusun buku ini:
1. Setiap anak itu istimewa.
Hidup dan tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya.
(Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, halaman 21)
2. Belajar bukanlah proses memasukkan pengetahuan ke diri anak. Belajar adalah proses membentuk pengetahuan, mengonstruksikan pemahaman.
Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.
(Ki Hadjar Dewantara, Peringatan Taman Siswa 30 Tahun)
3. Pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.
Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapa, karena hanya dua orang inilah yang dapat berhamba pada sang anak dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas.
(Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan, halaman 382)
Saat ini, kita sedang memasuki zaman kreatif. Zaman dimana teknologi informasi berkembang dengan sangat cepat, zaman dimana keberadaan sumber daya alam semakin terbatas, zaman dimana produk-produk baru dan profesi-profesi kreatif bermunculan. Makanya, kita jangan sampai terlena, karena banyak tantangan di zaman kreatif yang harus dihadapi.

Coba direnungkan lagi, apakah di zaman kreatif ini kita:
  • Membuat karya, bukan hanya meniru
  • Memanfaatkan internet untuk mencari yang relevan, bukan hanya terpengaruh
  • Menggunakan media sosial untuk menemukan teman, bukan untuk mengumbar emosi
  • Mengunggah yang bermakna, bukan hanya mengunduh
  • Fokus pada kekuatan diri, bukan hanya fokus pada profesi
  • Menjadi manusia yang kreatif, bukan mengeksploitasi alam
(Halaman 30)

Hanya orang-orang kreatif yang bisa menjawab tantangan tersebut. Lalu bagaimana caranya agar anak-anak kita, calon generasi penerus bangsa bisa menjadi orang yang kreatif? Kita perlu mempraktikkan 'pendidikan yang menumbuhkan' kepada anak-anak kita. Karena anak ibarat telur.
Kita tidak bisa menetaskan telur dengan cara menekan dari luar, mengeluarkan isi telur sebelum waktunya, atau menggunakan cara pemaksaan lain. Ketika kekuatan dari luar menekan telur, benih kehidupan akan mati. Bayangkan telur tersebut adalah anak kita, apakah kita menekan keras dari luar atau menumbuhkan kekuatan dari dalam diri anak?
(Halaman 34)
Kadang, sebagai orang dewasa kita menganggap anak sebagai kertas kosong, yang bisa kita beri gambar dan warnai sesuka hati kita. Padahal, anak mempunyai kesukaan, kegemaran, kekuatan, dan minatnya sendiri. Sayangnya, saat ini sistem pendidikan nasional menjejali anak kita dengan kurikulum tunggal. Dimana setiap anak harus mempelajari begitu banyak pengetahuan yang seragam yang belum tentu dia minati. Dampaknya, anak akan berperilaku baik hanya ketika berada di hadapan orang tua, kepercayaan dirinya menurun, dan potensinya menjadi terabaikan.
Pendidikan itu bukanlah menanamkan, melainkan menumbuhkan. Pendidikan bukanlah mengubah beragam keistimewaan anak menjadi seragam, melainkan menstimulasi anak untuk menjadi dirinya sendiri.
(Halaman 45)
Lalu bagaimana pendidikan yang menumbuhkan itu? Anggaplah anak kita adalah sebuah benih. Seperti benih bunga yang mempunyai karakteristik tersendiri dan butuh perlakuan khusus, mulai dari tempat, komposisi tanah, kadar air, hingga jumlah cahaya. Perlakuan untuk bunga matahari tentu tidak bisa disamakan dengan perlakuan untuk bunga suplir.
Ketika berbagai jenis bunga diperlakukan seragam, pasti ada bunga yang mengering dan mati atau tumbuh, tetapi sekadar tumbuh, tidak optimal pertumbuhannya.
(Halaman 70)
Tugas kita sebagai orang tua untuk menjadi 'petani' atau 'pekebun' bagi anak-anak kita. Yaitu dengan cara memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan karakteristiknya (kecerdasan majemuk yang dimilikinya).

Dimulai dari mengenalkan cara belajar yang seayik bermain, pahami bahwa setiap anak mempunyai beragam kecerdasan, ketahui prinsip dalam mengembangkan bakat anak, ketahui siklus perkembangan bakat anak, ketahui apa peran orang tua dalam pengembangan bakat anak.

Bagaimana caranya? Semuanya diuraikan secara lengkap di buku ini. Bahkan di bagian akhir, disertakan panduan awal pengembangan bakat anak dan aktivitas orang tua yang dapat mengembangkan bakat anak. Loh, orang tua? Iya, karena setiap orang tua juga istimewa. Makanya, agar dapat membimbing anak dengan optimal, orang tua harus mengenali diri dan kondisinya dulu dong.

Rating
Empat setengah dari lima bintang. Very recomended! Gaya penulisannya ringan dan mengalir, tapi membuat kepala saya langsung penuh :D

Read more >>

Friday, May 29, 2015

Review: Anak Bertanya Pakar Menjawab 1b


Detail Buku
Judul: Anak Bertanya Pakar Menjawab 1b - Tentang Karya & Aksi Manusia serta Isu Sosial & Ekonomi
Penyunting: Hendra Gunawan
Penerbit: Common Room Networks Foundation
Cetakan: Pertama, 2014
Tebal: 160 halaman
ISBN: 978-602-17940-4-3

Review
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, buku seri Anak Bertanya Pakar Menjawab ini terdiri dari dua jilid. Yang pertama, berisi pertanyaan dan jawaban tentang alam & kehidupan serta bumi & lingkungan. Sedangkan buku yang kedua, berisi pertanyaan dan jawaban tentang karya & aksi manusia serta isu sosial & ekonomi. Keduanya merupakan kumpulan pertanyaan dari anak-anak usia Sekolah Dasar yang tergabung dalam SOS Children's Villages Indonesia yang tersebar di sembilan kota di Indonesia dan sudah ditayangkan dalam situs AnakBertanya.com.

Dalam buku yang kedua ini, terdapat tiga puluh sembilan pertanyaan yang dijawab oleh pakar yang berbeda. Pertanyaannya tidak kalah seru dengan pertanyaan di buku pertama. Pertanyaan kritis yang terkesan sederhana, tetapi membutuhkan penjelasan yang tepat untuk menjawabnya. Seperti:
  • Mengapa jarum detik terus bergerak?
  • Mengapa sekolah didirikan?
  • Mengapa saya harus sekolah?
  • Mengapa ada orang yang suka mencuri?
  • Apa saja yang dapat kita lakukan untuk menghargai jasa pahlawan?
  • Mengapa ada banyak agama?
  • Apakah jarak Bandung-Jakarta sama dengan Jakarta-Bandung?


Pertanyaan tersebut dijawab langsung oleh para pakarnya dengan bahasa yang ringan, menyenangkan, dan tidak bertele-tele, sehingga mudah dipahami oleh anak-anak usia Sekolah Dasar. Misalnya:

Mengapa saya harus mempelajari banyak matapelajaran? Berikut cuplikan jawaban yang dipaparkan oleh Pak Iwan Syahril (Pendidik):
Cita-cita kamu apa? Saya beri contoh, ya. Misalnya, kamu mau jadi pedagang. Nah, untuk menjadi pedagang yang sukses, kita perlu kemampuan bahasa yang bagus. Perlu bisa membaca, menulis, pintar berkomunikasi, dan pintar tawar-menawar.
Tentunya seorang pedagang juga harus pandai berhitung, mulai dari hitungan sederhana, hingga hitungan yang sulit. Pelajaran matematika mengajarkan ini, bukan?
Lalu ketika berdagang, kita juga berhubungan dengan orang dari berbagai suku dan budaya. Di pelajaran IPS kita pun belajar tentang ragam budaya di Nusantara dan seluruh dunia.
Pedagang yang baik harus pula bersifat jujur dan dapat dipercaya. Karena itu di pelajaran PKN dan pelajaran agama kita diajarkan bagaimana bersikap yang baik dengan sesama.

(Halaman 67)

Mengapa harus ada uang? Mbak Yasmeen Danu (Perencana Keuangan Independen) menjawab:
Uang diciptakan untuk memudahkan proses pertukaran. Bayangkan bagaimana proses jual beli barang dan jasa dilakukan seandainya tidak ada uang? Misalnya, kamu sedang jalan-jalan ke sebuah toko bersama orang tuamu dan melihat sebuah mobil-mobilan yang kamu suka.
Pemilik toko berkata bahwa dia sedang membutuhkan satu stoples besar coklat untuk diberikan kepada putrinya ketika dia pulang nanti. Nah, jika kamu tidak memiliki satu stoples besar coklat, maka kamu tidak dapat membawa mobil-mobilan itu pulang karena si pemilik toko tidak bersedia menukarnya dengan benda lain yang kebetulan sedang kamu bawa. Menyebalkan bukan?

(Halaman 117)

Temanya memang cenderung lebih ringan dari buku yang pertama, namun tetap menambah wawasan. Apalagi dilengkapi dengan ilustrasi minimalis yang cukup menarik. Dan, yang tidak kalah pentingnya, dilampirkan juga biodata para pakar yang berkontribusi dalam buku ini. Ada sejarawan, psikolog pendidikan, perencana keuangan, aktivis sosial, ahli filsafat, seniman, fotografer, budayawan, sastrawan, dan lain-lain.

Buku ini cocok sekali untuk dibaca tidak hanya oleh anak-anak usia Sekolah Dasar, tetapi juga oleh orang tua sebagai bekal untuk menjawab pertanyaan anak-anak ;)

Read more >>

Wednesday, May 6, 2015

Review: Buku Pintar ASI dan Menyusui



Detail Buku
Judul: Buku Pintar ASI dan Menyusui
Penulis: F. B. Monika
Penyunting: Kiki Sulistiyani
Penerbit: Noura Books
Cetakan: ke-1, Desember 2014
Tebal: 288 halaman
ISBN: 978-602-0989-20-4
Harga: Rp 77.000 Gratis (Dari acara talkshow dan peluncuran Buku Pintar ASI dan Menyusui)

Review
Dalam dua tahun pertama kehidupannya, bayi membutuhkan ASI sebagai sumber nutrisi terbaik bagi pertumbuhannya. Sayangnya masih banyak mitos menyesatkan tentang ASI dan menyusui yang berkembang di masyarakat. Seperti menyusui dapat membuat payudara menjadi kendur, susu formula dapat membuat bayi tidur lebih lama, payudara kecil berarti produksi ASI-nya sedikit, ibu yang sedang menyusui dan hamil harus segera menyapih bayinya, dan lain-lain.

Buku ini, menjelaskan semua hal yang terkait dengan ASI dan menyusui. Pembahasannya dibagi ke dalam sembilan bab dengan cara penyajian yang lengkap, detail, dan mudah dipahami.

Pada bab pertama, Teh Monik--penulis buku ini--memaparkan berbagai manfaat ASI, bukan hanya untuk bayi tetapi juga untuk ibu. Manfaat ASI untuk bayi misalnya mengurangi risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) dan mencegah kerusakan gigi. Adapun manfaat menyusui bagi ibu diantaranya yaitu mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan semula dan mengurangi risiko terkena kanker payudara, kanker indung telur, dan kanker endometrium.
Air susu diciptakan khusus untuk setiap spesies (milk is species specific) memiliki arti bahwa setiap spesies mamalia memproduksi air susu yang khusus (spesifik) sesuai dengan kebutuhan bayi/anaknya. Tidak seperti bayi spesies yang perlu segera berjalan, bayi manusia perlu untuk mengembangkan otaknya, dan komposisi ASI-lah yang paling sesuai untuk kebutuhan ini. 
(Halaman 16)
Karakteristik ASI dibahas di bab berikutnya. Tahap perkembangan ASI (mulai dari kolostrum, ASI transisi, hingga ASI matang), kandungan ASI, dan sifat ASI. Meskipun produsen susu formula menekankan beberapa kandungan nutrisi yang lebih tinggi, ASI lebih mudah dicerna dan diserap tubuh bayi sehingga bayi mendapatkan berbagai nutrisi yang tepat sesuai kebutuhannya.

Pada bab tiga, dijelaskan mengenai anatomi payudara dan produksi ASI. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak yang tidak ada hubungannya dengan produksi ASI. Artinya, payudara yang besar bukan jaminan menghasilkan ASI yang banyak dan sebaliknya, payudara yang kecil belum tentu menghasilkan ASI sedikit. Produksi ASI ditentukan oleh hormon prolaktin. Sedangkan pengeluaran ASI ditentukan oleh hormon oksitosin.

Selanjutnya, dibahas juga mengenai syarat-syarat dan langkah-langkah pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), manajemen laktasi (mulai dari persiapan menyusui, posisi menyusui, teknik menyusui, menyusui pada malam hari, menyusui ketika ibu/anak sakit, menyusui bayi kembar, menyusui bayi adopsi, hingga menyapih), masalah-masalah menyusui (mulai dari nyeri puting, payudara bengkak, mastitis, tongue tie, hingga baby blues dan post partum depression), manajemen ASI Perah, nutrisi untuk ibu menyusui, dan dukungan terhadap ASI dan menyusui. 

Ketika menjelaskan manajemen laktasi, Teh Monik menyebutkan usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan menyusui. Mulai dari menguasai ilmu tentang ASI dan menyusui, memilih tempat bersalin yang mendukung pemberian ASI Eksklusif, hingga mempersiapkan surat permohonan  pelaksanaan kelahiran dan menyusui (Birth Plan).
Para pakar laktasi dunia sangat menyarankan agar persiapan menyusui dilakukan jauh sebelum bayi lahir karena ibu yang telah memiliki pengetahuan laktasi sebelum melahirkan akan lebih siap dan percaya diri saat mulai menyusui.
(Halaman 62)
Ibu yang khawatir apakah produksi ASI-nya dapat memenuhi kebutuhan bayinya atau tidak, dapat mempelajari tanda-tanda kecukupan ASI yang dijelaskan dalam buku ini. Pertama dilihat dari frekuensi buang air kecil (BAK) bayi per hari, kedua dilihat dari pola buang air besar (BAB) bayi, ketiga dilihat dari pertumbuhan bayi, keempat dilihat dari perilaku bayi, dan kelima dilihat dari perkembangan bayi.

Pada bab terakhir, Teh Monik menegaskan bahwa pemberian ASI dan menyusui bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu. Kesuksesan pemberian ASI dipengaruhi oleh dukungan dari berbagai pihak, salah satunya yaitu dukungan dari ayah.
Dukungan ayah dapat meningkatkan kepuasan dan lama waktu ibu dalam menyusui dan meningkatkan adaptasi ayah dan ibu dalam hal pengasuhan anak. 
(Halaman 251)
Buku ini sangat informatif dan komprehensif dalam membahas ASI dan menyusui, disertai dengan ilustrasi yang sangat menunjang. Walaupun Teh Monik tidak mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan, tetapi buku ini disusun berdasarkan berbagai teori laktasi dari Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam WHO-UNICEF yang pernah diikuti Teh Monik serta dari pengalaman praktis sebagai konselor menyusui di La Leche League (LLL).

Rating
Lima dari lima bintang. Very recomended! Menyusui memang kodrat seorang ibu. Tetapi buku ini bukan hanya disarankan untuk dibaca oleh para ibu dan calon ibu, para ayah dan calon ayah pun sangat dianjurkan untuk membacanya.

Read more >>

Friday, April 17, 2015

Review: Amigurumi--Aneka Kreasi Boneka Rajut



Detail Buku
Judul: Amigurumi--Aneka Kreasi Boneka Rajut
Penulis: Iprih Covalimawati
Penyunting: Raditantri Setyarini
Penerbit: Demedia Pustaka
Cetakan: pertama, Januari 2015
Tebal: 72 halaman
ISBN: 979-082-242-1
Harga: Rp 58.000

Review
Bagi teman-teman yang hobi merajut, mungkin sudah tidak merasa asing lagi dengan istilah amigurumi ini.
Amigurumi berasal dari dua kata, yaitu ami yang artinya rajutan, dan nuigurumi yang artinya boneka. Jadi, amigurumi adalah seni merajut boneka. (Halaman 3)
Boneka? Iya. Biasanya kan produk rajutan itu sebagian besar berupa syal, tas, sweter, atau topi dan sepatu bayi. Cantik-cantik deh. Nah, ini boneka rajut, bukan hanya cantik tapi juga menggemaskan.

Kepingin membuat amigurumi? Mudah kok (menurut penulis buku ini sih begitu, hihihi…). Pemula yang baru memulai belajar merajut pun, bisa mencoba membuatnya.

Melalui buku ini, kita dapat mempelajari bagaimana cara membuat amigurumi. Isinya singkat dan padat, tetapi penjelasannya cukup lengkap dan mendetail. Dimulai dari penjelasan mengenai alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan, teknik dasar membuat amigurumi, dan yang paling seru yaitu pola untuk membuat berbagai macam produk amigurumi. Polanya tersedia dalam bentuk tulisan dan gambar.

Ada Lovely Animals (boneka rajut berbentuk binatang yang lucu), Beautiful Plants (boneka rajut berbentuk tumbuhan yang imut), Happy Couple (boneka rajut berbentuk manusia yang manis), dan Scary Cute (boneka rajut berbentuk makhluk mengerikan yang tidak mengerikan, tapi menggemaskan).



Lucu ya Hamtaro Hamsternya. Siapa dulu dong yang bikin? Ya penulis buku ini lah, hehehe…. Saya sih masih dalam tahap mengingat-ingat macam-macam tusuk dasar yang pernah saya pelajari empat tahun yang lalu. Baru ngeh sama tusuk rantai dan tusuk tunggal :))

Tapi beneran deh, membaca buku ini, dijamin bakal terpecut semangatnya untuk belajar merajut. Hasilnya itu loh, cute semua. Nanti bonekanya bisa dikoleksi, dijual, atau dijadikan hadiah untuk orang-orang tercinta ;)

Read more >>