Friday, May 8, 2015

Review: Melodie der Liebe



Detail Buku
Judul: Melodie der Liebe
Penulis: Asmira Fhea
Editor: Ainini
Penerbit: de Teens
Cetakan: pertama, Maret 2014
Tebal: 252 halaman
ISBN: 978-602-255-490-5
Harga: Rp 38.000

Review
Bagaimana jadinya apabila tiga gadis yang berbeda karakter dan berbeda kewarganegaraan tinggal dalam satu apartemen? Bagaimana pula hubungan mereka ketika masalah percintaan mewarnai persahabatan yang baru terjalin?

Diana Alisya, mahasiswi asal Indonesia, pemilik mata bulat penggemar berat Mario Gotze, harus tinggal bersama Tami Hiromasa, mahasiswi asal Jepang, pemilik mata sipit yang perfeksionis dan Aimee Verall, mahasiswi asal Prancis, pemilik mata biru yang cantik dan supel. Pada tahun terakhir masa kuliahnya, mereka tinggal di apartemen yang sama karena tergabung dalam sebuah proyek film drama musikal di Jerman.

Di sela-sela kesibukan menggarap film berjudul 'Melodie der Liebe' tersebut, masalah percintaan masing-masing menimbulkan gejolak dalam jalinan persahabatan mereka. Diana yang tergila-gila pada Aurich--yang menurutnya sangat mirip dengan Mario Gotze, hingga rela ikut bergabung dalam proyek film tersebut agar bisa sering bertemu dengannya, patah hati ketika melihat pria itu lebih nyaman menghabiskan waktu bersama Aimee.
Ia tidak mengerti kenapa semesta mengizinkannya untuk melihat lelaki yang disukai memeluk teman sendiri. Apa ini yang harus ditanggung, supaya tidak terjebak perasaan terlalu larut?
(Halaman 120)
Aimee yang ingin mendapatkan kembali cinta Geffrey--aktor utama dalam film itu sekaligus lelaki yang pernah diabaikan Aimee--merasa terpukul karena lelaki itu secara terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Tami.
Kenyataan yang paling menyakitkan adalah ia harus melihat sendiri bahwa Geffrey tersenyum ketika berhadapan dengan Tami, sama seperti senyumnya dulu ketika mereka masih bersama-sama di Prancis. Lelaki itu… sukakah pada temannya?
(Halaman 117)
Padahal Tami sendiri belum bisa melupakan masa lalunya bersama Yoshi--mantan kekasihnya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu.
"Dulu, Yoshi meninggal saat ia belum tahu bahwa aku akan membalas cintanya. Dan sekarang, aku akan merasa bersalah jika membuka hati untuk lelaki lain."
(Halaman 104)
~~~

Novel bertema persahabatan dan cinta segi 'banyak' ini, dikemas dengan sampul yang sederhana, tapi sangat manis. Suka.... Mungkin akan lebih menarik apabila dibuka dengan prolog yang lebih 'nendang'.

Walaupun ide ceritanya sudah umum, novel ini tetap menyenangkan dibaca karena karakter dan latar belakang para tokoh utamanya yang unik. Meskipun sebenarnya, saya kurang suka pada karakter Diana yang terlalu kekanakan untuk gadis seusianya. Bagi gadis usia SMP atau SMA, menguntit lelaki yang dikagumi mungkin masih terlihat wajar. Tapi bagi gadis yang sudah kuliah di tingkat akhir, kok terkesan mengerikan, hehehe….

Selain itu, walaupun temanya tentang persahabatan, saya kurang merasakan chemistry di antara ketiga tokohnya. Apa mungkin juga disebabkan adegannya yang terasa melompat-lompat, karena disesuaikan dengan format bab berdasarkan jumlah bulan dalam satu tahun, sehingga alurnya terkesan terpotong-potong.

Begitu juga dengan beberapa hal menarik yang terdapat dalam novel ini. Sayang sekali, kurang dieksplor secara maksimal. Pertama, mengenai seluk beluk pembuatan film drama musikal yang kurang diangkat. Kedua, Jerman sebagai latar cerita, memang membuat novel ini bertabur dengan kalimat-kalimat berbahasa Jerman, tempat-tempat menarik di Jerman, dan makanan-makanan menggoda khas Jerman. Tapi hanya sekadar dijadikan tempelan, karena imajinasi saya sulit untuk membayangkannya. Misalnya bagaimana indahnya Danau Olympiapark atau bagaimana rasa, tekstur, dan wangi  bretzel--kue kering khas Jerman.

Namun, di samping beberapa kekurangannya, secara umum saya menyukai novel ini. Walaupun konfliknya kurang dramatis dan ending-nya biasa saja, gaya penuturan penulis yang mengalir dengan perbendaharaan kata yang cukup kaya dapat memberi nilai tambah pada novel ini. Selain itu, dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dapat memudahkan saya untuk bisa ikut merasakan emosi dan konflik yang terjadi pada setiap tokohnya.

Rating
Dua setengah dari lima bintang.

6 comments:

  1. Well, memang adegannya yang terpotong-potong itu bikin ga terasa chemistry antara mereka ya. Setuju. :)

    Anyway, review yang bagus. Lengkap juga.

    ReplyDelete
  2. Mengapa cinta begitu pelik, hehehe cinta segi banyak heheh

    ReplyDelete
  3. http://www.percetakan-continuousform.blogspot.com, http://www.percetakan-sinarbuana.com

    ReplyDelete
  4. novel dengan sudut pandang orang ketiga emang lebih enak dibaca, kaya Melodie der Liebe hehe

    ReplyDelete