Tuesday, August 13, 2013

Review Buku: #catatankaki

Dok. Pribadi
Detail Buku
Judul: #catatankaki - love changes people
Editor: Rina Lubis
Desainer Cover: Ruri Hefni
Layouter: Bambang
Penerbit: de Teens 
Cetakan: Pertama, April 2013 
Tebal: 228 halaman
ISBN: 978-602-255-103-4
Harga: Rp 35.000 Gratis (oleh-oleh dari Pelatihan Menulis Just Write 2)


Dibaca

1 - 2 Agustus 2013


Review

Ini adalah karya @endikkoeswoyo kedua yang pernah saya baca. Setelah merasa terhibur dengan Lajang-Lajang Pejuang, saya pun cukup antusias untuk membaca novel ini.


Novel ini bercerita tentang Bhoemi Setiyawan dan Tania Wulandari Soebagjo. Mereka berdua sama-sama single, sama-sama belum bisa menemukan cinta yang baru, sama-sama suka travelling, sama-sama suka mengabadikan perjalanannya melalui Instagram, serta menggunakan hashtag yang sama untuk foto-foto yang mereka upload. Bedanya, perjalanan Bhoemi keliling Indonesia berkaitan dengan pekerjaannya sebagai online journalist, sedangkan perjalanan Tania ke luar negeri adalah dalam rangka memuaskan hasrat belanjanya.
Shopping is much more like finding your match. Kamu berkeliling ke sana kemari berpetualang dengan dirimu sendiri untuk mencari sesuatu yang membuatmu senang. (Tania, halaman 84)

Berawal dari hashtag #catatankaki, mereka pun mulai saling mengenal.

Aku merasa kakiku ini selalu mencatat semua tempat yang pernah aku singgahi. Aku suka menggunakan hashtag #catatankaki, soalnya belum ada yang menggunakannya selain aku (Bhoemi, halaman 31)

Setelah beberapa lama Bhoemi dan Tania saling mention di Twitter dan bertukar pin BB, akhirnya muncul perasaan cinta di antara mereka. 

Pernahkah kamu merasa sangat takut sekaligus berani di saat yang sama? Membuatmu jadi gamang dengan apa yang sebenarnya sedang kamu rasakan saat ini? Bumi membuatku merasakan hal itu. Aku mengambil risiko sangat besar dan melupakan semua peraturan-peraturan tentang relationship yang dulu kubuat. Aku tidak peduli, yang penting dia membuatku bahagia. (Tania, halaman 121)

Mereka pun bertemu di Jakarta, mengungkapkan perasaan, dan selanjutnya memutuskan untuk menjalin hubungan jarak jauh. 

Sudah dua bulan ini aku menjadi gila, benar-benar gila pada posisi paling dramatik. Setiap pagi, dengan backsound adzan Subuh, aku selalu tersenyum sendiri di balik kantuk yang menyeruak. (Bhoemi, halaman 161)

Namun konflik muncul ketika Galang, mantan pacar Tania yang sudah tidak ada kabarnya selama dua tahun tiba-tiba memberi komentar pada sebuah foto yang di-upload Tania.

Kali ini ia muncul lagi. Dengan cara yang sama sekali tidak terduga. Membuatku kembali harus mengingat bagaimana cara aku melupakannya yang menyakitkan itu. Aku termangu menatap layar ponselku, lama sekali. Bingung hendak berbuat apa. (Tania, halaman 168)

Ulasan
Minus...
  • Saya agak terganggu dengan dialog konyol di bab awal antara Bhoemi dengan Riri, sahabatnya. Dialog tersebut membuat saya berpikir bahwa cerita dalam novel ini mempunyai tema yang sama dengan Lajang-Lajang Pejuang. Padahal tidak. Menurut saya, apabila dialog tersebut dihilangkan, tidak akan mempengaruhi keseluruhan cerita.
  • Setting cerita ini sukses membuat saya iri. Jangankan berbelanja ke Paris, London, dan Dubai seperti Tania, menginjakkan kaki di Sungai Mahakam dan Pulau Buru seperti Bhoemi pun saya belum pernah. Namun sayangnya, gambaran suasana tempatnya masih kurang dapat saya bayangkan. 
  • Karena setiap bab mewakili setiap tempat yang sedang dikunjungi oleh Bhoemi dan Tania, membuat plot terasa loncat-loncat. Tapi bagi saya sih tidak terlalu mengganggu.
  • Di sampul depan, disebutkan bahwa novel ini termasuk ke dalam kategori teenlit. Padahal usia kedua tokoh utama dalam novel ini sudah hampir 30 tahun. Mungkin novel ini lebih cocok dimasukkan ke dalam kategori romance atau metropop kali yah. 
Plus...
  • Tema dari cerita ini sebenarnya sangat biasa. Tentang percintaan yang dibumbui dengan masalah orang ketiga dari masa lalu. Namun karena menggabungkan cerita travelling dengan fenomena social media, membuat cerita ini menjadi sangat unik.
  • Di bagian awal, alur cerita terasa lambat. Namun karena menggunakan point of view orang pertama, bergantian antara Bhoemi dan Tania membuat cerita mengalir dengan lincah dan tidak membosankan.
  • Karena ditulis oleh dua orang yang berbeda, maka gaya penulisan dan karakter kedua tokoh utamanya pun terasa kuat.
  • Saya memberikan dua jempol untuk kedua penulis yang telah sukses mengaduk-aduk perasaan saya. Satu jempol karena telah membuat mata saya basah dengan drama di bagian konflik. Dan satu jempol lagi karena telah membuat saya menangis sesenggukan di bagian ending. Mau tahu ending-nya seperti apa? Makanya baca dong bukunya hohoho...
  • Banyak kalimat-kalimat keren yang bertaburan di novel ini. 
Cinta itu tidak memilih, karena dia tumbuh, seperti sepohon kayu, kecil menjadi besar dengan pelan-pelan. (halaman 111)
  • Yang bikin hati meleleh juga banyak heuheu...
Aku sayang kamu dengan alasan. Dengan beribu alasan yang tidak bisa kuverbalkan. Ibuku berpesan, jika suatu saat nanti aku menemukan perempuan yang bisa membuatku merasakan seperti apa yang saat ini aku rasakan buat kamu, maka aku nggak boleh melepaskan dia. (Bhoemi, halaman 225)
  • Lalu yang terakhir tetapi tidak kalah pentingnya, desain sampulnya cute banget. Layout-nya juga unik banget. Ada screenshot percakapan di Twitter, Instagram, dan BBM. 
Dok. Pribadi
Rating
Saya memberikan empat dari lima bintang untuk novel yang unik, asyik, dan menghibur ini.


Tambahan

Penulisnya juga unik. Sempet-sempetnya narsis di cerita yang mereka tulis hihihi...

endikkoeswoyo Cari Imam? Tuh di masjid depan banyak Imam RT @taniasoebagjo pingin cari Imam buat hidup gue.

9 comments:

  1. hahhaha orang ke sekian yang ngomong narsis Nice....

    ReplyDelete
  2. baca reviewnya aku jadi penasaran dengan bukunya nih.
    pengen buruan cari ah di toko buku :D

    ReplyDelete
  3. Taqabbalallahu minna waminkum
    Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H.
    Mohon Maaf lahir dan bathin

    ReplyDelete
  4. Terlebih dahulu, maaf mengucapkan mohon maaf lahir dan batin mba :)
    Kalau buku bergenre seperti ini bagus sih, tp untuk aku pribadi kurang bisa nangkepnya, soalnya biasa di cekokin sama buku yg serius :)

    ReplyDelete
  5. masih suasana lebaran khan,
    jadi nggak apa2 kan kalo aku mohon dimaaafkan lahir batin kalau aku ada salah dan khilaf selama ini,
    back to zero again...sambil lirik kiri kanan nyari ketupat....salam :-)

    ReplyDelete
  6. Tahu review bukunya udah menarik utk di miliki nih :)


    Taqabbalallahu minna waminkum
    Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H.
    Mohon Maaf lahir dan bathin ya mbak
    Salam :)

    ReplyDelete
  7. Wow...asyik nih sepertinya mbak novelnya, jd kepengen baca jg

    ReplyDelete