Tuesday, December 24, 2013

Review Buku: CoupL(ov)e

Dok. Pribadi
Detail Buku
Penulis: Rhein Fathia
Penyunting: Noni Rosliyani
Penerbit: Penerbit Bentang
Cetakan: Pertama, Februari 2013
Tebal: 388 halaman
ISBN: 978-602-7888-12-8
Harga: Rp 64.000 Rp 54.400 (beli di Togamas)

Review
Kalau sampai umur kita tiga puluh tahun dan masih sama-sama single, aku ngelamar kamu aja. (Raka, halaman 3)
Begitulah celetukan asal Raka pada Halya - sahabatnya ketika mereka masih SMA dan sedang berkhayal tentang masa depan. Siapa yang menyangka bahwa hal itu ternyata benar-benar terjadi. Bagaimana rasanya menikah bersama sahabat? Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk mengetahui bagaimana lika-liku perasaan Raka dan Halya menjalani pernikahan mereka.

Buku ini, terdiri dari empat bagian. Part 1, menceritakan kehidupan Raka dan Halya sesaat setelah menikah. Rutinitas pagi yang selalu terburu-buru, perbincangan yang terasa datar, juga sikap yang canggung mewarnai hari-hari mereka. Tidak semudah itu mengubah rasa sayang sebagai sahabat selama belasan tahun menjadi rasa cinta. Apalagi, masih ada sosok dari masa lalu yang bersemayam di hati mereka.
Aku hanya ingin kita bisa saling jatuh cinta. (Halya, halaman 49)
Mimpiku, bisa menjalani hari-hari bersamamu selamanya. (Raka, halaman 50)
Bagaimana awal mula kisah persahabatan Raka dan Halya? Serta bagaimana kisah cinta masing-masing di masa lalu? Terjawab di Part 2. Perjalanan hidup mereka selama lima belas tahun tersebut diceritakan secara detail. Ada rasa sayang yang tulus seperti pada saudara sendiri, perjuangan bersama untuk menyelesaikan kuliah dan mengejar karir, juga dukungan ketika salah satu dari mereka sedang jatuh cinta bahkan patah hati.
Do you know, Rina, there's something in your eyes that makes me melt inside. (Raka, halaman 138)
Kaaaaaaa, barusan aku di-LAMAAAARRRR sama Gilaaaaaannngg... Aaaaaaaaaa...!!! (Halya, halaman 222)
Sayangnya, kenyataan tidak seindah harapan. Raka dan Halya harus mengalami patah hati karena ditinggalkan oleh kekasih masing-masing. Ucapan Mami Raka tentang menikahi Halya pun terus menghantui Raka. Pada Part 3, berdasarkan pertimbangan logikanya, Raka pun akhirnya melamar Halya.
Aku hanya merasa, persahabatan kita selama lima belas tahun ini berjalan baik-baik aja. Banyak mimpi yang pernah kita buat, sebagian sudah kita raih, dan aku percaya selamanya kita bisa baik-baik aja. (Raka, halaman 238)
Pada Part 4, diceritakan bahwa setelah menikah, keadaan justru menjadi semakin rumit. Halya masih sering melihat foto Gilang dan mengiriminya surat. Begitu juga dengan Raka yang semakin sering menemui Rina. Mereka sama-sama bingung, apakah harus bersikap sebagai sahabat atau pasangan suami istri.
Ternyata benar, sebuah hubungan serius akan ada saling menyakiti. Belasan tahun bersahabat, tak pernah ada luka seperih ini. (Raka, halaman 354)
Akankah pernikahan mereka bertahan? Baca sendiri dong ah! :p

Plus...
Huaaa! Novel ini sukses mengaduk-aduk perasaan saya. Penulisnya tidak hanya membuat cerita dengan tema yang unik, tapi juga berhasil menciptakan plot cerita yang menarik. Terasa sekali bahwa cerita ini ditulis dengan sangat rapi dan matang.

Cerita ini dibuka dengan adegan yang meskipun tidak menggebrak tapi cukup menarik, yaitu kegalauan hati Halya dan Raka tentang malam pertama mereka. Hal ini tentu membuat pembaca penasaran untuk terus membaca kelanjutan ceritanya. Tapi ternyata inti dari cerita ini tidak sesederhana itu. Melalui alur cerita maju-mundur, pembaca akan dibawa pada kehidupan Halya dan Raka sebelum mereka menikah, ketika mereka masih bersahabat, selama belasan tahun. Sehingga pembaca bisa ikut merasakan betapa canggungnya jika harus mengalami pernikahan seperti mereka.

Apakah membosankan membaca novel yang lumayan tebal ini? Tidak sama sekali. Saya rasa ini karena penulis begitu lihai merangkai kata dengan gaya bahasanya yang mengalir dan ringan. Kadang saya merasa terhibur dengan dialog-dialog renyah yang disisipkan penulis dalam cerita ini.
Oh, Dear, nggak perlu persiapan. Let it flow... Just call it, animal instinct? (Puput, halaman 51)
Kadang saya juga merasa tercerahkan dengan dialog-dialog serius yang sarat makna di antara tokoh-tokohnya.
Sering kali, wanita pergi ke masa lalu untuk mengulang kembali romantisme dengan mantan kekasih. Awalnya mereka bahagia. But she doesn't realize. Sometimes, he will never comeback. (Husna, halaman 304)
Bahkan terkagum-kagum dengan dialog tentang cinta tapi logis yang diucapkan Raka ini :)
Ketika seorang jatuh cinta, otak kanannya akan amat sangat sibuk. Hal itu mengakibatkan otak kiri, yang memproduksi kata-kata, tidak bisa menyampaikan pesan ke otak kanan dengan baik. That's why when someone fall in love, he will get stuck for words and unable to describe his feelings. (Raka, halaman 363)
Penulis memang piawai melibatkan emosi pembaca di sepanjang cerita. Awalnya saya mengira penulis bercerita dengan menggunakan pergantian sudut pandang orang pertama, karena penulis mengeksplor pergolakan batin yang dirasakan oleh semua tokohnya dengan sangat baik. Baru setelah membaca beberapa bab, saya sadar bahwa penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Saking terbawanya emosi saya, beberapa kali saya menangis ketika membaca buku ini. Menangis bahagia ketika Halya dilamar, menangis terharu ketika Halya berbicara dengan Papanya, juga menangis sesenggukan di bagian akhir cerita *lap air mata* :D

Cerita ini semakin sempurna dengan karakter tokoh-tokohnya yang sangat kuat dan konsisten sejak dari awal hingga akhir cerita. Bukan hanya tokoh-tokoh utama, tapi juga tokoh-tokoh pendukungnya. Halya yang suka mengkhayal, Raka yang begitu logis, Gilang yang menyenangkan, atau Puput yang drama queen. Plus-nya lagi, menurut saya, dalam cerita ini tidak ada tokoh protagonis atau antagonis. Seperti dalam kehidupan nyata, mereka hanyalah manusia biasa yang sedang mengejar kebahagiaannya masing-masing.

Cerita yang keren ini akhirnya ditutup dengan ending yang cukup memuaskan. Selain itu, penulis juga memberikan kejutan manis dengan menyuguhkan adegan antara Puput dan Gamma yang ah... ngegemesin... Suka!

Oiya, yang menjadi catatan saya juga, meskipun tokoh dalam cerita adalah pasangan suami istri, tapi tidak ada satu pun adegan yang membuat pembacanya 'kipas-kipas'. Adegan yang menjurus ke arah sana sih tetap ada, tapi disajikan dengan manis dan sopan. Berkelas :)

Dan yang terakhir, tapi paling penting. Saya suka pesan moral yang tersirat dari cerita ini. Bahwa pernikahan tidak hanya memerlukan cinta, tapi juga komitmen dan komunikasi. 
We married with our brain, our commitment, Al. (Raka, halaman 245)
Minus...
Penulis juga berhasil memasukkan setting yang pas pada cerita dan menjelaskannya dengan sangat detail, tanpa terkesan memaksakan. Halus :) Mulai dari setting waktu, juga beberapa setting tempat seperti apartemen Raka, kampus ITB, kampus UI, Yogyakarta, juga Pulau Bira. Tapiii... sebagai mantan penghuni ITB, saya merasakan ada sedikit kejanggalan. Diceritakan bahwa pada tahun 2001, Raka bersama teman-temannya biasa mengunjungi Kantin Barat Laut, salah satu kantin di ITB. Padahal kenyataannya, pada tahun tersebut Kantin Barat Laut belum ada. Yang ada adalah Kantin Pusat yang terletak di Student Center. Baru pada tahun 2005, ketika Student Center direnovasi menjadi Campus Center, Kantin Pusat dipindahkan ke Gedung Ex-MKOR dan berubah nama menjadi Kantin Barat Laut.

Di luar hal itu, semuanya oke :)

Rating
Saya tidak ragu untuk memberikan empat setengah dari lima bintang untuk novel yang keren ini. Menurut saya novel ini very recomended! Serius! Baca sendiri deh :)

~~~

Tulisan ini diikutsertakan untuk #ReviewAkhirTahun yang diadakan oleh @rheinfathia.

3 comments:

  1. Selamat sore Mbak Nathalia ijin simak
    Juga baca dengan seksama panjang dan Indah
    Buku ini yah Mbak Menceritakan seorang yang
    Buat buku itu. dan buku itu menceritakan
    tentang Seorang Pemuda yang berbakat dalam menulis
    Terima kasih sudah berbagi infonya salam silaturahmi

    ReplyDelete
  2. heummmmm....kalau review pasti cetar dan renyah nih,plus minusnya semua ada...beneran bikin penasaran^^

    ReplyDelete
  3. Aaaah. Sudah punya bukunya tapi masih nunggu antrian buku lain. Jadi gak sabar pengen segera baca.

    ReplyDelete