Monday, October 20, 2014

Review: Mari Lari

Dok. Pribadi
Detail Buku
Judul: Mari Lari
Penulis: Ninit Yunita
Editor: Erni Aladjai, Rayina
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 184 halaman
Cetakan: pertama, 2014
ISBN: 979-780-736-3
Harga: Rp 37.000 Rp 27.750 (beli di Bukuku Bukumu)

Review
Rio (28 tahun) adalah seorang anak yang selalu mengecewakan orang tuanya, terutama ayahnya--Tio. Sejak kecil, dia tidak pernah serius melakukan apapun, lebih tepatnya tidak pernah menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Seperti les karate dan les piano yang tidak dilanjutkan padahal dia sendiri yang meminta, tidak menyelesaikan program home stay di Sidney, Australia hanya karena merasa tidak betah, dan puncaknya adalah ketika kampusnya menyampaikan surat peringatan DO.
"Tujuh tahun kuliah gak selesai-selesai. Kenapa? JAWAB BAPAK KENAPA?"
"Rio…, Rio gak suka ekonomi, Pak."
"JURUSAN INI KAMU SENDIRI YANG PILIH, RIO!" Tio menoyor kepala Rio.
(Halaman 23)
Maka, ketika Rio benar-benar DO, kesabaran Tio pun habis dan mengusir Rio dari rumah. Kehidupan Rio semakin tak menentu. Dia tinggal dan bekerja di showroom mobil mewah milik sahabatnya--Bayu. Namun sebagai salesman, performance Rio benar-benar payah. 

Beberapa tahun kemudian, wasiat terakhir dari sang ibu--Fitri--yang meninggal karena kanker, membuat Rio kembali ke rumahnya, tinggal bersama lagi dengan Tio. Sebagai mantan atlet lari nasional, Tio dan Fitri diundang dalam acara Bromo Marathon 2013. Dalam rangka menghormati ibunya, Rio ingin mengikuti maraton tersebut (menggunakan nomor Fitri). Tentu saja keinginan tersebut langsung ditolak oleh Tio, dia tidak percaya pada kemampuan dan komitmen Rio.

Namun Rio tidak patah semangat. Dia pun mulai berlatih lari. Perjuangannya kali ini bukan hanya untuk menyelesaikan maraton, tetapi juga menyelesaikan skripsinya, meningkatkan performance di tempat kerja, dan… mendekati Annisa-teman larinya di IndoRunners.

Ulasan
Membaca buku ini rasanya menyenangkan. Gaya bahasa yang digunakan ringan. Hanya saja, yang agak mengherankan adalah munculnya dialog-dialog garing konyol ala Adhitya Mulya. Saya penasaran, apakah ada campur tangan Adhitya Mulya dalam novel ini? Atau memang gaya menulis pasangan suami istri ini memang mirip? Lupa, terakhir membaca Test Pack-nya Ninit Yunita sudah bertahun-tahun yang lalu soalnya.

Selain menghibur, buku ini menambah pengetahuan saya tentang pernak-pernik lari. Mulai dari tips-tips lari, training plan, Endomondo, komunitas IndoRunners, sampai sejarah maraton di Yunani. Dari cerita tentang sepuluh ribu prajurit Athena yang berlari sejauh 42 km untuk menyelamatkan anak istrinya meskipun baru saja berperang, saya belajar bahwa motivasi dan semangat dapat mengalahkan halangan seberat apapun.

Yang sangat disayangkan dari buku ini adalah jumlah halamannya yang tipis. Rasanya ceritanya singkat sekali. Bayangkan, saya membaca buku ini ketika sedang menggunakan angkot dari Buah Batu ke Ciwastra. Tetapi di tengah jalan sudah habis dibaca :( Memang lalu lintas saat itu macetnya juga enggak kira-kira sih. Jadilah sisa perjalanan saya habiskan dengan melamun-tentunya setelah menghapus air mata yang menggenang di pelupuk mata. Iya saya hampir menangis di angkot gara-gara membaca buku--udah biasa sih itu mah hihihi….
"Pak, mendidik anak itu seperti….
Seperti memahat kayu untuk menjadi patung, dengan mata terpejam.
Kita ingin dia jadi patung yang indah. Tapi, sering sekali kita memahatnya berlebihan. Malah bikin kayunya patah.
Dan, kalau sudah patah….
Susah untuk disambung lagi."
(Halaman 78)
Yup! Buku ini bukan hanya bercerita tentang lari dan semangat untuk meraih impian, tetapi juga mengenai hubungan antara orang tua dan anak. Bagaimana seorang ayah belajar untuk menerima seorang anak, apapun keadaannya. Serta bagaimana seorang anak berjuang untuk membuat ayahnya bangga.
"Kok, Bapak balik lagi? Waktu terbaik Bapak gimana?"
Tio menatap jam larinya. Dia mematikan timer di dalam jam lari itu.
"Waktu terbaik Bapak itu, saat sama kamu."
(Halaman 173)
Huaaa…. Hiks….

Rating
Tiga setengah dari lima bintang untuk Rio dan semangatnya. Baca ini jadi kepingin lari lagi. Terakhir lari kapan yah? Ups, kayanya tahun 2010 deh, heuheu….

8 comments:

  1. Waktu terbaik bapak itu,saat sama kamu...
    Wuaaaaa..... co cweeettt

    ReplyDelete
  2. Aku juga terakhir lari kapan ya? *lupa ingatan :D heuu... banyak kata-kata bagus dan bermakna dalam yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. *toss* hihihi...
      iya betul, pdhl bukunya tipis tp padet :)

      Delete
  3. Jadi pengen lari juga. Btw sudah baca bukunya Ninit yang judulnya Test Pack? Di situ juga ada humor yg lumayan konyol kok. Mungkin selera humor Ninit mirip dgn suaminya, makanya mereka berdua cocok. :D *sotoy*

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu, saya udah lama banget baca test packnya, yg covernya masih jadul, jd lupa :D

      Delete