Detail Buku
Judul: Rentak Kuda Manggani - Bayangan Tentang Sang Perempuan Cengkih
Penulis: Zelfeni Wimra dkk
Editor: Addin Negara
Penerbit: DIVA Press
Cetakan: Pertama, Agustus 2015
Tebal: 176 halaman
ISBN: 978-602-255-954-2
Review
Judul buku kumpulan cerpen ini menarik enggak sih? Menurut saya sih, eksotis sekali. Indonesia banget. Meskipun saya baru tahu lokasi Manggani itu di mana setelah membaca cerpennya, hehehe....
Sampul bukunya terkesan klasik dan sederhana, bahkan cenderung kurang eye catchy. Tapi jangan salah, isinya enggak sesederhana sampulnya loh. Buku ini berisi 21 cerpen terpilih yang memenangkan lomba menulis bertema “Bangun Cinta” yang merupakan hasil kerja sama antara Penerbit DIVA Press dan Komunitas Menulis Titik Temu. Selain itu, karya-karya di dalam buku ini rupanya berasal dari para penulis yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia penulisan. Ada yang sering menulis cerpen di media massa, serta ada pula yang buku solonya pernah menjadi nominasi KLA.
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, temanya memang cinta. Tapi bukan hanya cinta terhadap lawan jenis loh, cakupannya lebih luas. Selain itu, walaupun judul bukunya Indonesia banget, namun tidak semua cerita menggunakan daerah-daerah di Indonesia sebagai latar tempat ceritanya, luar negeri pun banyak.
Dari 21 cerpen yang tersaji dalam buku ini, berikut beberapa cerpen favorit saya.
Namata - Peringga Ancala
Cerpen pertama dalam buku ini langsung menyedot perhatian saya. Menggunakan latar kampung adat Namata di Nusa Tenggara Timur, penulis menyajikan kisah tentang Hiri, seorang gadis yang baru saja ditinggal meninggal oleh kakeknya--salah seorang dewan pemangku adat di kampungnya. Selama ini, dia mengambil beberapa pengrajin tenun dari desa untuk dipekerjakan di Kupang. Sedangkan Max, antropolog yang merupakan tamu kakeknya, justru berencana untuk memajukan kelompok tenun di desa tersebut.
Ama harap suatu saat nanti, kau akan pulang....Tiba-tiba saja ucapan Ama Kale setahun lalu kembali terngiang di telinga Hiri. Apakah Kakek Kale menginginkannya kembali ke tanah Sabu setelah sekian lama ia merantau? Ah, bila itu benar, apa yang bisa ia lakukan di pulau terpencil yang seakan terisolasi dari dunia luar ini?
(Halaman 15)
Dua hal yang saya suka dari cerpen ini adalah diksi dan penggunaan informasi mengenai budaya di Namata. Diksinya menarik. Adapun informasi mengenai budaya di Namatanya, cukup padat tanpa mengganggu alur cerita. Penulis sangat pandai menyatukan latar dalam jalinan cerita.
Stille Nacht - Adam Yudhistira
Bercerita tentang seorang tentara yang memilih untuk ikut berperang dan meninggalkan Frieda--kekasihnya. Selama ini Frieda menganggap bahwa Tuhan tidak pernah ada dalam perang. Sang tokoh utama tidak peduli, karena dia hanya ingin membela negaranya. Hingga suatu saat, dia merasa sangat lelah dengan perang yang tidak ada akhirnya.
Sekarang, di tempat yang sangat jauh dari rumah ini, aku tahu dia benar. Dalam perang, Tuhan memang enggan menampakkan sifat-sifat-Nya. Naluri saling bunuh begitu kental. Iblis berpesta pora di parit-parit galian dan front yang dilingkari kawat berduri. Di tempat ini, bertebaran mayat-mayat, sangat banyak, bahkan bertumpuk-tumpuk.
(Halaman 31)
Gaya bahasa dan cara penuturannya sih biasa saja, tapi saya suka ending-nya.... Mengharukan dan membuat mata berkaca-kaca. Tentang apa yang terjadi di medan perang pada malam Natal.
Gadis Pelari dan Lelaki Bertato Sayap - Endah Suci Astuti
Cerpen ini mengisahkan Lara, gadis yang patah hati karena dikhianati oleh tunangannya. Suatu sore, ketika sedang berlari--mengikuti saran psikolognya, dia melihat seorang lelaki bertato yang menarik perhatiannya.
Lelaki itu berlari, terus berlari pontang-panting seperti dikejar sesuatu. Matanya. Lara terperangah, tak pernah melihat sorot luka begitu parah.
(Halaman 100)
Ternyata, lelaki itu juga sedang sama-sama patah hati. Bahkan dia sedang merencanakan sesuatu yang sangat gila. Lalu bagaimana apabila dua orang yang sedang patah hati parah bertemu? Baca sendiri deh. Ending-nya menggemaskan :D
Biji Mata yang Tak Boleh Menangis - Wanda SP
Cerpen ini bercerita tentang seseorang yang penasaran pada hobi seorang lelaki yang dia temui di sebuah kedai kopi. Lelaki itu selalu memotret secangkir kopi di hadapannya, setiap hari, dengan berbagai posisi. Rupanya, dia melakukan hal itu untuk mengobati kerinduan pada mata istrinya yang sangat pekat.
"Sungguh, saya yakin, ada berjuta-juta perempuan di negeri ini. Dari sejuta perempuan, hanya akan ada seratus ribu perempuan yang memiliki biji mata yang hitam. Dan... dari seratus ribu perempuan dengan biji mata yang hitam, hanya ada satu atau dua perempuan yang memiliki biji mata seperti istri saya di rumah. Dan itu terjadi pada lelaki di depanmu ini," katanya merendah.
(Halaman 135)
Karena sering dibuat menangis, pekat hitam mata istrinya itu semakin 'pudar'. Ceritanya agak bertele-tele sih, tapi saya suka pada moral ceritanya serta pada twist di bagian ending-nya. Keren!
Rating
Tiga dari lima bintang.
Giveaway
Masih banyak cerpen lain yang menarik di dalam buku ini. Penasaran kepingin baca juga? Tenang, ada satu buku kumcer "Rentak Kuda Manggani" plus satu novel terbaru dari DIVA Press untuk satu teman yang beruntung.
Persyaratannya mudah kok.
- Follow Twitter @divapress01 atau like Fanpage Penerbit DIVA Press.
- Follow Twitter @sweetdonath (tidak wajib).
- Follow blog ini (tidak wajib).
- Share link blogtour dan giveaway ini di Twitter, serta jangan lupa mention @divapress01 dan @sweetdonath.
- Menjawab pertanyaan berikut:
Terkait dengan cerpen pertama dalam buku ini yang tokoh utamanya sedang dilanda rasa galau ketika diminta untuk kembali ke kampung halamannya. Kalau teman-teman, buat yang kuliahnya merantau, setelah lulus kuliah sudah/akan memilih untuk tetap merantau atau pulang ke kampung halaman dan membangun kampung halaman? Sebutkan alasannya ya. Buat yang kuliahnya enggak merantau, boleh ikut jawab juga kok, tinggal berandai-andai saja ;)
- Jawaban ditulis melalui komentar pada postingan ini dengan format:
Nama:
Akun Twitter:
Akun Facebook:
Link Share:
Jawaban: saya merantau, kalau saya lulus kuliah saya akan pulang ke kampung halaman, kenapa? karena saya bercita-cita merubah pandangan masyarakat tentang pendidikan. agar banyak anak di kampung saya yang berpendidikan. masyarakan masih kuno memandang pendidikan apalagi untuk perempuan mereka beranggapan perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya tetap di dapur, padahal kan di dapur juga perlu ilmu untuk mengelolanya. meskipun baru cita-cita mudah-mudahan dapat terlaksana.
ReplyDeleteNama: Hilma Yayu Rahmawati
Akun Twitter: @HilmaAbdillah
Akun Facebook: Hilmaaprielia@yahoo.co.id
Link Share: https://twitter.com/HilmaAbdillah/status/640671288093118464
http://nathaliabookshelf.blogspot.co.id/2015/09/blogtour-giveaway-rentak-kuda-manggani.html?spref=fb
Jawaban:
ReplyDeleteNama: pramestya
Akun Twitter: @p_ambangsari
Akun Facebook: facebook.Com/pramestya.Ambangsari.5
Link Share: twitter.com/p_ambangsari/status/640723881276239872
Aku nggak tahu, mungkin aku bakal pulang dulu sambil nunggu lamaran kerjaku diterima, di kampung aku bakal KKN kedua :D sekalian bantu orang tua tak lupa nyari kerja kalau belum diterima. Aku bakal terus nyari kerjaan sambil beramal, kalau udah dapat aku mau ngerantau, kerja sekeras-kerasnya sampai cita-citaku benar-benar kusukseskan, setelah itu aku pasti kangen kampung halaman. Aku mau balik ke kampung, berbagi apa yang udah aku miliki ke penduduk. Amiin Ya Allah :)
Jawaban : Sebuah pepatah bugis mengatakan "Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke Pantai. Maknanya,seorang yang merantau tak akan kembali sebelum ia mencapai kesuksesannya. Nah disinilah letak penentunya, kesuksesan. Apakah kesuksesan itu adalah kita berhasil di kampung orang, membawa cerita keberhasilan ke kampung halaman, ataukah justru kelulusan itu sendiri adalah kesuksesan kita, yang kemudian dengan ilmu yang diperoleh selama kuliah dimanfaatkan untuk membangun kampung halaman. Itu semua terletak pada pemahaman kita. Merantau ke negeri orang bukan berarti kita tak mencintai kampung sendiri. Ada banyak cara berkontribusi untuk kampung halaman, misalnya memberi donasi untuk masjid, panti asuhan, dan sebagainya. Tinggal di kampung halaman pun belum tentu karena mencintai kampung dan mampu berkontribusi. Buat apa tinggal di kampung kalau kita tak memaksimalkan potensi kita ? Intinya, asal muasalnya adalah pada pemahaman kita, niat baik kita.
ReplyDeleteNama : Fuad Nasir
Akun Twitter : @ayomenulis_
Akun Facebook : https://www.facebook.com/fuad.nasir.94
Link share : https://mobile.twitter.com/ayomenulis_/status/640721455353720832
Jawaban: Mungkin, jika aku lahir di sebuah desa yang masih jauh dari yang namanya perkembangan dunia yang semakin melejit ini jikalau aku tengah dalam rantauan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tingggi, aku kan kembali ke tanah kelahiranku untuk berusaha mengajak para warga bekerjasama membangun desaku secara perlahan berkembang menjadi lebih baik. dalam bidang pendidikan, teknologi, ekonomi, wirausaha, kesehatan dan bidang penting lainnya.
ReplyDeletetapi karena aku bukanlah orang rantauan dan terlahir di kota dengan kemajuannya yang cukup pesat, Palembang, maka mimpiku sekarang adalah pergi merantau ke daerah pedesaan. menikmati hidup dengan alam yang asri, lebih baik lagi jika aku bisa menyumbangkan pengetahuanku untuk mereka, mengajar anak-anak yang kurang mampu atau yang tidak peduli dengan pendidikan. aku sangat ingin melakukannya ^^ Karena sejujurnya keindahan dan kenikmatan dunia tidak selamanya senilai dengan uang. Kebahagian dan kenyamanan dirimu beserta orang terdekat atau sekelilingmu lah yang membuat hidup lebih indah. Itu juga karena impianku adalah menjdai penulis, bukan seorang karyawan sukses atau direktur yang mesti bekerja di kantoran.
Nama: Tri Indah Permatasari
Akun Twitter: @LiebeIs0503
Akun Facebook: Tri Yusuf Ciduk
Link Share: https://twitter.com/LiebeIs0503/status/640732027101118465
Jawaban: Aku akan lebih memilih merantau. Kenapa? Karena di tempat asalku, cita2 dan keinginanku sulit terwujud. Memang masih mungkin, tapi aku tak yakin bisa meraihnya.
ReplyDeleteJika aku merantau, kemungkinan itu terbuka lebih lebar. Apalagi, menjadi penulis dari sebuah kota kecil di pojok provinsi, dan hanya dikelilingi dengan samudra di selatan dan gunung di barat-utara-timur adalah susah. Bagaimana untuk mencari ide, bagaimana untuk mencari dictionary, bagaimana untuk publish karya. Tapi, yang penting, aku bisa kembali ke kampung sewaktu-waktu jika aku merantau, tidak seperti ketika aku kembali, dan jarang keluar daerah bahkan mungkin tak pernah.
Nama: Haidar Chandra Adhiananto
Akun Twitter: @_haidarchandra_
Akun Facebook: Haidar Adhiananto
Link Share: https://twitter.com/_haidarchandra_/status/640805726605045760
ReplyDeleteNama: Annisa Nuramdhani
Akun Twitter: @Niszari
Akun Facebook: www.facebook.com/Aliandoo26
Link Share:
https://twitter.com/niszari/status/640817374933839872
https://twitter.com/niszari/status/640817404759531520
https://twitter.com/niszari/status/640817459511951360
Jawaban : Karena Di kotaku/bisa dibilang Desa , sudah ada fasilitas Kulias/Pendidikan yang cukup . jadi, aku lebih memilih untuk Tidak merantau, Karena belum bisa jauh dari orang tua, dan belum bisa memberikan yang terbaik untuk orang tua dan adik.
aku juga akan mencoba untuk membangun kota/desaku ini agar jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
Saya juga lebih memilih untuk tinggal di kampung halaman. karena, saya bisa membuat/membangun usaha yang belum ada di kota/desa saya .
Kalau saya lulus kuliah ya ngikutin gelombang kehidupan saja mbak, saya tidak mau idealis dan muluk muluk.
ReplyDeleteJawaban : Saya merantau, ketika saya sudah lulus kuliah nanti saya akan pulang ke kampung halaman saya dan memilih berada disana. Menurut saya tidak semua perantau sukses dan tidak selalu orang desa gagal. Karena saya kuliah di jurusan pendidikan Agama Islam, dan saya ingin merubah pola fikir masyarakat di tempat saya yang masih percaya dengan tahayul . saya ingin mengajarkan banyak hal di sana dengan ilmu yang saya dapatkan. Karena saya bertekat bahwa saya hidup harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
ReplyDeleteNama: Linsa Anggraeni
Akun Twitter: @Linza_Syauqia
Akun Facebook : Linza Anggraeni
Link Share: https://twitter.com/Linza_Syauqia
http://nathaliabookshelf.blogspot.co.id/2015/09/blogtour-giveaway-rentak-kuda-manggani.html?spref=fb
Nama : nining runingsih
ReplyDeleteakun fb : Nining Runingsih
akun twitter : @niningruningsih
Link share : https://m.facebook.com/nining.ikhwaty?fref=nf&pn_ref=story
Via fb link sharenya..
Kembali ke tanah kelahiran. Krn disini aku harus lebih bermanfaat utk desa kelahiranku.. bukankah orang yang sukses adalah orang yang bisa mensukseskan sekitarnya?? :)
Link share tambahan : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1136432033037173&id=100000111609242
ReplyDeleteJawaban: kembali ke kampung halaman. Bila mengingat desa wairabo yang terpencil, hingga untuk ke sana saja butuh 4 jam lebih jalan kaki, bisa mendunia. Maka akan kujadikan desaku seperti desa wairabo. Desaku bisa didatangi para pelancong dari berbagai negara. Merangkul semua masyarakat, hingga mereka hidup sejahtera dan berkecukupan. Tentu saja tanpa merusak alam dan budaya, bahkan sebaliknya menjaga kelestarian alam budaya.
ReplyDeleteNama: jakajunie
Akun Twitter: @jakajunie
Akun Facebook: jakajunie
Link Share: https://twitter.com/jakajunie/status/640850204611076096
Jawaban : Setelah saya lulus kuliah, saya akan pulang ke kampung halaman dan membangun kampung halaman. Karena, selain beralasan untuk menimba ilmu yang bermanfaat guna membuat orang tua saya bangga, saya merantau juga untuk membesarkan nama kampung halaman saya. Saya menimba ilmu di tanah rantau, yaitu ilmu yang tak bisa saya dapatkan di kampung halaman. Saya meninggalkan kampung halaman hanya bermodalkan mimpi, keberanian, dan tekad yang kuat. Dan setelah ilmu-ilmu yang saya cari di tanah rantau telah ada dalam genggaman, saya harus kembali lagi ke kampung halaman untuk mengabdi kepadanya. Bagaimanapun keadaannya, kampung halaman adalah tempat yang pertama kali saya kunjungi di dunia ini. Tempat saya membuka mata untuk pertama kali. Dan disana pula lah pertama kalinya saya menangis dan tertawa. Dari sana saya berasal, dan ke sana jualah saya harus kembali. Maka, saya akan memberikan yang terbaik untuk kampung halaman tercinta.
ReplyDeleteNama : Eka Sulistiana
Akun Twitter : @ekasulistiana24
Akun Facebook : Eka Sulistiana
Link Share : https://twitter.com/ekasulistiana24/status/640889187995021313
kebetulan aku bukan merantai sih, cuma kebanyakan teman-temanku anak rantau. Jadi mungkin aku berandai-andai aja kali yah ....
ReplyDeleteaku sih tidak akan pulang kampung dulu. Karena aku pengen cari pengalaman dulu untuk membawa bekal yang cukup matang ketika pulang kampung. Bukan hanya sekedar teori dan pengalaman cetek yang kalah di bandingkan pengalaman para tetua disana. Niat pulang kampung untuk membangun desa sendiri pasti ada dong. Tapi untuk membangun suatu desa tidak hanya mengandalkan gelas setinggi langit, tapi memerlukan pengalaman luas tanpa batas yang bisa menjadi panutan untuk menyelesaikan masalah, sehingga walaupun masih muda kita akan di hargai orang kampung sendiri.
coba aja bayangin. baru aja lulus sarjana, pulang kampung tanpa pengalaman apa-apa. Yang ada orang kampung malah gak yakin dengan ide-ide kita untuk membangun kampung mereka. Akhirnya kita yang bermental tempe, menjadi putus aja. Sehingga impian untuk membangun kampung halaman hanya tetap menjadi mimpi
Neneng Lestari
@ntarienovrizal
fb: Neneng Lestari
https://twitter.com/nTarienovrizal/status/640913308774612993
Jawaban : Saya akan pulang ke kampung karena saya ingin memajukan kampung saya dalam hal pendidikan dengan cara mengamalkan ilmu saya dan membangun Rumah Pintar untuk anak kampung agar mereka bisa belajar dengan selayaknya dan saya berkeinginan untuk membangun Rumah Pintar gratis di kampung kampung yang membutuhkan..
ReplyDeleteNama : Shofi Lutfiana
Akun Twitter : @LutfianaShofi
Akun Facebook : Shofi Lutfiana
Link Share : https://twitter.com/lutfianashofi/status/640740224029450240
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletejawaban : kakak, saat ini saya masih kuliah dan kebetulan perantauan. saya ingat betul dengan kata kata saya waktu itu, 'aku ora iso yen balapan lulus, aku yo ora iso yen balapan rabi. aku tak ngijoli duite simak bapak dhisik' dalam bahasa indonesia maka berarti 'saya tidak bisa berlomba-lomba lulus duluan, saya juga tidak bisa berlomba-lomba menikah duluan. saya ingin mengembalikan uang orang tua yang beliau gunakan untuk menghidupi dan untuk menyekolahkan saya' seperti itu kira-kira. tetapi setelah lulus nanti saya berniat untuk tetap di semarang terlebih dulu -tempat saya kuliah sekarang- dan mencari pekerjaan untuk sedikit demi sedikit mempunyai tabungan dan agar saya bisa membantu orangtua secara materi. kenapa harus tetap di semarang (ditempat perantauan)? bukankah dikampung halaman pun bisa mendapatkan pekerjaan? karena pada saat saya menginjakan kaki di semarang sebagai mahasiswa, saya hanya anak ABG tanpa pengalaman, kenalan dan pendidikan yang cukup. di semaranglah saya mendapatkan pengalaman dan pendidikan, dan di semarang juga saya mempunyai banyak kenalan. dari situlah saya rasa saya akan mudah mendapatkan pekerjaan, dibandingkan dengan saya di kampung halaman, saya buta dengan kampung halaman saya sendiri. karena saya lebih sering menghabiskan waktu saya ditempat perantauan dan bisa dikatakan saya di'matang'kan oleh tempat perantauan.
ReplyDeleteNama : Tias Ernawati
Akun Twitter : @aiyyatias
Akun facebook : Tias Ernawati
Link Share : https://twitter.com/aiyyatias/status/640954991281205248
Jawaban:
ReplyDelete"Merantau Untuk Pulang"
Karena Bapak saya adalah seorang Semarang & Ibu seorang Palembang, yang ketika Bapak saya berpuluh tahun silam melamar kerja di Jakarta, kemudian diterima, yang karena kantor pusatnya ada di Lhokseumawe (Aceh Utara), maka kami sekeluarga (Bapak, Ibu, saya & dua adik) lahir, hidup dan besar di kota itu. Setelah besar, saya merantau ke Semarang (SMA) dan Bandung (kuliah). Adik saya pun sedang di Bandung (kuliah). Adik yang satu lagi, kemungkinan besar akan menjalani kehidupan SMA-nya di Pulau Jawa juga.
Setelah lulus kuliah, saya akan pulang ke tempat dimana orang tua saya berada. atau merantau di tempat yang paling dekat dengan orang tua saya. apapun yang dapat memangkas jarak. sesimpel itu. dimanapun nantinya saya tinggal, saya akan berusaha memberikan sesuatu tidak hanya untuk tempat dimana saya tinggal kelak, namun saya ingin merengkuh seluruh negeri. Sesuai dengan bidang keilmuan saya, Ilmu Informasi & perpustakaan. Segala hal terkait dengan literasi yang memang dibutuhkan oleh seluruh negeri ini, tak hanya satu daerah khusus (benar, bahkan di kota yang sudah dicap "ter-modern" sekalipun).
Jadi, apakah saya akan merantau atau kembali ke kampung halaman? Bagi saya, kampung halaman adalah tempat dimana orang tua saya berada. Dan karena orang tua saya juga perantau, bahkan hingga pensiun nanti tetap merantau (Karena ketika orang tua saya pensiun sekitar tiga tahun lagi, mereka akan pindah ke Pulau Jawa. Mungkin Cikarang. Atau Bandung. Atau di suatu tempat di Pulau Jawa.), yah... Mengambil kesimpulan jawaban saya dari pertanyaan diatas memang sedikit sulit. Namun, semoga maknanya tertangkap dengan baik :)
Nama: Putri Utami
Akun Twitter: @putrikuputrimu
Akun Facebook: http://facebook.com/putrikuputrimu
Link share: https://twitter.com/putrikuputrimu/status/640956485065818113
ReplyDeleteJawabannya : Saya akan tetap merantau. Walaupun, banyak orang yang bilang, selepas kuliyah, kewajiban kita sebagai orang yang berpendidikan yaitu membangun kembali desa atau kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan. Saya berpendapat, itu terlalu cepat untuk ukuran orang yang merantau hanya beberpa lamanya, contoh : hanya sarjana starata-1. Saya melihat kehidupan sehari-hari masyarakat di kampung saya, khususnya suku Sasak di daerah Lombok bagian selatan. Banyak sekali, sarjana-sarjana yang baru saja melepas toganya, setelah lulus dari bangku perkuliyahan yang dalam hal ini Sarjana strata – 1 menjadi pengangguran. Entah, mungkin disebabkan oleh faktor masih kurangnya ilmu pengetahuan yang memadai atau lingkungan yang mengharuskan kebanyakan dari mereka hanya menjadi kuli bangunan atau petani yang sehari-hari bekerja di sawah atau ladang.
Diperlukan pola pikir yang baik, yang berkemajuan. Sebab itu, selepas kuliyah nanti, jika pun tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan kuliyah lebih tinggi, saya belum mau pulang ke kampung halaman. Saya akan berusaha dan terus menerus menggali solusi apa penyebab sebagian masyarakat di kampung saya memandang kuliyah itu tidak diperlukan. Yang punya anak laki-lakai beranggapan “Toh, nantinya setelah lulus kuliyah juga bakal melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai petani.” Lebih-lebih perempuan yang nantinya tugasnya dalam sehari-hari menjadi ibu rumah tangga. Namun, hal yang menjadi permasalahan utama tidak kuliyahnya perempuan di kampung saya yaitu nikah. Banyak di kampung-kampung saya yang permpuannnya nikah muda, ada yang baru lulus SMA, SMP, bahkan akhir-akhir ini ada yang baru lulus Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, saya harus harus bisa mengubah pola pikir mereka.
Maka, sudah kewajiban bagi saya. Untuk menggali lebih dalam lagi, prmasalahan yang ada di kampung halaman saya. Saya harus merantau lebih lama lagi. Saya tidak mau gegabah dan akhirnya harus berakhir seperti kebanyakan kawan saya di kampung. Karena, saya yakin. Faktor utamanya bukan lah ekonomi. Ada lebih dari itu.
Sudah seharusnya saya menggali ilmu lebih dalam lagi di perantauan. Mencari sebab musabbabnya. Sesekali pulang ke kampung halaman untuk sementara mengecek keadaan. Lalu kembali ke rantauan untu membahasnya dengan orang-orang yang sudah lihai dalam menghadapi problema. Kita tidak jadi apa-apa, jika berdiam diri di dalam rumah.
Dan pada akhirnya, setelah saya merasa yakin dengan kemampuan saya. Saya akan pulang pada waktunya. Mengajak kawan-kawan, mengajak semua orang. Duduk di pelaminan bukanlah keputusan sau-satunya, masih ada ilmu pengetahuan yang harus digali sedalam-dalamnya. Dengan pengetahuan yang luas, maka Inshaallah, semua hal yang sulit, bisa dipermudahkan. Termasuk dalam urusan kemiskian dan memutuskan untuk menikah terlalu cepat. Merantaulah seluas-luasnya. Cari yang kau inginkan, terapakan yang kau dapatkan.
Nama : Lalu Muhammad Getar
Akun Twitter : @Muhammad_Getar
Akun Facebook : www.facebook.com/getar.roby atau search ‘Muhammad Getar’
Jawaban: Saya kuliah di Bandung, asalnya dari Padang. Kalau sudah lulus saya akan memilih untuk tetap bertahan merantau dulu. Saya tidak akan memilih untuk langsung pulang ke kampung halaman dan mengabdi di daerah saya sendiri. Alasannya? Saya sudah diberi kesempaatan oleh Allah untuk merantau di kota besar. Jika saya hanya menimba ilmu di sini rasanya sangat sederhana sekali. Padahal masih ada banyak hal yang bisa saya pelajari di kota besar. Karena itu saya memilih untuk terus melanjutkan merantau untuk 4-5 tahun setelah lulus. Saya akan bekerja terlebih dahulu di rantau. Memulai pengamatan kenapa orang kota bisa maju, inovasi apa saja yang mereka miliki dan bagaimana semangat kerja dan gaya hidup sukses yang mereka miliki. Setelah 4-5 tahun itu, baru saya akan kembali ke daerah saya. Dengan pengamatan dan pengalaman yang saya miliki di kota besar sebelumnya, barulah saya kira saya bisa memberikan bakti pada kampung halaman saya. Saya bisa meniru positifnya orang kota dan memodifikasinya di daerah. Karena bagaimanapun juga saya adalah anak daerah, tanah kelahiran saya adalah tempat yang selama ini memotivasi saya untuk merantau. Tak mungkin setelah sukses saya tak kembali, tak memberi tanda terima kasih pada tanah lahir saya. Nah, jika saya mendahulukan kembali ke tanah kelahiran setelah kuliah saya takut tak bisa bergerak dan justru hanya menjadi sarjana "sampah" saja di kampung, sebab belum punya inovasi apa-apa dan link masih sedikit. Tapi jika saya sudah punya pengalaman di rantau dan sudah banyak link, pergerakan saya untuk kemajuan kampung halaman tentu akan lebih menguntungkan dan lebih mudah sebab sudah mendapat kepercayaan juga dari kampung karena yakin saya punya kompetesi dengan pengalaman saya di rantau. :)
ReplyDeleteNama:Retno Nurul Aisyah
Akun FB: Retno Nurul Aisyah (https://www.facebook.com/retno.nurulaisyah)
Akun Twitter:@NurulAisyah78
Link Share:https://twitter.com/NurulAisyah78/status/641017520057507841
Jawaban : Saya akan memilih untuk tetap merantau. Seorang guru pernah berkata, "apa yang terlihat oleh matamu bukanlah apa yang terlihat olehmu. Ada begitu banyak ilusi yang menghalangi. Lihatlah dengan hatimu untuk menyingkirkan ilusi itu." Jadi, merantau adalah salah satu cara bagi saya untuk melihat dengan lebih baik tentang apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan ini.
ReplyDeleteNama : Muhammad Azzam Alghifary
Akun FB : Mohammed Azzam Alghifary
Akun Twitter : @alghi_fary17
Link Share : https://twitter.com/alghi_fary17/status/641057059547426816
Nama : Wulida
ReplyDeletetwitter : @jm_nim
fb: wulida n ubudiyah
link share: https://mobile.twitter.com/Jm_nim/status/641086785276121089?p=v
ah kalau masalah ini aku gak mau muluk-muluk Mbak. Karena setiap ucapan merupakan janji jadi aku takut tidak bisa menepati. aku akan mengikuti arus kehidupan, mencari kerja ditempat yang 'baik'. pekerjaan yang baik tidak selamanya ada di tempat perantauan ataupun di desa kan?
Jawaban : tetap di kampung adalah pilihan yang bagus, selain lebih paham seluk beluk kampung mestinya hal itu bisa menjadi point utama dalam memberdayakan diri dan orang-orang yang ada di kampung. memang jika merantau kita akan bertambah pengalaman akan seluk beluk dunia ini, tapi memulainya dari yang dekat dulu akan terasa lebih jika bisa memberdayakan kampung perantauan.
ReplyDeleteNama : Aula Bilal
Akun FB : Aula D'Virionheart
Akun Twitter : @Virionheart
Link Share : https://twitter.com/Virionheart/status/641087589122904065
Jawaban: kalo aku sih pulang, soalnya aku udah niat mengabdi untuk bangsa dan negara, dan pengabdian itu bakalan aku mulai dari kampung halamanku sendiri..
ReplyDeleteNama: Alifa Nanda Tarina
Akun Twitter: @_alifananda
Akun Facebook: Alifa Nanda Tarina (http://www.facebook.com/ali.faa.98
Link Share: https://mobile.twitter.com/_alifananda/status/641120625180807168?p=v
Jawaban :
ReplyDeletePertanyaannya persis keadaanku saat ini. Baiklah, dari lubuk hati yang paling dalam, tentu aku ingin pulang ke kampung halamanku. Nyatanya, tak banyak kesempatan untuk mengembangkan apa yang sudah aku miliki disana, akhirnya aku kembali ke perantauan yang ternyata lebih ramah menerima kehadiranku. Tapi itu tak lantas membuatku membenci kampung halamanku. Rencananya, aku akan melanjutkan studiku ke tingkat yang lebih tinggi lagi tahun depan, setelahnya, aku akan membuktikan pada kampung halamanku bahwa aku akan menjadi salah satu yang berpengaruh mencerdaskan kehidupan masyarakat di sana. Karena di kampungku, sarjana bukan lagi hal yang baru, maka aku bertekat untuk bisa lebih daripada itu.
Nama : Andalia Ayu Putry
Akun fb : Andalia Ayu Putry
Akun twitter : @AndaliaAyuPutry
Link share : https://twitter.com/andaliaayuputry/status/641121433968504836
Jawaban :
ReplyDeleteSaya ingin kembali ke daerah saya. Didaerah saya justru kota yang sekarang sedang maju pesat. Biasalah masih idealis. Masih pengen deket sama orangtua, pengen ngumpulin uang dan yang paling penting, banyak kesempatan yang bisa saya ambil ilmu nya disini. Nanti setelah saya rasa ilmu saya sudah cukup, saya justru ingin merantau ke daerah terpencil yang membutuhkan. Kalo baru lulus kuliah terus saya memilih menerapkan ilmu didaerah terpencil, sama aja bunuh diri. Ilmu nya masih cetek. Karena saya kerja dibidang kesehatan yang membutuhkan skill juga, bukan sekedar teori
Nama : Nurunnisa
Akun Fb : Niz Nurunnisa
Link share : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10203434187615574&id=1839131802&fs=4&ref=bookmarks
Jawaban : Ada pepatah mengatakan bahwa air yang diam mungkin akan keruh namun jika air itumengalir mungkin akan jernih. Jadi saya akan tetap memilih untuk merantau karena dengan merantau saya akan mendapatkan ilmu baru, pengalaman baru, pemahaman baru dsb, yang berguna untuk kehidupan. Tetapi meski saya memutuskan untuk tetap merantau saya tetap tidak akan pernah lupa pada kampung halaman saya. Suatu saat jika semua ilmu dan pengalaman sya cukup dan memadai saya pun kan kembali pada kampung halaman saya.
ReplyDeleteNama : Hanida Kurnia Putri
Akun Fb : Hanida Kp
Akun Twitter : @hanidakp
Link Share : https://twitter.com/Hanidakp/status/641059983648428036
wah semuanya semangat sekali mengeluarkan jawabannya... sangat menarik sekali nih...
ReplyDeletejawaban : aku ingin kembali ke peraduan tempat tinggalnya, mungkin karena ingin meneruskan perjuangan para sesepuh dan orang tua dirumah, terlebih cita-cita saat ini ingin mendirikan lembaga yang dapat mencakup semua kalangan dan dapt mendidik masyarakat rumah yang masih minim sadar pendidikan. meskipun terasa masih belum cukup ilmu untuk kembali dan ingin melanjutkan perantauan tapi ketika sudah terpanggil lebih memberikan sepenuh hati apa yang kita punya saja dan terus berjuang karena ilmu akan terus mengalir ketika kita mengalirkannya kepada yang lainnya, semoga aja mabruk.
ReplyDeleteNama : Ahmad Lutfillah Arruhami
Akun FB : Afil Al Ruhami
Link Share : https://www.facebook.com/afil.arruhami
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama : Agatha Vonilia Marcellina
ReplyDeleteAkun twitter : @Agatha_AVM
Akun FB : Agatha Vonilia Marcellina
Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/641952774544973824
Pertanyaan : Terkait dengan cerpen pertama dalam buku ini yang tokoh utamanya sedang dilanda rasa galau ketika diminta untuk kembali ke kampung halamannya. Kalau teman-teman, buat yang kuliahnya merantau, setelah lulus kuliah sudah/akan memilih untuk tetap merantau atau pulang ke kampung halaman dan membangun kampung halaman?
Jawaban : Aku akan tetap melanjutkan merantau terlebih dahulu. Aku masih ingin memperbanyak ilmu dan pengalaman dengan bekerja di tempat perantauan. Berusaha hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Kalau aku pulang setelah kuliah tanpa pernah terjun ke masyarakat, sama saja aku tidak akan tahu bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat karena menurutku di kampus kurang praktek, walaupun ada KKN juga. Tapi hanya beberapa bulan, jadi susah untuk lebih mendalami karakter dari setiap masyarakat. Lebih banyak meluangkan waktu untuk pulang kampung selama seminggu sekali. Melihat perkembangan di kampung dan potensi apa yang dapat aku gali serta kembangkan untuk meningkatkan semangat kerja masyarakat kampung dan mendongkrak pendapatan para masyarakat. Pelatihan-pelatihan demi meningkatkan skill para masyarakat kampung serta memberantas buta aksara. Apabila uang yang aku hasilkan sudah mencukupi kebutuhanku, sisanya aku sisihkan untuk perlahan-lahan membuka sebuah perpustakaan bagi anak-anak dan pelatihan membaca dan menulis bagi para orang tua. Setelah itu, kalau dapat rejeki mungkin aku akan membuka pelatihan origami bagi para ibu PKK. Aku berusaha menjalankan dua-duanya, merantau sambil membangun kampung halaman dan mendidik para generasi mendatang serta penerus bangsa. :) Fighting!
Nama : Risa Anggraeni
ReplyDeleteAkun twitter : @risaanggra3
Akun FB : Risa Anggraeni
Link share : https://twitter.com/risaanggra3/status/642193690010619905
Pertanyaan : Terkait dengan cerpen pertama dalam buku ini yang tokoh utamanya sedang dilanda rasa galau ketika diminta untuk kembali ke kampung halamannya. Kalau teman-teman, buat yang kuliahnya merantau, setelah lulus kuliah sudah/akan memilih untuk tetap merantau atau pulang ke kampung halaman dan membangun kampung halaman?
Jawaban : Saya punya keinginan besar untuk bisa keliling dunia dan itu sudah menjadi cita-cita saya sejak awal. Jadi setelah saya lulus kuliah saya akan terus merantau melihat indahnya dunia luar, mengejar cita-cita dan menggapai impian saya. Bukan berarti saya tidak mencintai kampung halaman saya tapi saya ingin sukses dan kembali ke kampung halaman dengan membawa perubahan besar yang tentunya berdampak positif bagi kemajuan kampung halaman saya. Dan saya juga pernah membaca buku bahwa jika kamu ingin sukses maka keluarlah dari kampung halamanmu dan merantaulah... Bismillah semoga saya bisa mewujudkan mimpi-mimpi saya.
Nama : Erin Friyana
ReplyDeleteAkun Twitter : https://twitter.com/RinShoak
akun facebook : https://www.facebook.com/tomoyo.yuuki.5
Link Share : https://twitter.com/RinShoak/status/642185973946716160
jawaban: Tentunya saya ingin membangun kampung halamanku. Saya ingin membangun sebuah sekolah seni, terutama seni tradisional karena sekarang sudah hampir punah dan terasingkan oleh kebudayaan baru. Sebelum itu saya memutuskan merantau terlebih dahulu karena selain ilmu saya tidak punya apa-apa lg untuk membangun kampung halaman dan dalam mencapai suatu tujuan akan ada ilmu, materi, pengalaman, orang luar yang saling berkesinambungan. Itu lah yang sedang saya gali di negeri rantau. Saat ini saya sedang melakukan proses itu, entah 2 atau 3 tahun lagi, pasti waktu itu akan tiba, kembali ke kampung halamanm. Saya percaya tidak ada kata terlambat untuk sebuah niat yang baik, selama terus berjuang dan berusaha.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSetelah lulus, untuk sementara saya akan tetap merantau dan bekerja disini karena saya ingin menambah ilmu dibidang yang saya geluti dan menambah pengalaman kerja saya. Karena lulus kuliah aja belum cukupkan??!! saya gak mau dong, pulang dengan tangan kosong dan bahkan pulang dalam keadaan nganggur. Nah, setelah saya sukses disini baru saya akan pulang ke kampung halaman dan menerapkan kiat-kiat kesuksesan saya disana, mungkin dimulai dari memotivasi anak-anak muda. Jadi ketika kita pulang membawa hasil, membuktikan bahwa jerih payah orang tua kita gak sia sia kan??!! ^^
ReplyDeleteThanks mbak
Nama : Nova Indah Putri Lubis
Twitter : @n0v4ip
FB : Nova Indah Putri Lubis
Link Share : https://twitter.com/n0v4ip/status/642230407644057600
Jawban: terkait merantau atau tidaknya sejujurnya saya mau melihat situasi dan kondisi yang saya alami saat itu, karena apa yang saya rancang jauh-jauh hari terkadang bisa tak sesuai dengan apa yang akan terjadi masa mendatang.. nah berubung ini cuma mengandai-anadai, saya akan tetap merantau, karena saya ingin memperdalam ilmu yang dapat saya miliki,meraih cita-cita yang belum terwujud. karena saya bukan tipikal orang yang bisa bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat. namun bukan juga saya tidak peduli dengan kampung halaman saya, namun bukannya egois, saya ingin kampung halaman saya juga bisa berkembang. setelah sukses nanti saya mungkin bisa memberikan bantuan berupa dana untuk pembangunan, atau sekali ada waktu luang balik ke kampung halaman saya tempat saya dilahirkan untuk sesekali memeberikan pelatihan2 semacam padat karya.
ReplyDeleteNama: Fanda Elvira Rosa
Akun Twitter:@fandarosa
Akun Facebook: Fanda Elvira Rosa
link: https://twitter.com/FandaRosa
jawaban: aku kuliah merantau. Setelah lulus nanti aku berkeinginan kembali ke kampungg halamanku dan mengaplikasikan ilmuku di tempat tinggalku. karena, di tanah kelahiran aku dibesarkan dan diajarkan berbagai banyak hal. Setelah 4 tahun aku merantau (waktu yang terhitung singkat dibandingkan aku berada di tanah kelahiranku) seharusnya aku memberikan pengabdian kepada tempat tinggalku. Memberikan perubahan yang lebih baik lagi. Sudah seharusnya aku melakukan ini. Karena, di tempat kelahiranku inilah aku bisa belajar dan dewasa seperti ini. Tempat perantauan hanyalah tempat singgah untuk belajar.
ReplyDeletenama: Siti Nur Cahyanik
akun twitter: @Ancahyanik
akun facebook: Anik Cahyanik
link share: https://twitter.com/ancahyanik/status/642235079700250624
Jika aku kuliah di perantauan, maka setelah lulus in syaa Allah aku akan kembali pada kampung halaman. Aku ingin berkontribusi untuk daerahku, Sorong, Papua Barat, terutama dalam hal pendidikan. Sebab, di sini banyak generasi muda yang membutuhkan bimbingan. Aku ingin membantu mereka, agar nantinya bisa mengembangkan tanah Papua, mengolah kekayaan alam sendiri dan tidak dimarginalkan lagi. Aku ingin berjuang di tanah kelahiranku.
ReplyDeleteNama: Khusnul Khotimah
Twitter: @ukhty_imah
FB: Ukhty Khusnul Khotimah
link share: http://mobile.twitter.com/ukhty_imah/status/642246665399869440?p=v
ReplyDeleteJawaban:
Kebetulan sekarang sedang merantau jauh, bahkan sudah satu tahun lebih tidak pulang. Karena kondisi dan jarak yang sangat jauh. Disini memang banyak hal yang dapat aku lakukan, dan yah jauh berbeda dengan dikampung. Tapi seindah-indahnya disini tetap ingin kembali kekampung pada waktunya nanti. Pada saat itu itu aku berharap bisa membuat mereka semua (keluarga) bangga, dan jarak yang jauh ini mempererat tali keluarga.
Aku ingin pulang dengan membawa nama, raga, prestasi serta uang untuk mewujudkan mimpiku dikampung halaman.
Rumah terindah adalah keluarga, tempat ternyaman adalah tanah kelahiran.
Nama: Kiki Amaliah
Akun Twitter: @kyoungsaeng (sudah follow)
Akun fb: Kikisaengi chanbheje eagle
Link share: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=127595207590356&id=100010196313600&_rdr
Kebetulan saat ini aku lagi merantau, menempuh pendidikan di luar pulau karena bisa dikatakan jenjang sarjana untuk prodi yang aku tekuni sekarang masih belum banyak ada di indonesia.
ReplyDeleteSalah satu tujuan yang ingin aku capai adalah kembali ke kampung halamanku demi mengamalkan apa yang sudah aku dapatkan. Semoga satu langkah kecilku nantinya akan berdampak besar khususnya bagi dunia yang berkaitan dengan profesiku.
Sepertinya teman2 yg satu prodi denganku memiliki alasan yang serupa. Kami datang dari seluruh daerah di Indonesia dan diharapkan bisa menjadi agent of change bagi wilayah masing-masing. Selain itu, anggap saja pengabdianku ini adalah bentuk balas budi yang tentu saja tidak bisa ku kembalikan sepenuhnya. Keluarga dan lingkunganlah membuatku tumbuh seperti sekarang ini. Mereka memberikan segala yang terbaik, semoga aku juga bisa mengembalikan kebaikan itu dengan semaksimal nungkin.
Rini Cipta Rahayu
@rinicipta
Rini Cipta Rahayu
Lihat Tweet @RiniCipta: https://twitter.com/RiniCipta/status/642885413015699456
Kebetulan saat ini aku lagi merantau, menempuh pendidikan di luar pulau karena bisa dikatakan jenjang sarjana untuk prodi yang aku tekuni sekarang masih belum banyak ada di indonesia.
ReplyDeleteSalah satu tujuan yang ingin aku capai adalah kembali ke kampung halamanku demi mengamalkan apa yang sudah aku dapatkan. Semoga satu langkah kecilku nantinya akan berdampak besar khususnya bagi dunia yang berkaitan dengan profesiku.
Sepertinya teman2 yg satu prodi denganku memiliki alasan yang serupa. Kami datang dari seluruh daerah di Indonesia dan diharapkan bisa menjadi agent of change bagi wilayah masing-masing. Selain itu, anggap saja pengabdianku ini adalah bentuk balas budi yang tentu saja tidak bisa ku kembalikan sepenuhnya. Keluarga dan lingkunganlah membuatku tumbuh seperti sekarang ini. Mereka memberikan segala yang terbaik, semoga aku juga bisa mengembalikan kebaikan itu dengan semaksimal nungkin.
Rini Cipta Rahayu
@rinicipta
Rini Cipta Rahayu
Lihat Tweet @RiniCipta: https://twitter.com/RiniCipta/status/642885413015699456
Jawaban:
ReplyDeleteKuliah, lulus dan menikah kemudian tinggal di perantauan memang membuat aku terlena dengan kehidupan yang nyaman di ibukota provinsi tapi ketika saat ini dalam posisi "HARUS" berada di kampung halaman maka saat itu lah terbetik niat untuk memajukan kampung halamanku. Alih-alih menyalahkan keadaan, ada begitu banyak peluang di kampung halaman jadi mengapa tidak untuk "kembali".
Nama: Fenny
Akun Twitter: @fennyferawati
Akun Facebook: http://facebook.com/fennyferawati
Link Share: https://twitter.com/fennyferawati/status/642928236947570688
Nama: Thia Amelia
ReplyDeleteTwitter: @Thia1498
Facebook: Thia Amelia
Link: https://twitter.com/Thia1498/status/643066855867871232
Kalau teman-teman, buat yang kuliahnya merantau, setelah lulus kuliah sudah/akan memilih untuk tetap merantau atau pulang ke kampung halaman dan membangun kampung halaman?
Cita-cita untuk membangun kampong saya menjadi yang lebih baik sudah ada sejak saya masih kecil. Saya sering melihat orang-orang yang salah kaprah disini, selalu mementingkan adat ketimbang perkembangan zaman. Dan saya ingin membangun kampong saya menjadi lebih baik lagi, tidak perlu meninggalkan adat kalau mereka tidak mau, mungkin lebih ke modernisasinya. Jadi apa yg akan saya lakukan setelah kuliah? Yang pasti saya akan lebih memilih tetap merantau terlebih dahulu. Kenapa? Bagaimana dengan cita-cita saya? Saya ingin punya lebih banyak pengalaman tentang memodernisasikan kampong yang masih berpegang teguh pada adat. Salah satunya dengan bekerja, lalu mencari pengalaman. Setelah dirasa semua perbekalan saya cukup, saya pasti akan kembali. Membangun kampong saya menjadi lebih baik lagi, tidak tertinggal dengan zaman lagi. Semoga terwujud Aamiin
ingin dirumah saja menemani orang tua :)
ReplyDelete