Hai! Senang sekali rasanya karena kali ini saya kembali dipercaya oleh Penerbit Twigora sebagai salah satu host blog tour novel duet karya Aditia Yudis dan Ifnur Hikmah yang berjudul Black Leather Jacket. Hari pertama, saya awali blog tour ini dengan pertanyaan yang saya ajukan pada kedua penulis yang biasa disapa Iif dan Adit ini. Selamat menikmati.
ADITIA YUDIS
Lahir dan menetap di Lampung. Mulai menulis sejak tahun 2009 dan terus belajar hingga sekarang. Penulis favoritnya adalah Ahmad Tohari, Umar Kayam, dan Ted Chiang. Sejak tahun 2010 sudah beberapa bukunya yang diterbitkan, antara lain novel adaptasi skenario 7 Misi Rahasia Sophie (2014),Time After Time (2015),Senandika Prisma(2016), dan Potret (2017).
Email:aditiayudis@gmail.com
IG/Twitter: @adit_adit.
IFNUR HIKMAH
Pembaca di pagi hari, editor di siang hari, penulis di malam hari. Menetap di Jakarta dan berkutat dengan kehidupan remaja sepanjang hari karena tuntutan pekerjaan. Menulis agar tetap waras karena butuh menuangkan isi kepala ke dalam tulisan. Sejak 2013 sudah menerbitkan beberapa buku, di antaranya Mendekap Rasa (2013), Do Rio Com Amor (2015), Reborn (2016). Impian terbesar: interview Michelle Obama.
Email: ifnurhikmah89@gmail.com
Instagram/Twitter: @ifnurhikmah/@iiphche
1. Bagaimana awalnya bisa menulis novel ini berdua? Ide siapa?
Iif: Setiap kali kita ngobrol, either itu langsung atau via chat, kita sering nyeletuk random dan kadang dari celetukan random itu bisa dijadikan ide novel, termasuk BLJ ini. Waktu itu, kita sama-sama ngefans dengan Aidan Turner, dan setelah marathon nonton Being Human bareng, tiba-tiba aja kepikiran buat menulis novel yang tokohnya terinspirasi dari Aidan Turner (hence, the name, hehe). Lalu, kita buat sinopsis bareng dan mulai menulis novel ini.
Adit: Idenya, nomor satu dari Aidan, nomor dua karena pengin menulis tentang dunia tulis menulis, yang nomor tiga adalah pengorbanan seseorang untuk impiannya. Impian atau keluarga adalah hal pelik.
2. Apa pengalaman paling berkesan saat menyusun novel ini?
Iif: Pengalaman paling berkesan ada saat revisi, karena naskah ini sudah lama jadi revisi terasa berat #curhat. Ketika revisi, mau enggak mau harus menyelami lagi isi pikirannya Aidan dan Laura ini sambil mengira-ngira dulu perasaannya gimana ya pas nulis mereka. Rasanya kayak ketemu teman lama, catching up, cerita-cerita dan baru deh bisa kenal lagi.
Adit: Bagiku yang paling berkesan adalah proses duetnya sendiri. Ifnur adalah penulis yang aku kagumi tulisan-tulisannya. Selama menulis pun, aku benar-benar belajar banyak dari partnerku ini. Sering banget aku terkesan sendiri pas baca sebuah bagian yang kalau kutulis pasti hasilnya A, tapi di tangan Ifnur hasilnya bikin aku mikir 'kok bisa dia kepikiran seperti ini'. hehe.
3. Setelah novel ini apa akan ada novel duet lagi?
Iif: Mungkin saja, kenapa enggak? Cuma kapan dan soal apa, belum kepikiran, he-he.
Adit: Kemungkinan itu selalu ada. Ngomong-ngomong, kami masih punya satu lagi naskah kolaborasi yang belum dipinang siapa-siapa nih. Hahaha.
4. Kedua tokohnya kan berprofesi sebagai penulis, tapi kenapa judulnya Black Leather Jacket, apa hubungannya?
Iif: Ada satu detail di dalam novel ini yang lekat banget dengan kedua tokoh, yaitu black leather jacket. Jadi, kita rasa item itu cocok buat menggambarkan sosok Aidan yang jadi tokoh sentral di novel ini. Ketika baca, bakalan paham kok kenapa black leather jacket ini penting banget di cerita.
Adit: Black Leather Jacket adalah judul novel di dalam novel ini.
5. Berhubung tokohnya penulis, apakah ceritanya juga terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis?
Iif: I wish I have love story like them, hehe. Kisah mereka pure fiksi semua, palingan beberapa detail soal pekerjaan sebagai penulis itu berkaca dari pengalaman kita, sih. Misalnya sulitnya menuangkan ide padahal di kepala tuh banyak banget yang mau ditulis, tapi pas depan laptop tiba-tiba stuck. Atau diskusi dengan editor biar ceritanya lebih greget, menuangkan hasil diskusi itu ke dalam tulisan, berkali-kali revisi, kurang lebih sama kayak apa yang kita rasa.
Adit: Sedikit-sedikit, di sana dan di sini dalam novel ini, ada pengalaman pribadi yang terselip. Ada juga keinginan dan mimpi-mimpi yang ikut tersisip. Tapi, aku enggak mau bilang di bagian mana saja. He he.
6. Seandainya difilmkan, siapa yang cocok jadi pemeran tokoh utama?
Iif: Seandainya difilmkan, siapa yang cocok jadi pemeran tokoh utama? Aidan Turner as Aidan, tapi itu ketinggian, he-he. Hmm... Marthino Lio boleh deh. Kalau Laura, sejak awal kepikirannya Marsha Timothy
Adit: Ya, Aidan Turner!
Sumber: http://www.goodhousekeeping.co.uk/news/things-you-didnt-know-about-poldark-aidan-turner |
Yup, sekian hasil wawancara saya dengan Aditia Yudis dan Ifnur Hikmah. Jadi penasaran nih sama Aidan Turner. Dan setelah melihat fotonya di Google, ya Tuhan, ganteng banget, hihihi....
Selanjutnya, Blog Tour Black Leather Jacket: Review dan Photo Challenge
Pengalaman berkesan dua penulisnya beda, tapi alasan mereka berdua sama-sama keren. Salut.
ReplyDeleteWah jadi penasaran sama pengalaman pribadi penulis yang terselip di dalamnya.
ReplyDeleteOalah, judul dalam judul ini judulnya...eh, gitu lah. Baru tahu kalau judul novel ini diambil dari judul novel kolaborasi Aidan dan Laura ya. Kolaborasi penulis menciptakan tokoh yang berkolaborasi menulis juga. Judul dari judul novel di dalam novel. Duh, malah bingung sama kalimat sendiri 😁
ReplyDeletewah ada pengalaman pribadi penulis didalam bukunya, semakin penasaran nih..
ReplyDeleteHaha ga busa ke lain hati lagi ya. Kalau dari awal sudah terinspirasi dari Aidan Turner, maka selanjutnya yg dirasa paling cocok buat meranin tokoh Aidab ya hanya Aidan Turner :D
ReplyDeleteapa mereka sudah berteman ya sebelumnya? karena kerjasama ini pasti nggak mudah..
ReplyDeletesalut buat mereka
Judulnya catching banget! Wish I can read this baby ❤
ReplyDeleteWaktu pertama kali liat novel ini di postingannya Twigora, langsung kepengen baca. Trus pas baca ini malah makin pengen baca! 😂😂
ReplyDeleteMenurutku ini tu menarik sekaligus unik banget dua pemikiran di jadiin dalam satu bentuk cerita apalagi isi novelnya itu kaya yang dialami si para penulis. Aku baru baca review nya di blog nya kak Nathalia udah greget pengen baca apalagi setelah baca hasil wawancara penulis wushhhhh tambah pengennnn
ReplyDeleteDua dari sekian penulis Storial yang ku-follow. Biasanya baca karya masing-masing, aku jadi penasaran sama hasil duetnya. Meskipun dengan ide sama, tiap orang pasti punya gaya masing-masing dan mungkin enggak mudah untuk menggabungkannya. Pasti berkesan banget ya bisa bikin karya kolab yang jadi salah satu juara kompetisi Twigora dan bisa diterbitin. 😍😍
ReplyDelete