Sunday, July 7, 2013

Review Buku: Marginalia

Dok. Pribadi
Blurb
Aruna
CENGENG! Tulisan singkat dan rapi di kumpulan puisi Rumi kesayangan almarhum Padma membuatku terbakar. Kurang ajar! Berani-beraninya cewek dingin berhati belatung itu menodai kenangan Padma. Belum tahu dia berhadapan dengan siapa. Aruna, vokalis Lescar, band rock yang paling diidolakan. Tunggu pembalasanku!

Drupadi
Aku tak punya waktu untuk cinta. Meski nyaris tiap hari aku berhubungan dengan yang namanya pernikahan, ini hanya urusan bisnis semata. Aku tak percaya romantisme, apalagi puisi menye-menye. Hidup ini terlalu singkat untuk jadi melankolis. Namaku memang Drupadi, tapi hatiku sudah tertutup untuk laki-laki.

Detail Buku
Judul: Marginalia - Catatan Cinta di Pinggir Hati
Pengarang: Dyah Rinni
Penyunting: Triani Retno Adiastuti
Penerbit: Penerbit Qanita
Cetakan: Pertama, Februari 2013
Jumlah halaman: 304 halaman
ISBN: 978-602-9225-82-2
Harga: Rp 49.000 Rp 41.650 (diskon 15% beli di Togamas)


Dibaca 

20-21 Juni 2013 (curi-curi baca sambil ngasuh satu bayi dan satu batita)

Review

Marginalia? Apa itu? Marginalia adalah catatan pinggir di buku.

Kebanggaan terbesar sebuah buku adalah saat seseorang mengambilnya dari sekian banyak buku yang ada, membacanya dengan sepenuh hati, menekuk ujung halamannya, meninggalkan marginalia di samping tulisan yang sudah ada, kemudian melanjutkannya kepada manusia lain. Itulah saat sebuah buku menjadi hidup karena kemudian mereka akan menciptakan keajaiban. (halaman 22)

Suka sama warna sampul depan bukunya. Manis banget. Membuat saya ingin segera membawa pulang buku itu dari toko buku. Dan setelah dibuka, ternyata tampilan dalamnya pun cantik dengan aksen tulisan judul dan hiasan berwarna merah muda. 

Suka sama gaya penulisan ceritanya yang lincah. Menggunakan dua sudut pandang dari kedua tokoh utama. Pergantian sudut pandang antara Aruna dan Drupadi secara bergantian membuat cerita terasa mengalir dan tidak membosankan.


Suka sama karakter kedua tokoh utamanya. Penulis mampu membuat saya memahami perasaan Drupadi. Bagaimana dia yang berhati dingin dan tidak percaya lagi pada cinta, akhirnya pelan-pelan mulai membuka hatinya untuk Aruna.

Dengan cepat Aruna duduk di sampingku hingga aku mencium bau kopi berpadu dengan parfumnya yang maskulin dan bersih. Demi Tuhan, ia hanya duduk di sampingku. Mengapa aku merasa ada getaran aneh di dalam dadaku? (halaman 171)

Aku tidak tahu mengapa pertanyaan konyol itu keluar dari bibirku. Aku seperti istri yang cenburu saja. Aku menunduk, sibuk menata hatiku. Sialan. Mengapa aku jadi berdebar tidak keruan seperti ini? (halaman 213)

Penulis juga telah sukses membuat saya jatuh cinta pada Aruna. Perasaan dan perbuatannya mengingatkan saya pada seseorang di masa lalu *uhuk*. Pria yang terlihat kuat dari luar, ternyata mempunyai hati yang begitu lembut. Dan bagi saya, perhatiannya pada Drupadi terasa sangat romantis, membuat hati saya meleleh huhuhu...

Ada sesuatu yang romantis dalam rintik hujan dan juga bau tanah setelah hujan. Tetapi kali ini aku tidak memedulikannya. Bagiku, dia yang ada di hadapanku jauh lebih indah dari rintik hujan. Cappucino-ku sudah lama dingin, namun aku tetap merasa hangat. Aku membiarkan senyumannya menyusup ke dalam hatiku. Aku membiarkan matanya bercerita tentang banyak hal. (halaman 141)

Ada sesuatu di mata Drupadi yang begitu hangat, yang membuatku enggan beranjak dari tempat itu selamanya, hanya untuk menatap matanya yang indah, senyumnya yang merekah. Ia telah membantuku menemukan kepingan puzzle dari teka-teki kehidupanku yang selama ini aku cari. Dan aku bertekad akan menyimpan kepingan puzzle ini untuk selamanya. (halaman 175)

Enggak suka sama plotnya yang tiba-tiba memunculkan banyak fakta dari masa lalu Aruna dan Drupadi. Sehingga konflik terasa muncul secara bertubi-tubi. Seperti hubungan Inez (sepupu Drupadi) dengan Aruna dan hubungan Ren (mantan Drupadi) dengan Aruna. 

Enggak suka sama ending-nya. Bagi saya, adegan Drupadi yang berlutut dan memohon pada Inez rasanya terlalu berlebihan. Begitu juga dengan Aruna yang berusaha membuktikan cintanya pada Drupadi dengan cara yang rasional melalui buku-buku di Kafe Marginalia. Hmmm menurut saya benar-benar enggak ada kerjaan heuheu...


Enggak suka sama penulisan 'Ying dan Yang' di halaman 288. Entah itu terjadi karena disengaja atau tidak, tetapi bagi saya itu cukup mengganggu. Menodai keromantisan cerita ini.


Namun secara keseluruhan, saya sukaaa banget sama buku ini. Pertama, karena setiap cerita yang disampaikan penulis selalu mengarah pada suatu kesimpulan di akhir cerita. Tidak ada adegan yang sia-sia. Bagi saya, ini sangatlah keren. Kedua, karena inti dari cerita ini membuat saya ber-oohh-aahh. Bahwa ternyata Aruna dan Drupadi telah beberapa kali 'bertemu' tanpa pernah mereka sadari. Dan melalui marginalia lah, akhirnya mereka benar-benar bertemu. Hmmm so sweet... Saya sendiri pernah mengalaminya, bahwa jauuuh sebelum saya dan suami saya saling mengenal, ternyata suami saya pernah menonton sebuah pertunjukan dimana saya menjadi salah satu pengisi acaranya *uhuk lagi*. Seperti puisi yang tercantum di sampul belakang buku ini:

"Kekasih tak begitu saja bertemu di suatu tempat, mereka sudah saling mengenal sejak lama." - Rumi

Rating
Saya memberikan empat dari lima bintang untuk buku pemenang kedua Lomba Penulisan Romance Qanita ini.


14 comments:

  1. Keren revewnya , aku malah belum bisa .. hihihi

    ReplyDelete
  2. Kata orang don't judge a book by its cover. Tapi buku ini cover-nya bener-bener menggoda, imut banget. Kayaknya perlu dibaca nih.

    ReplyDelete
  3. eh, kebalikan saya itu mbak. Jauh sebelum kami saling mengenal, saya pernah ngeliat suami pas lagi ngisi acara perpisahan :D

    ReplyDelete
  4. book covernya unyu unyu, tapi isinya dalem banget ya. jadi Pingin bisa bikin review buku juga nih

    ReplyDelete
  5. keren ya ceritanya, aku selalu tertarik baca kalau habis baca review gini :)

    ReplyDelete
  6. Jadi pengin baca buku ini. Tapi list bacaannya masih seabreg :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi.. sama kita.. buku yg blum dbaca udah numpuk, mana masih banyak yg ingin dibeli :))

      Delete
  7. Aduduh, puisi terakhirnya kok manis banget :) Jadi pengen baca juga, tapi takut nanti terlalu relate ke cerita pribadi dan berakhir dengan review yg subyektif.

    ReplyDelete