Thursday, December 4, 2014

Review: Pemetik Air Mata

Dok. Pribadi
Detail Buku
Judul: Pemetik Air Mata
Penulis: Lia Nurida
Editor: Vita Brevis
Penerbit: de Teens
Cetakan: Pertama, Juni 2014
Tebal: 300 halaman
ISBN: 978-602-7968-81-3
Harga: Rp 42.000 Rp 35.700 (beli di Togamas)

Review
Ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dicintai, tentu bukanlah hal yang mudah diterima bagi seorang gadis kecil. Setelah mamanya meninggal, Kala selalu mengurung diri dan menangis di dalam kamarnya. Resi--sahabat yang tinggal di sebelah rumahnya, berjanji bahwa dia tidak akan pernah meninggalkannya. Sayangnya, Resi terpaksa mengingkari janji tersebut karena dia dan keluarganya harus pindah ke Surabaya. Kala pun tidak mau berbicara lagi dengan Resi.

Tujuh tahun kemudian, Resi dan keluarganya kembali ke Jakarta. Remaja tujuh belas tahun yang gagah dan tampan itu kembali menjadi tetangga Kala yang kini menjelma menjadi gadis yang manis dan cantik. Di satu sisi, Kala merasa rindu pada sahabatnya itu. Namun di sisi lain, dia masih mengganggap bahwa Resi adalah orang yang sama yang pernah mengecawakannya. Kala pun memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan Resi meskipun kini mereka menjadi teman sekelas.

Resi yang sebelumnya selalu berusaha meminta maaf dan berbaikan dengan Kala, akhirnya menyerah. Apalagi, dia baru saja mengetahui bahwa Kala ternyata sudah mempunyai kekasih--Dion, kakak kelasnya yang sekarang sedang kuliah di Jogja. Dia mulai merasa cemburu.

Suatu hari, Kala mendapati papanya mengundang seorang wanita untuk makan malam di rumahnya. Hatinya hancur. Dadanya sesak. Dia berlari dan menangis, sambil meneriakkan nama mamanya di dalam hati. Resi yang melihat kejadian itu, menghampiri Kala dan menanyakan keadaannya. Mulanya Kala menghindar, namun akhirnya dia tidak bisa menahan diri lagi. Kala menangis di dalam pelukan Resi.

Dion yang melihat Kala berpelukan dengan Resi menjadi marah dan meninggalkannya begitu saja. Berkali-kali Kala mencoba menghubunginya, tetapi tidak pernah berhasil. Dion malah kembali ke Jogja tanpa berpamitan pada Kala. Hubungan mereka pun terancam putus.

Masalah menjadi semakin rumit karena Mas Rama--kakak Kala--yang seorang anak band meninggalkan rumah dan memutuskan pergi ke Jogja setelah beradu mulut dengan papanya. Mas Rama dan papanya memang tidak pernah akur. Hal ini terjadi karena papanya selalu menginginkan agar kakaknya berhenti kuliah musik dan melanjutkan kuliah manajemen.

Lagi, Resi berjanji bahwa dia akan selalu menemani Kala. Padahal dia sendiri sedang dalam proses seleksi untuk mendapatkan beasiswa kuliah di Surabaya. Apabila lolos, berarti dia harus berpisah lagi dengan Kala. Mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan olehnya.
Setiap orang yang datang, pasti juga akan pergi suatu saat. (Halaman 166)
Novel ini merupakan karya kedua dari penulis. Dibandingkan dengan novel pertamanya, terdapat banyak kemajuan baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi ide. Cara bertuturnya sangat apik. Ceritanya mengalir secara natural, namun tetap menguras emosi.

Idenya juga unik. Terdapat dua hal yang membuat cerita terasa semakin menarik. Pertama, yaitu origami bintang yang dibuat Kala dan digantung di langit-langit kamarnya sebagai obat rindu kepada mamanya. Kedua, yaitu dongeng tentang pemetik air mata yang pernah diceritakan oleh mamanya dan menjadi sugesti bagi Kala.
Konon, setiap air mata yang jatuh dari seseorang yang menangis karena kehilangan orang yang dicintainya akan menjelma menjadi peri. Peri itu akan memetik satu per satu air mata hingga habis dan mengubahnya menjadi serbuk kebahagiaan. Kemudian peri itu akan selalu berada di sekelilingnya sepanjang waktu untuk menaburkan serbuk kebahagiaan di kehidupannya. (Halaman 9)
Walaupun tokoh utamanya seorang remaja dan latar tempatnya pun sebagian besar berlokasi di SMA, namun novel ini dapat dinikmati oleh siapa saja. Isinya bukan hanya berkisar tentang cinta dan persahabatan, tetapi juga tentang hubungan antara orang tua dan anak. Selain itu pesan yang tersirat di akhir cerita pun sangat menginspirasi. Bahwa cinta yang tulus adalah cinta yang memberikan sayap, bukan memberikan rantai.

Yang menurut saya agak membingungkan yaitu gambar sampul depannya. Lebih mirip buku fantasi daripada buku teenlit :D

Rating
Tiga setengah dari lima bintang untuk Kala dan perinya.

7 comments: