Thursday, January 15, 2015

Review: Friends Don't Kiss

Dok. Pribadi
Detail Buku
Judul: Friends Don't Kiss
Penulis: Syafrina Siregar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: pertama, 2014
Tebal: 208 halaman
ISBN: 978-602-03-1078-7
Harga: Rp 45.000

Review
Mia Ramsy adalah gadis cantik bertubuh mungil yang aktif di organisasi IBM (Indonesian Breastfeeding Mothers). Mia memang belum menikah dan mempunyai anak. Tetapi bersama teman-temannya di IBM, mereka memberikan dukungan dan bantuan bagi para ibu agar bisa memberikan ASIX (ASI Eksklusif) untuk bayinya.
"Senang rasanya melihat ekspresi cinta ibu ke anaknya saat sedang menyusui."
(Halaman 53)
Namun, di saat Lia--adiknya membutuhkan dukungan darinya saat proses IMD (Inisiasi Menyusu Dini), Mia justru tidak hadir. Sejak saat itu, hubungan mereka menjadi buruk. Apalagi, Mia terus menguliahi Lia dengan berbagai teori tentang ASI setiap adiknya itu ingin memberikan susu formula untuk bayinya.
"Lo cuma tahu teori saja, Mia. Coba kalau lo sudah mengalami semua yang gue alami. Hamil sembilan bulan, melahirkan, dan sekarang masih harus bergadang lagi gara-gara bayi gue nggak tidur-tidur. Kalau lo jadi gue, gue yakin lo bakal melirik susu kaleng pertama yang sampai ke kamar lo," tukas Lia menggebu-gebu.
(Halaman 70)
Sementara itu, Ryan Subagyo--pria tampan bermata cokelat--yang mobilnya menjadi korban kecerobohan Mia, merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Mia. Bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena semangatnya setiap kali mereka membicarakan masalah ASI. Pada mulanya, Ryan memang tidak mengerti, tapi lama-kelamaan dia mulai memahami apa yang sedang diperjuangkan Mia dan teman-temannya.
Ryan memandang Mia dengan tatapan takjub. Sesaat mata Ryan terkunci dengan raut wajah Mia yang memancarkan semangat berapi-api. Gadis ini cerdas. Dan sungguh idealis. Hasrat seketika menguasai Ryan, membuatnya spontan meraih tangan Mia dan membawanya ke bibirnya.
(Halaman 97)
Namun, ada sesuatu yang tidak diketahui Mia tentang Ryan. Bahwa Ryan menyembunyikan identitasnya sebagai pemilik Prima Gold--pabrik susu formula yang selalu bermasalah dengan IBM karena sering melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan kode WHO dalam memasarkan produknya. Maka, bagi Mia, Ryan merupakan sosok yang sangat misterius. Oleh karena itu, Mia agak bingung bagaimana harus membalas perlakuan Ryan, meskipun sebenarnya dia juga sangat menyukai pria itu.
Mia tertawa renyah. Ditepuk-tepuknya lengan Ryan dengan bersahabat. "That's what friends are for."
Ryan berjengit. Emosinya bergolak tiba-tiba. Matanya berkilat menatap sinis ke arah Mia. "In case you forgot, Mia, friends don't kiss," balas Ryan dingin.

(Halaman 153)
(+) Friends Don't Kiss merupakan novel yang unik. Temanya betul-betul tidak biasa. Sudah beberapa kali saya membaca novel dengan nuansa parenting, namun baru kali ini saya menemukan novel yang secara spesifik menjadikan isu tentang ASI sebagai pemicu konflik sejak awal hingga akhir ceritanya. Saya acungkan dua jempol pada niat tulus penulis untuk menyampaikan informasi tentang ASI melalui novel ini :)

(-) Judul dan cover-nya cukup eye catching, tetapi sayang kurang mewakili isi cerita. Seandainya belum membaca blurb-nya, saya tidak akan menyangka bahwa novel ini mengangkat tema tentang ASI sebagai isu utamanya. Mungkin calon pembaca akan lebih ngeuh apabila diberi sedikit clue pada  cover-nya. Misalnya nih, diberi gambar ponsel dengan nama Ryan tertera pada layarnya, dan ponsel tersebut tergeletak di atas tumpukan modul pelatihan ASI :D

(+) Menggunakan sudut pandang orang ketiga, cerita dibuka dengan adegan yang to the point. Tanpa bertele-tele juga tanpa adegan yang mubazir, bab pertama dalam novel ini memang langsung menuju pada bibit konflik yang akan terjadi pada bab-bab berikutnya. Membuat saya penasaran dan ingin segera mengetahui bagaimana kelanjutan ceritanya.

(-) Namun, setelah membaca keseluruhan ceritanya, saya merasa bahwa konfliknya kurang gereget. Fokus IBM yang hanya peduli pada segala strategi pemasaran Prima Gold terasa tidak fair. Kenapa mereka tidak mengajukan surat teguran juga pada rumah sakit yang tidak mendukung IMD dan ASIX? Begitu juga dengan konflik pribadi yang terjadi antara Mia dan Lia. Agak menggemaskan melihat Lia yang selama hamil sudah dicekoki dengan berbagai informasi tentang ASI, menjadi begitu mudah menyerah. Mungkin akan lebih dramatis apabila alasan di balik sikap Lia tersebut diperkuat. Misalnya, dipengaruhi mitos-mitos menyesatkan tentang ASI yang disampaikan oleh ibunya. Atau bisa juga, Lia ini wanita bekerja yang menyerah memberikan ASI pada bayinya karena kewalahan menyiapkan ASI Perah, aroma metropopnya tentu akan lebih kental.

(+) Dari segi penokohan, saya cukup suka dengan karakter kedua tokoh utamanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu pula Mia dan Ryan. Mereka sama-sama mempunyai kekurangan. Bisa dikatakan, Mia adalah pejuang ASI yang payah. Misalnya, ketika Lia mengeluh karena bayinya menyusu terus semalaman. Bukannya memberikan solusi dengan memberi tahu posisi menyusui sambil berbaring agar Lia bisa beristirahat di malam hari, Mia malah memberinya ceramah panjang lebar tentang ASI. Sedangkan Ryan merupakan tipe lelaki yang romantis dan dewasa dalam bersikap. Namun sayangnya, dia selalu merasa bisa mendapatkan segalanya. Contohnya, menggunakan 'kunci ajaib' agar bisa masuk ke apartemen Mia sesuka hati, enggak banget deh. Tapi kerennya, dalam cerita ini mereka sama-sama bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik. Pembaca bisa belajar dari mereka berdua.

(-) Sayang, penyampaian informasi mengenai ASI-nya terasa kurang smooth. Menurut saya ada beberapa bagian yang terlalu detail. Misalnya penjelasan tentang kandungan yang terdapat di dalam ASI yang tidak bisa didapatkan di dalam susu formula. Saya rasa, dalam sebuah novel tidak perlu disebutkan satu per satu, AA, DHA, bla bla bla. Cukup dijelaskan bahwa setiap mamalia--termasuk manusia--memproduksi ASI yang kandungannya khusus disesuaikan dengan kebutuhan bayinya dan tidak bisa dibuat tiruannya. Bisa juga dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam ASI induk mamalia lain--seperti sapi dan ikan paus--yang berbeda karena kebutuhannya pun tidak sama.

(+) Walaupun begitu, novel ini masih nyaman dibaca. Alur maju yang tidak berbelit-belit, ditambah gaya penulisan yang ringan dan lincah, serta dialog yang renyah khas novel-novel metropop, membuat novel ini menjadi buku yang sangat menghibur.

(-) Namun, saya sendiri agak kecewa dengan ending-nya yang terasa kurang realistis. Padahal, masih banyak alternatif penyelesaian masalah lain yang tidak terlalu singkat dan ekstrim seperti yang dilakukan oleh Ryan. Misalnya, bergabung dengan komunitas ayah yang peduli ASI, mungkin? ;)

Favourite Quote
Quote yang inspiratif...
"Hakikat seorang ibu adalah perjuangannya yang maksimal untuk memberikan yang terbaik. Dan ASI adalah hak setiap bayi."
(Halaman 122)
Quote yang manis...
"Kamu sendiri akan memberikan ASI atau tidak pada anakmu nanti?" Ryan balik bertanya.
"Sudah pasti."
"Oke, aku dukung."
Mia langsung tersipu malu.

(Halaman 147)
Quote yang nyeseuk...
"Aku ingin bisnismu sukses, Ryan. Sedangkan aku juga ingin semua bayi mendapatkan hak ASI-nya. Bagai dua sisi mata uang, jalan kita nggak akan pernah bertemu. Maafin aku," lirih Mia.
(Halaman 185)
Rating
Tiga dari lima bintang untuk novel metropop yang kaya akan ilmu ini. Romance-nya dapat, informasi mengenai ASI-nya juga cukup mencerahkan :)


32 comments:

  1. Waah bagus banget resensinya.Aku juga pengin bisa belajar meresensi mbak.

    ReplyDelete
  2. Aku belum pernah juga baca novel yang temannya tentang breastfeeding... Judulnya juga kayaknya asik ya :D

    ReplyDelete
  3. temanya unik ya..mengangkat tema ASI vs Sufor dari sisi yg berbeda.

    ReplyDelete
  4. Belajar dari Mak Lia utk buat resensi buku :-)

    ReplyDelete
  5. Temanya... bener-bener baru kali ini aku denger ada novel bertema ASI. Salut!

    ReplyDelete
  6. Baca resensinya aja ane g menyangka kalo konfliknya masalah ASI, Kirain tentang anak sekolah ha ha...

    ReplyDelete
  7. Menarik juga nih bukunya, boleh dong iya saya membaca langsung di toko buku xixixi

    ReplyDelete
  8. Temanya unik ya..makasih nih reviewnya :)

    ReplyDelete
  9. jadi pengen jadi mbak lia bisa ngeresensi buku :)

    ReplyDelete
  10. wah, temanya lain daripada yang lain yaaa, pejuang ASI, aku penasaran bacanyaa...

    ReplyDelete
  11. jadi pengen baca dan ikut resensinya nih...

    ReplyDelete
  12. Huaaaa keren pasti! Begitu tau yang nulis Syafrina Siregar, jadi manggut-manggut. Pengen ih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya malah br kali ini baca bukunya syafrina siregar :D

      Delete
  13. wah,menarik ini bukunya,kreatif ya penulisnya hehehe

    ReplyDelete
  14. saya baru tau ada novel bertema ASI. Menarik kelihatannya

    ReplyDelete
  15. Lho, ceritanya soal ASI tho? Nggak ada bayangan sama sekali -__-
    Eh Mbak, endingnya Ryan keluar dari kerjaannya ya? Hehehe (sotoy abis baca review di atas) :D

    ReplyDelete
  16. hihihi jadi pengen baca-baca novel :)

    ReplyDelete