Dok. Pribadi |
Detail Buku
Judul: Labirin Rasa
Penulis: Eka Situmorang-Sir (@Ceritaeka)
Penyunting: Faisal Adhimas
Penata Letak: Tri Indah Marty
Desainer Sampul: Oxta Estrada
Penerbit: Wahyumedia
Cetakan: Pertama, 2003
Tebal: 394 halaman
ISBN: 9797957535
Harga: Rp 52.000 Rp 41.600 (beli di sini)
Dibaca
11-12 September 2013
Review
Pertama kali melihat cover buku ini di toko buku online langganan saya, saya merasa sedikit kecewa. Dari empat pilihan gambar cover yang pernah diperlihatkan penulis di blognya, yang dijadikan cover adalah gambar nomor 1. Sayang sekali karena saya lebih menyukai gambar cover nomor 3, terlihat lebih eye catching. Namun hal tersebut tidak membuat saya mengurungkan niat untuk membeli dan membaca novel ini, karena saya sudah terlanjur tertarik dengan sinopsisnya yang menjanjikan kisah percintaan yang dibumbui dengan petualangan ke berbagai tempat eksotis di Indonesia.
Cover favorit saya (sumber) |
Novel ini bercerita tentang Kayla Ayu, gadis tomboi yang mandiri dan tidak mau diatur. Pacarannya sama motor dan ciumannya sama gunung. Liburan ke rumah Eyang Putrinya di Yogyakarta menjadi awal pertemuan Kayla dengan Ruben. Pesan dari Eyang Kakungnya membuat Kayla berpikir bahwa Ruben adalah Pangeran Fajar-nya. Sehingga Kayla pun berjuang habis-habisan untuk mendapatkan cinta Ruben.
Cinta itu ibarat labirin rasa, semakin kamu ingin keluar, semakin jauh kamu bisa tersesat. (halaman 185)
Dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir lincah, serta alur yang cepat dan tidak membosankan, penulis berhasil membuat saya ikut tersesat dalam labirin rasa yang dijalani Kayla. Iri, gemas, dan ngiler. Itulah yang saya rasakan ketika menyusuri labirin rasa tersebut.
Iri karena Kayla selalu dapat menarik perhatian para cowok ganteng di setiap tempat yang dia kunjungi, padahal mukanya jerawatan dan rambutnya bau prengus *geleng-geleng kepala*. Ini karena karakter Kayla yang diciptakan penulis begitu kuat: jujur dan enggak jaim. [Just be yourself #MoralOfTheStoryNo1]. Karakter tersebut bukan hanya diceritakan, namun juga diperlihatkan penulis melalui dialog-dialog yang diucapkan Kayla dengan orang-orang yang ditemuinya.
Gemas melihat Kayla yang rela mengejar Ruben mulai dari Yogya sampai ke Medan. Enggak kapok-kapok, meskipun sudah dikecewakan berkali-kali oleh Ruben. Walaupun sederhana, premis novel ini memang terasa sangat kuat sejak dari awal hingga akhir cerita. Tentang bagaimana usaha Kayla memperjuangkan cinta sang Pangeran Fajar. Tetapi, meskipun gemas setengah mati, setidaknya Kayla dan saya (juga mungkin pembaca lainnya) tidak akan mati penasaran, karena Kayla sudah benar-benar berusaha sampai akhirnya menemukan Pangeran Fajar yang sebenarnya. [Perjuangkan cintamu #MoralOfTheStoryNo2].
Ngiler dengan setting lokasinya. Penulis begitu pandai mendeskripsikan keindahan serta suasana tempat-tempat yang dikunjungi Kayla. Selain Yogya dan Medan, Kayla juga mengunjungi Bromo, Bali, Lombok, Makassar, sampai Selandia Baru! Gimana saya enggak ngiler coba huhuhu... [Saat sedang patah hati, daripada mengurung diri di kamar mending travelling #MoralOfTheStoryNo3]. Hebatnya lagi, penulis berhasil memasukkan detail setting lokasi dan unsur budaya ke dalam cerita secara halus, sehingga tidak ada kesan dipaksakan.
Selain memiliki unsur-unsur intrinsik yang kuat, kisah perjalanan Kayla yang telah sukses mengaduk-aduk perasaan saya ini semakin sempurna karena dibingkai dengan layout yang rapi. Serta semakin istimewa karena dilengkapi dengan quote keren di setiap awal babnya.
Dok. Pribadi |
Walaupun begitu, saya merasa masih ada sedikit kekurangan dalam novel ini. Pertama, ending-nya yang terasa terburu-buru. Bagaimana pergulatan hati Kayla setelah tanpa sengaja menyakiti hati Pangeran Fajar-nya, juga momen apa yang bisa membuat Kayla benar-benar melupakan Ruben menurut saya kurang detail. Saya yang selalu curigaan ini merasa jangan-jangan sebenarnya diam-diam Kayla masih mencintai Ruben heuheu... :D
Kedua, banyaknya typo dan nama tokoh yang tertukar. Semoga bisa diperbaiki pada cetakan berikutnya yah ^_^
Rating
Saya memberikan empat dari lima bintang untuk novel roman yang sangat 'kaya' ini. Karena selain mengangkat tema percintaan dan perjalanan, terselip juga tema pencarian jati diri dan persahabatan. Very recomended! :)
~~~
583/600 kata
telat tau soal cover-nya itu, hahahaha..awalnya berasa rada2 gimanaa githu ama si cover ijo, tapi lama2 diliat, covernya terlihat manis juga :))
ReplyDeleteand setujuuu.. gua juga sukaa ama quote2 di awal bab yang baruu.. cuman yaahh.. mustinya ada daftar halaman githu, jadi mempermudah kalau mau balik lagi ke halaman tertentu sekelar baca bukunyaa :D
aku belum baca labirin ranya kak eka nih. good luck ya mbak. maaf baru bisa mampir
ReplyDeleteMbak Eka emang piawai dalam bercerita sehingga pembaca keasyikan membacanya....
ReplyDeleteSoal typo aku setuju... masih banyak banget typo di dalamnya dan itu mengurangi keasyikan baca jadinya.
Tapi kalau soal tempat2 wisata, itu memang keahlian mbak Eka utk bisa menceritakannya dg menarik dan tidak membosankan.