Sunday, September 30, 2018

Review: Song for Alice

song for alice
Detail Buku
Judul: Song for Alice
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Rinandi Dinanta
Penerbit: Roro Raya Sejahtera (Imprint Twigora)
Cetakan: pertama, Juni 2018
Tebal: 322 halaman
ISBN: 978-602-51290-7-0
Harga: Rp 85.000

Blurb
SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.
Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice--perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.
Memang benar Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.
Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruanh g tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?
Review
Song for Alice merupakan karya terbaru Windry Ramadhina yang diterbitkan oleh Twigora. Saya sudah jatuh cinta pada karya-karya Windry sejak membaca Montase. Setelah saat itu saya mulai membeli buku-buku Windry yang terbit sebelum Montase dan membeli buku-buku barunya sejak masa pre order, saking enggak mau ketinggalannya.

Nah, beberapa bulan yang lalu saya tahu sih ada pre order Song for Alice. Tapi entah kenapa kok enggak beli ya. Kayanya pas Rashya diare. Terus lupa deh, hiks.... Makanya senang banget waktu kemarin dipercaya oleh Mbak Rizkymirgawati dan Penerbit Twigora untuk mengulas buku ini di Instagram. Alhamdulillah....

Jadi, ada dua tokoh utama dalam novel ini. Pertama Arsen Rengga, pecinta musik rock. Usianya 24 tahun. Dua belas tahun yang lalu, ibunya yang merupakan guru piano di Lilt, Rae, meninggal. Pemilik sekolah musik tersebut, Kakek Lur, mengajaknya tinggal di rumahnya. Hingga empat tahun yang lalu, seorang produser menemukannya saat sedang tampil bersama bandnya, Looking For Charlotte. Dia pun pergi demi mencapai mimpinya.

Kini Arsen menjadi musisi rock yang naik daun. Konsernya sukses, lagunya diputar di mana-mana, penjualan albumnya bagus. Sayang, hobinya bersenang-senang dan minum-minum di pub. Kualitas musiknya pun berkurang sehingga lagu barunya mendapat komentar yang tidak menyenangkan dari seorang kritikus musik. 

Kedua Alice Lila, bukan penikmat musik rock. Usianya 22 tahun. Gadis yang serius ini senang memasang ekspresi galak, mengerutkan alis, dan memanyunkan mulut. Sejak kakeknya meninggal dua tahun yang lalu, Alice terpaksa meninggalkan kuliahnya di Manajemen UI demi mengurus Lilt.

Kini dalam kesendiriannya, dia berjuang mempertahankan Lilt yang terancam mati, murid yang berkurang, guru yang mengundurkan diri, serta tagihan yang menumpuk.

Selain Arsen dan Alice, terdapat beberapa tokoh pendukung yang melengkapi kisah ini. Ada Mar, manajer Arsen yang tegas dan efisien. Serta Len, Rik, dan O, anggota band lama Arsen, Looking For Charlotte. 

Serta tak ketinggalan beberapa tokoh tanpa nama yang ikut berperan dalam menggerakkan cerita seperti produser, pemuda kurus berkucir ekor kuda, dan pemuda bertubuh besar dengan tato di leher.

Sebuah kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya membuat Arsen memikirkan kembali hidupnya. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah Kakek Lur dan Alice.

Alice enggak bisa menolak kedatangan Arsen. Apalagi Arsen banyak membantu Lilt. Mulai dari melunasi tagihan, merenovasi ruangan Lilt, turun menjadi guru gitar, hingga mengadakan konser untuk menarik murid baru bersama teman-teman lamanya, Looking For Charlotte. Namun Alice belum bisa sepenuhnya percaya pada Arsen.
"Saat ini, aku... tidak yakin bisa bergantung kepadamu."
"Kenapa? Karena aku pergi? Aku kembali, Al. Itu tidak cukup?"
"Aku tidak tahu apa kau akan tetap di sini atau... pergi lagi."

(Halaman 144)
Alice memang menyukai Arsen. Sejak mereka masih anak-anak, hingga tumbuh dewasa bersama. Maka ketika Arsen menciumnya dan berjanji enggak akan meninggalkannya lagi, dia mulai berharap dan ingin percaya.
"Apa aku bisa memercayaimu?"
"Aku pernah meninggalkanmu. Aku tidak akan melakukan kesalahan itu lagi."

(Halaman 190)
Novel ini memiliki tema yang sederhana, yaitu tentang kesempatan kedua. Namun tentu saja penulis mengeksekusinya dengan luar biasa. Mulai dari tokoh-tokoh loveable dengan karakter unik yang kuat dan konsisten. Plot dan konflik yang enggak tertebak. Hingga musik rock yang bukan hanya sebagai pemanis cerita, namun menjadi jiwa dalam kisah Arsen dan Alice ini.

Gaya bahasanya sangat nyaman dibaca. Disampaikan dengan tempo yang sedang dan diksi yang memikat. Serta menggunakan alur maju dan beberapa adegan flashback. Deskripsi settingnya begitu detail, namun enggak membosankan dan justru membuat saya benar-benar merasa seperti berada di dunia Arsen dan Alice. 

Meski menggunakan sudut pandang orang ketiga, saya bisa tetap ikut hanyut dalam gejolak emosi yang dialami setiap tokohnya. Makanya, saat membaca kisah ini, hati saya enggak keruan. Patah hati, sedih, dan ingin teriak "Mbak Windry tega!" Hihihi.... Untungnya, penulis menutupnya dengan ending yang manis.

Rating
4,5 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment